Categories
Dunia Islam

Tradisi Khitan Mengikuti  Sunah Ibrahim

“Keluarbiasan Nabi Ibrahim adalah kemauan untuk mengikuti perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangan-Nya. Itu yang menyebabkan Nabi Ibrahim diberi tempat terhormat di sisi Allah Swt”, kata Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember dalam acara Walimatul Khitan dan Aqiqah Aris Putra Septiyanto , Sabtu, 3 Oktober 2015 di Perumahan Bumi Tegal Besar Blok CC. 27 A Kaliwates Jember. Tak kurang, seratus orang menghadiri walimatul khitan dan aqiqah yang dilaksanakan setelah Maghrib tersebut. 

Allah Swt. Berfirman: “Waidzibtala ibrahima rabbuhu bikalimaatin faatammahunna qala inni jailuka linnasi imama. Qala wamin dzurriyati. Qala la yanalu ahdidzdlalimin”. Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji dengan beberapa kalimah (suruhan dan larangan) dan lalu ia menyempurnakannya, maka setelah itu, Allah Swt berfirman” Sesungguhnya aku akan jadikan kamu pemimpin manusia”. Ibrahim menjawab: “(Jadikanlah juga) termasuk keturunanku”. Allah Swt. berfirman:  Janjiku tidak meliputi orang yang dzalim. (QS. Al-Baqarah: 124).   

Sesungguhnya, lanjut Kiai Harisudin, tidak hanya perintah menyembelih Ismail yang luar biasa. Perintah yang lain seperti khitan juga luar biasa. Karena perintah ini diberikan saat Nabi Ibrahim berumur 80 tahun. Kita bisa membayangkan, bagaimana Nabi Ibrahim berkhitan dengan kapak yang keras untuk melaksanakan titah Allah Swt tersebut.

Pada sisi lain, Kiai Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut, mengatakan dalam khitan ada tradisi mendidik anak-anak menjadi anak yang soleh.  Ini bersambung dengan permintaan Nabi Ibrahim agar diberi anak-anak yang soleh sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an. Rabbi habli minas shalihin. Nabi Ibrahim tidak meminta anak yang kaya raya, tidak meminta anak yang pandai, tidak meminta anak yang punya jabatan tinggi atau kedudukan terhormat. Nabi Ibrahim hanya ingin anak yang soleh.

Dalam Islam, harapan memiliki anak yang soleh adalah tujuan tertinggi karena dengan anak soleh semuanya akan “ikut”. Apa artinya anak yang kaya, tapi tidak soleh. Juga, apa artinya anak yang punya jabatan tinggi, tapi tidak soleh. Tetapi, betapa bahagianya orang yang punya anak soleh dan sekaligus punya kekayaan yang melimpah. Karena kekayaan itu akan digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Jabatan juga akan berguna kalau ia menjadi anak yang soleh. Demikian seterusnya. Karena itu, passwordnya, kata Kiai Harisudin yang juga Katib Syuriyah NU Jember, adalah anak soleh, anak soleh dan anak soleh.

(Humas PP Darul Hikam/Ulum)      

Categories
Keislaman

Keteladanan Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak

Anak yang shaleh merupakan idaman dari seluruh keluarga. Sebab, keshalehan seorang anak merupakan  kunci menjadi orang sukses dunia-akhirat. Demikian diungkapkan Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr. Kiai MN Harisudin, M. Fil. I saat menyampaikan khotbahnya dalam shalat Idul Adha di Masjid Al-Hikmah Universitas Jember, Kamis (24/9).

Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember itu mengatakan, sejarah perjalanan Nabi Ibrahim dan Ismail  sesungguhnya telah memberikan teladan tentang bagaimana menjadikan anaknya sebagai anak shaleh. Menurut Haris, sapaan akrabnya, untuk mewujudkan anak yang shaleh, diantaranya adalah menjadikan keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama dan pertama.

“Inilah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar terhadap Ismail. Jadi mereka sejak dini sudah memposisikan keluarga sebagai lembaga pendidikan bagi anaknya,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Haris, orang tua wajib memberi  uswah (teladan) kepada anak-anaknya. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka akan mempengaruhi pembentukan pribadi anak.  Orang tua yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan, itu artinya telah melatih anak untuk menjadi orang jujur dan punya jiwa sosial.

