Categories
Opini

Muslimah dan Pasir di Pesisir Pantai

Oleh: Mar’atus Sholehah

“Dan katakanlah pada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, janganlah mereka menampakkan perhiasan (aurat), kecuali yang biasa tampak.dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan auratnya………”(QS. An-Nur:31).

Wahai nabi!, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “hendaknya mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.“ yang demikian itu agar mereka lebih dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Ahzab: 59)

Ukhti, kita sebagai muslimah yang mukmin tentunya sudah mengerti tentang diwajibkannya jilbab pada kita semua sesuai dengan ayat diatas. Begitu sempurnanya Islam menjaga kita, menjaga kehormatan kita agar kita tetap menjadi muslimah yang beriman. namun, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjaga diri kita dengan sempurna? Sesempurna Islam menjaga kehormatan kita. 

Berbicara masalah menutup aurat, kita tahu sekarang kita hidup dizaman akhir, yang mana menurut ulama’ zaman yang tidak sebaik zaman-zaman terdahulu, juga bisa diartikan wanita terdahulu tentunya lebih baik dari wanita zaman sekarang dari menutup auratnya sampai  memelihara kehormatannya serta akhlaqnya yang mulia.

Ukhti, sebelum globalisasi dunia barat masuk pada agama Islam,  muslimah yang menutup auratnya sangat anggun sekali, mereka menutup auratnya dari atas kepala hingga ujung kakinya tanpa ada lekuk tubuhnya yang terlihat sedikitpun. Mereka sangat menjaga kehormatan mereka sebagaimana Islam menjaga kehormatan mereka, mereka taat pada perintah Allah, menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah, dan mereka juga mempunyai akhlaq yang amat sangat mulia, seakan mereka adalah mawar yang ada didalam kaca, indah dipandang namun sukar untuk dipegang.

Ukhti, mari kita lihat wanita-wanita muslimah zaman sekarang!. Amat sangat jauh sekali bukan? Apabila kita mencari kriteria wanita yang sebanding dengan yang sudah dikatakan diatas, mungkin kita hanya menemukan satu diantara seribu. Wanita zaman sekarang memang sudah menutup anggota tubuhnya, tapi mereka tidak dikatakan menutup aurat. Mengapa demikian? Bukankah mereka sudah berjilbab? Mereka sudah memakai pakaian yang sudah menutup dari ujung kaki sampai ujung kepala bukan?.

Memang, mereka telah menutup auratnya,  tapi mereka menampakkan seluruh lekuk tubuhnya sehingga terlihat sesak untuk bernafas. Mereka tidak bisa dikatakan menutup aurat dengan sempurna, mereka juga tidak bisa dikatakan menjaga kehormataannya, karena yang mereka kenakan menimbulkan syahwat kaum adam. Mereka bagaikan pasir di pesisir pantai, yang boleh dipijak dan dimiliki siapa saja.

Ukhti, jauh pada saat sang Baginda Besar Nabi Muhammad SAW. Masih hidup, beliau pernah bersabda yang artinya “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya, mereka ialah: 1)Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip dengan ekor sapi untuk memukuli orang lain, 2) Wanita yang berpakaian tapi telanjang dan berlenggak-lenggok, kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta, mereka itu tidak masuk syurga, dan tidak pula mencium baunya, padahal sesungguhnya bau syurga itu bisa tercium dari jarak sekian-sekian (HR. Muslim).

Hadits diatas sudah terbukti di zaman sekarang. Dan bahasa saat ini terkenal dengan nama “Jilbob”. Yang mana jilbob ini tertuju pada wanita yang menutup auratnya tidak sesuai dengan syari’at Islam yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. di atas. Demikian ini merupakan suatu hinaan bagi Jilbobers, sedangkan mereka tidak sadar dengan itu semua. Mereka hanya tahu bahwa yang mereka lakukan itu merupakan suatu hal yang lumrah dalam perkembangan zaman. Namun ada juga yang sadar tapi tetap tidak ingin melakukan jilbob, karena lebih mengedepankan nafsunya untuk bergaya di depan para pria.