Haris juga menyatakan, untuk menjadikan anak shaleh, maka anak tersebut perlu dikumpulkan dengan orang-orang yang shaleh. Sebab, dengan berkumpul dengan anak atau orang yang shaleh, maka si anak akan terbiasa berlaku shaleh.

“Saya teringat pesan almarhum KH. Muchit Muzadi, lebih baik anak kita disekolahkan di lembaga yang berakhlaqul karimah walaupun tidak bermutu, daripada bersekolah di lembaga yang bermutu tapi tidak berakhlaqul karimah,” tukas Kiai Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember. (Aryudi/Fathoni)

Categories
Keislaman

Walimatul Aqiqah: Orang Tua Mulia Karena Anak Solehnya

“Orang tua mulia karena anaknya. Orang tua menjadi nista juga karena anaknya”, demikian taushiyah yang disampaikan Dr. Kiai MN. Harisudin, M.Fil. I dalam acara walimatul Aqiqah atas nama M. Adib Diyaul Haq El-Hadi. Acara aqiqah putra ke-3 Ust. Solikul Hadi, SH, MH berlangsung sangat meriah. Tak kurang 100 orang warga sekitar di Perumahan Kebonsari Jember tersebut menghadiri walimatul aqiqah yang dilangsungkan pada 15 Agutus 2015 jam 18.00 Wib.

Selanjutnya, Kiai M.N. Harisudin menjelaskan bahwa orang tua mulia karena anak solehnya. Sebaliknya, orang tua menjadi nista karena tidak ada kesalehan pada diri anaknya. Namun saleh tidaknya anak tergantung pada orang tua.

Kiai MN. Harisudin yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember menceritakan soal seorang anak yang durhaka pada orang tuanya di masa Kholifah Umar bin Khattab. Namanya Ju’lan yang berarti kumbang. Orang tuanya sudah angkat tangan tidak mau mengurusnya karena bandelnya. Orang tua ini melapor pada Umar bin Khattab agar Ju’lan ini diberi hukuman ta’zir. Akhirnya dipanggilah Ju’lan menghadap Umar bin Khattab. Singkat cerita, ditanya berbagai hal oleh Umar dan Khalifah ingin agar Ju’lan dihukum ta’zir.

Namun, Ju’lan ini protes. “Khalifah umar, saya ingin tanya. Hak apa saja yang dimiliki oleh seorang anak terhadap orang tuanya”.

“Pertama, mendapat calon ibu solehah. Kedua, diberi nama yang baik. Dan ketiga, diberi pengajaran al-Qur’an”, kata Khalifah Umar bin Khattab.

“Saya protes karena semuanya tidak ada di saya. Pertama, ibu saya orang yang paling cerewet di kampung saya. Kedua, nama saya Ju’lan artinya kumbang. Itu nama yang tidak baik. Dan ketiga, saya tidak diajari al-Qur’an satu huruf pun. Saya jadi begini ini karena orang tua saya. Oleh karena itu, saya tidak mau dihukum”, kata Ju’lan memprotes.  

“Kalau begitu, yang pantas dihukum itu orang tuamu”, kata Khalifah Umar bin Khattab. Akhirnya, besoknya orang tuanya dipanggil dan dijebolskan ke dalam penjara karena hukuman ta’zir.

Kisah nyata ini, kata MN. Harisudin, M.Fil. I, Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember ini, menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak. Durhakanya anak bisa karena durhakanya orang tua. Karena itu, orang tua harus berusaha sekuat mungkin agar anaknya menjadi anak soleh dan solehah, berguna bagi agama nusa dan bangsa.

Acara walimatul aqiqah ini selesai jam 19.15 Wib setelah ditutup do’a oleh Ir. Moh. Hafidz.

(Humas PP Darul Hikam/Halim)       

Categories
Dunia Islam Madrasah Diniyah Awwaliyah

Dr. Kiai M.N. Harisudin, M. Fil.I: PKI itu Sudah Tutup Buku. Apanya yang Menarik?

Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr.Kiai MN. Harisudin, M.Fil. I menyayangkan pihak-pihak yang sengaja memunculkan kembali ideologi komunisme di negeri ini seperti tercermin dalam karnaval Agustusan di Pamekasan,  coret-coret Palu Arit di Universitas Jember dan arena permainan skateboard TMII Jakarta Timur di bulan Agustus 2015 ini.