Ukhti, menjadi wanita yang dijaga kehormatannya oleh Tuhannya merupakan suatu hal yang sangat  istimewa. Mari kita berusaha untuk menjaga kehormatan kita sebagaimana Allah telah menjaga kita dengan firmannya. Kita berusaha menjadi wanita yang dirindukan oleh syurga beserta isinya.

Ingatlah pesan dari Sayyidah A’isya RA. “Sebaik-baik wanita adalah yang tidak memandang, dan tidak dipandang. Jangan kau merasa bangga dengan kecantikanmu, sehingga kamu dikejar sejuta laki-laki, itu bukan suatu kemuliaan bagimu. Jika kau merasa bangga, kau menyamakan dirimu dengan pepasir dipesisir pantai, yang boleh dipijak dan dimiliki siapa saja. Muliakanlah dirimu dengan taqwa, setanding mutiara zabarjad yang hanya mampu dimiliki penghuni syurga.” Wallahu’alam.**

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember: Orang Awam Silahkan Taqlid  

Jember, NU Online.

Katib Syuriyah NU Jember, Dr. Kiai MN Harisudin, M. Fil.I menyatakan bahwa cara beragama Islam itu ada tiga. Yaitu, ijtihad, ittiba’ dan taqlid. Jika ijtihad adalah cara beragama dengan mengetahui dalil dan bisa mengolah dalil tersebut, maka ittiba’ adalah cara beragama dengan mengetahui dalil namun tidak tahu cara mengolahnya. Sementara taqlid adalah beragama tanpa mengetahui dalilnya. Demikian disampaikan Dr Kiai MN Harisudin dalam pengajian Subuh di Masjid Muhajirin, Perumahan Gunung Batu Sumbersari Jember. Hadir tidak kurang 200 jama’ah yang aktif menyimak pengajian menarik tersebut.

Menurut Dr. Kiai M.N. Harisudin M. Fil.I, ijtihad adalah level tertinggi dalam beragama. Sementara, taqlid adalah level terendah dalam beragama. “Di level tertinggi, ijtihad wajib hukumnya bagi yang mampu berijtihad. Misalnya Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal yang menghafal ribuan hadits, mengetahui tafsir al-Qur’an, mengetahui bahasa Arab, mengetahui ijma’ ulama, mengetahui fiqh dan ushul fiqh, dan sebagainya. Orang-orang yang memiliki kompetensi ini wajib hukumnya berijtihad”, tukas kiai muda yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Sementara, orang yang awam cukup bertaqlid pada kiai dan ustadz. Dengan kata lain, orang awam tidak perlu repot-repot mencari dalil. Orang awam beragama di level terendah dengan cukup mengikuti apa kata kiai atau ustadz. “Bayangkan kalau orang awam itu tukang becak, penjual sayur di pasar, petani di sawah. Mereka disuruh ribet mencari dalil dengan bolak-balik al-Qur’an dan as-Sunah. Tentu mereka akan kesulitan dan berat menerima perintah ijtihad. Selain itu, hasil ijtihadnya tidak dapat dipertanggungjawabkan karena mereka misalnya tidak tahu bahasa Arab, al-Qur’an dan al-Hadits“, tukas Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember yang juga Ketua Bidang Intelektualitas dan Publikasi Ilmiah IKA-PMII Jember. 

Setidaknya, menurut Kiai M.N. Harisudin, ada tiga alasan mengapa ada pilihan-pilihan tersebut. Pertama, menurut Kiai MN Harisudin yang juga Wakil Ketua PW Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut,  manusia memang diciptakan dengan kelas-kelas berbeda. Secara sosiologis, memang manusia tidaklah satu, melainkan berbeda-beda karena itu kita tidak bisa menggeneralisasikan bahwa orang lain sama dengan kita.

“Kedua, adanya perintah untuk bertakwa semampu orang Islam. Ittaqullaha mas tatha’tum. Makanya, yang mampu ijtihad silahkan Ijtihad.Dan yang tidak mampu ijtihad silahkan ittiba’. Jika tidak mampu ittiba’, silahkan taqlid.  Ketiga, tidak ada pembebanan (taklif) di luar kemampuan manusia. Seorang anak kecil umur dua tahun tidak bisa dibebani membawa beras satu karung. Itu taklifu ma la yuthaqu. (Membebani di luar kemampuan manusia).  Dengan model beragama ini, agama Islam terasa mudah diterima oleh umat. Inilah dimensi rahmatan lil alaminnya agama Islam”, tukas Kiai MN Harisudin yang juga Pengurus Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Jember tersebut.

(Anwari/Kontributor NU Online)      

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Tegaskan Pancasila = Negara Islam

Jember, NU Online

Di hadapan kurang lebih 500 orang jama’ah pengajian muslimin dan muslimat di Masjid Baiturahim Kebonsari Jember, Katib Syuriyah NU Jember, Kiai M.N. Harisudin menegaskan bahwa Pancasila sama dengan  Negara Islam. Acara Isra’ Mi’raj yang digelar Ahad, 1 Mei 2016 mulai jam 19.00 sampai dengan 22.00 WIB. oleh Ikatan Ta’mir Masjid dan Musholla se-Kabupaten Jember ini dan warga Kebonsari ini berlangsung dengan meriah diiringi dengan sholat remaja Masjid Baiturrahim Kebonsari.

Kiai M.N. Harisudin tegas mengatakan bahwa Pancasila itu semua dalilnya adalah al-Qur’an dan al-Hadits. “Jadi, kalau sudah Negara Pancasila itu juga berarti negara Islam. Tidak perlu khilafah segala, itu tahsilul hasil. Makanya, pemerintah harus tegas terhadap ormas yang anti Pancasila dan anti-NKRI”, tutur Kaprodi Hukum Pidana Islam dan Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah IAIN Jember tersebut seraya menyebut satu persatu ayat-ayat yang terkandung dalam Pancasila.

Dalam ceramah selanjutnya, Kiai M.N. Harisudin juga  menjelaskan hikmah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. “ Intisari dari Isra’ Mi’raj itu adalah sholat. Kalau sholatnya benar, insyaallah akan menjadi orang baik. Orang baik inilah orang-orang Islam nusantara. Kita orang-orang Indonesia sudah dikenal baik di seluruh dunia. Kita, orang Indonesia, terkenal dengan Negara Islam demokratis terbesar dunia”, tukas kiai muda yang juga penceramah rutin di sejumlah televisi tersebut.

Kiai Harisudin lebih lanjut mengatakan bahwa Islam produk sholat di nusantara ini merupakan berkah yang sangat berharga. “Islam Nusantara ini sangat baik. Lebih baik daripada Islam di Saudi Arabia, Iran, Irak, Mesir, Afganistan. Makanya, Wapres Jusuf Kalla minta untuk tahun ini –seperti disampaikan Sekretaris Jenderal Kementrian Agama, Prof. Nur Syam, M.Si, tidak boleh ada pelajar Indonesia yang belajar ke Timur Tengah. Nanti mereka belajar kekerasan. Mereka yang mestinya belajar ke Indonesia”, kutip Kiai M.N. Harisudin yang juga pengurus Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Jember.

Oleh karena itu, lanjut Kiai Harisudin, kita perlu bangga dengan Islam Nusantara. Islam yang damai dan toleran serta dapat berjalan seiring dengan kearifan lokal di semua tempat. Inilah nilai-nilai Islam nusantara yang dapat “dijual” ke dunia.

(Anwari/Kontributor NU Online).          

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Serukan Orang Tua Dukung Gerakan Ayo Mondok

Jember, NU Online.