“PKI itu kan sudah tutup buku. Saya mempertanyakan: Mengapa dibuka lagi ? Apanya yang menarik dari PKI ?. Sebagai ideologi, komunisme telah gagal membawa asa manusia pada cita-cita tertinggi manusia.Apalagi, karena cita-cita tinggi ini digapai dengan cara yang bertentangan dengan Islam, yaitu kekerasan”, katanya di sela-sela acara Wasdalbin Kopertis Wilayah VII di Universitas Islam Jember (UIJ), kemarin 20/8/2015.

Bagi Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil.I yang juga Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama yang menaungi UIJ, cita-cita keadilan sosial komunisme nampaknya menjanjikan, namun sesungguhnya kering dari spritualitas. “ Ini beda dengan Islam yang mencitakan keadilan sosial yang sarat spitualitas. Bagi Islam, keadilan sosial adalah tangga menuju kebahagiaan di akhirat. Karena itu, Islam sangat sempurna. Ada kebahagiaan di dunia di akhirat sekaligus”, kata M.N. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Selain itu, para bapak bangsa ini juga sudah sepakat untuk melakukan pembubaran terhadap organisasi massa yang telah menorehkan sejarah kelam di negeri ini dengan Ketetapan MPRS no. XXV tahun 1966. Sebelumnya, beberapa kali PKI telah melakukan pemberontakan seperti di Madiun tahun1948 dan di Jakarta tahun 1965, namun berakhir dengan kegagalan dengan korban jiwa yang mencapai ribuan orang rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Kiai M.N. Harisudin itu meminta aparat negara untuk segera melakukan proses hukum yang sewajarnya terhadap pelaku karnaval PKI dan corat-coret gambar palu arit tersebut. “ Jangan sampai hal demikian ini terulang. Ini soal bagaimana konsistensi negeri ini dalam pembubaran PKI. Kalau soal hak asasi eks PKI itu kan sudah dilindungi undang-undang”, pungkas Kiai MN Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember. (Anwari/Kontributor NU Online).

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember Serukan Gerakan “NU Sehat”

Jember, NU Online.

Maraknya berbagai organisasi yang  menyerang NU, menjadikan jam’iyyah diniyah ijtimaiyyah ini harus berbenah diri.  Serangan yang berasal dari mana-mana itu seperti  Wahabi, Syi’ah, HTI, dan sebagainya itu harus disikapi dengan arif dan bijaksana serta menjauhi sikap emosional. Demikian siaran pers Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I di kantor PCNU Jember, Jl. Imam Bonjol 41 A Jember, Rabu, 19/8/2015 menanggapi semakin maraknya gerakan-gerakan yang menyerang NU tersebut. Salah satu caranya adalah dengan gerakan NU sehat, seperi digagas M.N. Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.   

“Ya  itu. Cara melawannya adalah dengan gerakan “NU Sehat”. NU harus sehat secara ekonomi. Kalo ekonomi sudah sehat, tidak mungkin gerakan yang lain akan bisa masuk. NU juga harus sehat secara budaya. Kalo sdh sehat secara budaya, budaya lain pasti tidak bisa masuk. Demikian juga, NU harus sehat secara akidah. Kalo akidah tidak sehat, ya mudah orang NU dibujuki menjadi anggota ormas lain yang bertentangan dengan NU tersebut”, pungkas Kiai M.N. Harisudin yang juga pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Tersebut.

Namun jika NU sakit, misalnya karena banyaknya konflik antar pengurus, koordinasi yang lemah, program yang tidak jalan, tidak pernah silaturahim (turba) ke bawah, lailatul ijtima’ tidak ada, warga NU banyak yang miskin, pendidikan yang rendah, dan sebagainya, maka yang demikian ini akan menyebabkan NU mudah terserang banyak penyakit dari luar. Ibarat tubuh, dia tidak memiliki anti bodi untuk kekebalan tubuhnya. Akhirnya ia jatuh sakit. Tapi kalo tubuh sehat, dia punya kekebalan tubuh dan penyakit tidak bisa masuk. 

“Karena itu, kita jangan menyalahkan orang lain. Tapi, kita harus lihat dan evaluasi diri kita sendiri. Sudah sehat belum NU kita ini? Insya’allah, kalau sudah sehat, sampai kapanpun NU tetap jaya dan tidak mudah dimasuki orang lain”, kata kiai muda yang juga Ketua Puan Amal Hayati PP Nuris Jember.

Gerakan NU Sehat ini diharapkan masuk setiap desa di Jember. Pengurus NU di tiap ranting harus mengimplementasikan dalam kerja nyata di wilayahnya masing-masing. Pengurus NU juga  harus mengurus masjid dan musholla di sekitarnya. Demikian juga, lembaga pendidikan anak-anak NU terus menjadi perhatian utama.   (Anwari/Kontributor NU Online). 

Categories
Keislaman

Universitas Islam Jember Pagari Mahasiswa dengan Ajaran Islam Moderat

Sebagai Perguruan Tinggi Islam Unggulan di Jawa Timur, warga NU harus bangga dengan Universitas Islam Jember. Pasalnya, universitas ini telah berhasil memagari mahasiswanya dengan pendidikan Islam moderat. Di tengah-tengah cara beragama radikal yang dibawa oleh sejumlah kalangan, maka benteng Islam moderat adalah pagar paling aman untuk para pemuda-pemudi Islam. Demikian disampaikan Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember di kantor UIJ, Jl. Kiai Mojo 101 Po Box 170 Jember. 

“Orang NU khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya harus bangga dengan UIJ. Karena UIJ telah memagari mahasiswanya dengan pendidikan agama Islam moderat, yang dicirikan dalam Ahlussunah waljama’ah”, kata Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

“Oleh karena itu, kami berhadap agar warga NU dan juga masyarakat Indonesia memberi perhatian lebih pada anak-anaknya. Jangan sampai mereka keliru memilih perguruan tinggi yang justru menyemai bibit-bibit radikalisme dalam agama. Kalo di UIJ, dipastikan aman dan bahkan mahasiswanya bisa di garda depan mensosialisasikan Islam moderat ke masyarakat ”, kata Kiai muda yang juga menjadi Dosen Pasca Sarjana di sejumlah Perguruan Tinggi di Jawa Timur dan luar Jawa tersebut.

Apa yang disampaikan oleh Dr. Kiai M.N. Harisudin, M. Fil. I yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember ini, adalah relevan dengan situasi sekarang. Di saat negara Indonesia dalam ancaman gerakan Islam yang radikal dan bahkan gerakan tidak mengakui keberadaan Indonesia, maka kehadiran lembaga pendidikan tinggi turut berperan serta dengan keadaan tersebut. Dan Universitas Islam Jember yang didirikan oleh PCNU Jember itu telah memberikan kontribusi yang tidak bisa dianggap remeh dalam meneguhkan dan memperkokoh NKRI.

(Teguh/Humas UIJ).     

Categories
Dunia Islam

Fatayat NU Jember Adakan ToT Juru Dakwah Aswaja

Semakin merebaknya dakwah Islam yang menyimpang dari NU, menjadikan Fatayat NU ingin mencari bibik-bibit dai perempuan (daiyah) yang siap terjun di masyarakat. Dalam rangka ini, Fatayat NU Jember mengadakan ToT Juru Dakwah Aswaja bertema “ Sinergitas Islam Aswaja dan Islam Nusantara Mewujudkan Indonesia Beradab” yang diselenggarakn pada tanggal 15-16 Agustus 2015. Bertempat di kantor NU, Jl. Imam Bonjol 41 A, ToT Juru Dakwah Aswaja ini dihadiri 50 orang peserta yang berasal dari PAC Fatayat NU se-Kabupaten Jember.

Dalam pembukaan, Ketua Fatayat NU Jember, Rahmah Saidah, SP, MP, menyatakan bahwa Fatayat NU harus mengambil peran dalam kegiatan dakwah Islam di Jember. “Setidaknya, ada dua kepentingan. Pertama, agar dakwah Aswaja secara massif diberlakukan di Jember. Dakwah Aswaja yang sudah ada akan diperkuat oleh Fatayat NU.  Kedua, agar dakwah Aswaja menggunakan perspektif perempuan”, kata Ketua Fatayat NU Jember yang juga Guru di SMP Sunan Ampel Sukorambi Jember.