Katib Syuriyah NU Jember, Dr. Kiai M.N. Harisudin, M.Fil. I, mendukung Gerakan Ayo Mondok Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Dalam  siaran persnya di Kantor PCNU Jember, Selasa, 19 April 2016, jam 10.00 Wib sd 10.30 WIB, Dr Kiai MN Harisudin mendorong semua elemen orang tua untuk memperhatikan pendidikan anaknya. Salah satunya dengan cara menempatkan anak-anak mereka di pondok pesantren.

“Gerakan Ayo Mondok, hemat saya, sangat bagus. Ini ide brilliant untuk mendidik anak-anak bangsa ini bisa menjadi lebih baik. Jangan biarkan anak-anak didik kita dididik secara sekuler. Kalau sudah sekuler, jangan salahkan anaknya”, kata Kiai MN Harisudin yang juga penceramah rutin di Jember 1TV dan TV9 Surabaya tersebut.

Di tengah-tengah tantangan moralitas anak-anak di masa sekarang, maka Pondok Pesantren adalah sekolah prioritas untuk mendidik anak-anak sholeh yang berkarakter.”Di pondok pesantren, anak kita dididik untuk menjadi anak-anak yang berakhlakul karimah.  Anak-anak yang dijauhkan dari pergaulan bebas, dijauhkan dari narkoba, dijauhkan dari radikalisme-terorisme, dan sebagainya. Karena itu, kita harus bangga dengan pondok pesantren kita”, tukas Kiai MN Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Dalam konteks  Jember, Kiai MN Harisudin mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk tidak sungkan-sungkan di pondok. “ Ya ini karena Jember dikenal sebagai kota pelajar. Banyak mahasiswa dan pelajar dari kabupaten lain di sini. Mereka kuliah di Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember, Institut Agama Islam Negeri Jember, Universitas Islam Jember dan lain-lain. Mereka juga pelajar di MAN1 Jember, MAN 2 Jember, SMA 1 Negeri Jember, SMA 2 Negeri Jember dan lain-lain.  Jangan gengsi di pondok. Justru, di pondok diajari banyak hal. Misalnya, kemandirian, kesederhanaan, kejujuran dan juga kebersamaan”.

“Makanya, para orang tua harus memilih tegas pondok. Jangan membiarkan anak perempuannya bebas tinggal di kontrakan dan kos tanpa kendali karena akibatnya kita sudah bisa tebak. Mereka yang di luar pondok lebih mudah terpengaruh tradisi ‘kumpul kebo’ dan perzinahan”, jelas Kiai M.N. Harisudin yang juga Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Tapi, Kiai MN. Harisudin mengingatkan untuk mondok yang benar-benar di pesantren. “Pesantren yang benar ya ada bangunan pondoknya, ada kiainya, ada ngajinya, dan ada musholla atau masjidnya. Karena sekarang ada namanya pesantren, tapi tidak ada ngajinya. Itu bukan pondok pesantren, tapi kos-kosan berlabel pesantren ”, lanjut Kiai M.N Harisudin yang juga Pengurus MUI Kabupaten Jember tersebut mengakhiri siaran persnya.

(Kontributor NU Online/Anwari)

Categories
Sains

LTN NU Jatim Luncurkan Program Indonesia Menulis

Surabaya, NU Online

Semakin kompetitifnya masyarakat dunia dalam persaingan global, mendorong seluruh pihak untuk meningkatkan sumber daya manusia. Terutama daya saing dalam bidang karya tulis ilmiah, yang hingga kini, Indonesia masih jauh dari Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan sebagainya. Catatan merah ini menginisiasi PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur meluncurkan Program Indonesia Menulis.