Sementara itu, nara sumber utama, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember, menyatakan keprihatinannya dakwah yang cenderung jadi tontonan, tidak menjadi tuntunan. “Saya rasa, itu harus diubah. Bolehlah menarik dengan berbagai lelucon, tapi jangan itu yang utama. Selain itu, saya melihat dakwah Islam belum menunjukkan hasil karena orientasi para mubaligh yang umumnya bersifat materi”, pungkas Dosen Pasca sarjana IAIN Jember yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Jember tersebut.

Beberapa nara sumber lain juga dihadirkan seperti Dr. K.H. Abdullah, MHI, Ust. Dr. Abd. Hamid Pujiono, Kiai Idrus Romli, S.Ag, Ustadzah Hj. Mukniah Ashom, M.Pd.I dan  Ibu Linda, M.Si. Acara ToT Juru Dakwah Fatayat NU Jember ini diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut yang dipimpin oleh Sahabat Maziyatur Rofi’ah, M.Pd.I untuk membentuk juru dakwah tiap kecamatan yang harus aktif dalam berbagai kegiatan agama, terutama di masjid masing-masing. (Kontributor NU Online/Anwari)

Categories
Keislaman

Pengajian Kitab Fiqh az-Zakat Diakhiri dengan Praktek Pemberian Zakat

Jember, NU Online
Ada yang unik dilakukan oleh Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember setelah hampir setengah bulan, mereka mengaji kitab Fiqh az-Zakat Li Taqwiyat Iqtishad al-Ummat karya MN. Harisudin, Katib Syuriyah PCNU Jember,. Yaitu pelaksanaan pemberian zakat mal pada 100 dluafa yang terdiri dari buruh tani, buruh pabrik, tukang becak, janda, dan kaum dluafa lainnya di sekitar Mangli Kaliwates Jember.

Pelaksanaan zakat ini dilakukan kemarin,  Jum’at, 10 Juli 2015 dihadiri sekitar 100 lebih orang ditambah panitia dan beberapa undangan lainnya. Bertempat di Perum Pesona Surya Milenia C.7 No.6 Mangli Jember, acara dimulai jam 15.30 Wib sampai dengan selesai. Dalam sambutannya, Pengasuh Ponpes Darul Hikam, Dr. M.Noor  Harisudin, M. Fil. I sangat berterima kasih pada kehadiran para mustahiq zakat yang datang dari berbagai tempat ini.

“Kami segenap pengasuh, ustadz dan santri Ponpes Darul Hikam mohon do’a agar zakat kami diterima Allah Swt. Karena ini adalah titipan dari Allah Swt. Dan mohon agar pesantren ini tambah berkah dan manfaat pada banyak orang. Semoga bisa bertambah banyak lagi di masa-masa yang akan datang”, kata pengasuh Ponpes Darul Hikam yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.

Sementara itu, Humas Ponpes Darul Hikam, Ust. Anwari, S.Pd.I mengatakan bahwa pelaksanaan zakat ini adalah rangkaian khataman ngaji kitab Fiqh az-Zakat. Sebagaimana dimaklumi, bahwa khataman kitab zakat  ini diselenggarakan Ponpes Darul Hikam bekerja sama dengan AZKA Al-Baitul Amien Jember.

“Sedang, pelaksanaan zakat ini murni dilakukan sendiri oleh Dr. MN. Harisudin, M. Fil. I selaku pengasuh ponpes Darul Hikam. Sekaligus juga pembelajaran pada para santri agar tahu bagaimana cara berzakat dengan sebenarnya”, kata Ust. Anwari yang juga alumni S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Jember tersebut.  

Tentu hal yang menarik dan dinspiratif disini bahwa, zakat tidak hanya dipelajari, namun juga terus dilanjutkan dengan prakteknya.  Ilmu zakat digandeng dengan amal zakat. Ilmu dan amal adalah satu, sebagaimana dipraktekkan di pondok pesantren yang concern pada ilmu nahwu-sharaf dan fiqh-ushul fiqh tersebut. 

(Humas PP Darul Hikam/Anwari)

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember: Pengusaha Sebaiknya Bayar Zakat Lewat Amil Zakat

Kendati sudah berkali-kali terjadi, namun ricuh saat pembagian zakat kembali terulang. Baru-baru ini kericuhan terjadi di Makasar, saat seorang pengusaha membayar zakat secara massal dalam bentuk uang Rp. 50.000-an. Hal demikian ini mendorong Katib Syuriyah NU Jember, Dr. M. N. Harisudin, M. Fil. I berkomentar berupaya untuk memberikan solusinya.

Ditemui saat santai di kantor PCNU Jember, alumni doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya bidang Fiqh-Ushul Fiqh mengatakan bahwa sebaiknya para pengusaha ini memberikan zakat melalui amil zakat yang resmi mendapat pengakuan dari pemerintah.

“Sebaiknya pengusaha berzakat memang ke amil zakat resmi yang diakui pemerintah. Pertama, di amil zakat resmi, zakat bisa tersalur secara tepat sasaran. Kedua, pada amil zakat resmi, kwitansi pembayaran zakat bisa menjadi pengurang pajak penghasilan sebagaimana disebut dalam UU Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011”, pungkas kiai muda yang juga Konsultan Zakat pada AZKA Al-Baitul Amien Jember.

“Dan Ketiga, pemberian zakat melalui amil juga tepat guna karena amil zakat tidak hanya memberi zakat secara konsumtif, namun juga produktif. Ini karena amil zakat berusaha menjadikan mustahiq sebagai muzakki suatu saat nanti”, kata penulis Kitab Fiqh az-Zakat Li Taqwiyat Iqtishad al-‘Ummat tersebut.

Kalaupun pengusaha ngotot ingin menyalurkan sendiri langsung pada mustahiq zakat, menurut M. N. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember ini, penyaluran zakat harus dimanage dengan sebaik-baiknya agar lebih memanusiakan dan juga memartabatkan mustahiq (penerima) zakat. Jangan sampai mustahiq zakat itu berdesak-desakan, berhimpitan, saling injak dan bahkan ada korban yang meninggal dunia.

“Memang afdolnya kalau zakat ikut ditampakkan di depan publik, namun jangan sampai hanya mencari afdol, yang wajib yaitu memelihara jiwa (hifdz an-nafs)  diabaikan. Lebih penting memelihara jiwa (hifdz an-nafs) dari pada mencari keutamaan (afdol)”, kata aktivis NU yang juga Wakil Ketua Alumni Ma’had Aly Situbondo tersebut. (Kontributor NU Online/Anwari).

Categories
Dunia Islam

Ramadhan Pintu Meraih Surga

Awal pelaksanaan Shalat Teraweh di Masjid Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember berjalan dengan khidmat. Ustadz. HM. Misbahus Salam selaku Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam mendapat giliran menjadi Imam Shalat isya’, Teraweh, Witir  dan ceramah. 

Dalam ceramahnya Ustadz  Misbah mengutip hadist Nabi Muhammad SAW. ; Idza Jaa Ramadhanu futtihat abwabul jannah wa gulliqat abwabun nari wa shuffidat assyayathinu (artinya apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan pun dibelenggu).

Makna dari hadist ini kata Ustadz Misbah bahwa yang dimaksud saat bulan ramadhan pintu surga dibuka adalah di bulan Ramadhan ini Allah Swt banyak memberi pahala dan pengampunan pada hambaNya dengan adanya ibadah puasa, shalat teraweh dan qiyamul lail atau bangun dimalam hari. Sebagian riwayat disebut juga dengan istilah abwabur rahmah artinya pintu rahmat dibuka, artinya saat kita punya kelebihan rizqi di bulan Ramadhan ini bersedakahlah, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Sedangkan yang di maksud dengan wa gulliqat abwabun nari (ditutup pintu neraka), kata Ustadz Misbah adalah di bulan Ramadhan ini kita harus menghindari dari perbuatan maksiat dan dosa, agar ibadah puasa kita tidak sia-sia.

Ustadz misbah juga melanjutkan sedangkan yang dimaksud dengan wa shuffidat assyayathiinu (setan dibelenggu), di bulan Ramadhan ini syetan-syetan yang sangat jahat dibelenggu oleh Allah. Oleh karena itu sebuah kesempatan bagi umat Islam di bulan ramadhan ini memperbanyak ibadah ritual maupun sosial dan bermunajah atau berdoa kepada Allah karena bulan ini adalah bulan yang mustajabah, Allah Swt mudah mengabulkan do’a-do’a hambanya.

Kegiatan Ramadhan di Masjid Darus Salam Sukorejo ini kata Ustadz Misbah selain  Shalat, tadarrus, juga ada ta’lim, pengajaran ilmu agama, buka bersama dan santunan sembako pada anak yatim dan faqir miskin. (HMS)