Dr. Kiai MN Harisudin, M. Fil. I, Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jatim mengatakan pentingnya Program Indonesia Menulis untuk memacu kualitas karya guru, dosen dan mahasiswa di Indonesia. “ Kita masih kalah jauh dengan Negara tetangga. Maka, solusinya adalah melakukan percepatan-percepatan. Dalam rangka percepatan itu, PW LTN NU Jatim meluncurkan Program Indonesia Menulis”, tukas Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember, pada hari Jum’at, 18 Maret 2016 di kantor TV 9, Jl. Raya Darmo No. 96 Surabaya tersebut.

Menurut Kiai MN. Harisudin, untuk menghadapi tantangan yang berat ini, LTN NU Jatim memfasilitasi para stake holder di Indonesia, terutama di kalngan guru dan dosen, untuk mengikuti training penulisan karya ilmiah, menulis buku, pelatihan PTK dan sebagainya. “Intinya, kami ingin membantu masyarakat dengan memotivasi mereka dengan menulis dan menulis. Kami kampanyekan bahwa menulis itu mudah, mudah dan mudah. Ini juga membantu para guru untuk mendapat point publikasi ilmiah sebagaimana amanat undang-undang”, kata Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jatim yang juga Katib Suriyah PCNU Jember.

“Dan alhamdulillah, sudah banyak yang merespon. Lumajang, Cirebon, Kota Baru, Semarang, Demak, Jember dan banyak kota di seluruh Indonesia yang indent ingin menyelenggarakan kegiatan tersebut. Insyaallah yang dalam waktu dekat, diadakan di Lumajang pada tanggal 2 April 2016”, tukas Kiai Muda yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Oleh karena itu, Kiai M.N. Harisudin mengajak lebih luas lagi pada masyarakat dengan menulis buku yang banyak. Di sini, akan Nampak dinamika intelektual yang luar biasa dan menjadikan Indonesia kelak menjadi magnet peradaban dunia.

Sementara itu, Ketua PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Kiai Ahmad Najib AR, mendukung sepenuhnya Program Indonesia Menulis. “Kemarin kita sudah melaksanakan program unggulan seperti Madrasah Jurnalistik. Juga membentuk Asosiasi Penerbit NU. Dan sekarang ada Program Indonesia Menulis. Ini semua gagasan progresif kami di Lembaga Ta’lif wa an-Nayr NU Jawa Timur untuk memperkuat tradisi menulis di negeri ini” Kata Kiai Najib yang juga Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya tersebut. 

Wallahu’alam.**  

(Anwari/Kontributor NU Online)       

Categories
Kolom Pengasuh Opini

Menggagas Fikih Nusantara

Oleh: Dr. M.N. Harisudin M. Fil. I

Dosen Pascasarjana IAIN Jember

Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember

Katib Syuriyah PCNU Jember

17 mei

Secara derivatif, terma Fikih Nusantara yang saya ajukan adalah bagian dari gagasan besar Islam Nusantara. Islam Nusantara, meski baru digemakan dalam Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33, pada tanggal 1-5 Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur, namun secara subtansi sesungguhnya sudah didiskusikan sejak lama. Bahkan, sebagai praksis umat, Islam Nusantara sesungguhnya sudah sejak lama juga menjadi bagian dalam kehidupan umat Islam di Indonesia ratusan tahun yang silam. Islam Nusantara telah menjadi casing umat Islam Indonesia yang memiliki karakter khusus, yaitu Islam yang inklusif, toleran dan juga moderat. Islam Nusantara ini pula yang menjadi magnet bagi umat Islam di seluruh dunia.

Saya ingin mengajak pembaca pada dunia yang lebih kecil dalam Islam Nusantara, dengan apa yang saya sebut sebagai “Fikih Nusantara”. Fikih Nusantara adalah fikih yang dipraktekkan di nusantara, sesuai dengan keadaan realitas nusantara. Adalah Prof Hasbi as-Shidiqi, Guru Besar Hukum Islam IAIN Yogyakarta (sekarang bernama UIN Yogyakarta) yang menyebut pertama kali dengan Fikih Indonesia. Gagasan Hasbi as-Shidiqi dilatari oleh kejumudan fiqh di tahun 1940 yang dirasa tidak bisa memberikan solusi-solusi atas berbagai problematika umat. Meski tidak direspon dengan baik, namun gagasan Hasbi inilah yang dicatat sejarah sebagai tonggak permulaan tentang fikih Nusantara.

Gagasan Hasbi sendiri, dari aspek content, hemat saya, sebetulnya, tidak luar biasa karena pembaruan fiqh Indonesia yang ia tawarkan, sejatinya hanya dalam ruang lingkup mu’amalah. Hasbi tidak berani secara progresif melakukan pembaruan terhadap bidang “ibadah mahdlah” seperti haji, sholat, besaran zakat, puasa dan sebagainya. Pada tahun 1961, Hasbi kembali mengungkapkan gagasan tentang Fikih Indonesia dan  baru mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia. Tentu, yang luar biasa adalah keberanian Hasbi menyodorkan gagasan Fiqh Indonesia yang dipandang tabu saat itu.  

Pada etape selanjutnya, pengaruh pikiran Hasbi sungguh luar biasa. Hukum Islam yang sudah lama “dipinggirkan” mulai untuk ditempatkan ditempat yang terhormat. Semula, dalam tata hukum nasional kita, hukum Islam berada menjadi bagian dari hukum adat, namun setelah ada pikiran Hasbi dan lalu diteruskan oleh pembaharu selanjutnya, Hazairin, menjadikan hukum Islam menjadi elemen yang mandiri dalam hukum nasional. Hukum nasional menjadi terpola dengan tiga elemen penting: hukum Eropa, hukum adat dan hukum Islam. Pada masa orde reformasi, semakin banyak hukum Islam yang menajdi qanun (positif laws) di negara ini seperti Kompilasi Hukum Islam (1991), UU tentang zakat (1999 direvisi 2011), UU tentang Wakaf (2004), UU Perbankan Syari’ah (2008) dan lain sebagainya.

Saya ingin menggaris bawahi bahwa Fikih Indonesia yang ditawarkan Hasbi As-Shiddiqi berdampak sosial sangat luas. Bagaimanapun juga, gagasan Hasbi as-Shidiqi telah menjadi batu bata pertama fikih Nusantara di negeri ini. Hasbi memang membayangkan Fiqh Nusantara seperti Fikih Hijazi, Fikih Hindi dan Fikih Mishri. Dan kini, tejadi percepatan luar biasa atas fikih Nusantara di negeri ini. Fikih Nusantara  setidaknya telah mewujud dalam dua bentuk penting sekaligus: living laws (hukum yang hidup) dan positif laws (hukum positif). Keduanya adalah bagian dan kekayaan dari khazanah fikih Nusantara.

Sebagai living laws, fikih Nusantara dapat kita simak bersama dalam musyawarah kitab di pesantren, halaqah Bahsul Masail NU, Majlis Tarjih Muhammadiyah, Dewan Hisbah Persis, Fatwa MUI dan sebagainya, yang kesemuanya menjadi acuan referensi fatwa bagi umat. Sementara itu, sebagai positif laws, kita melihat Fikih Nusantara yang terbakukan dalam regulasi yang ditetapkan pemerintah dan bersifat mengikat bagi seluruh umat Islam. Dalam hukum yang positif laws ini, berlaku kaidah fikih: hukmu al-hakim yulzimu wa yarfaul khilafa. Keputusan hakim bersifat mengikat dan menghilangkan perbedaan pendapat.  

Fikih Nusantara ini secara metodologis dapat dipertanggungjawabkan karena ditopang minimal oleh tiga dalil utama, yaitu istihsanmaslahah mursalah dan ‘urf. Jika istihsan adalah menganggap baik apa yang dianggap baik oleh mayoritas muslim, dan maslahah mursalah merupakan maslahah yang tidak diperintah maupun dilarang langsung oleh syara’, namun mengandung dimensi kemanfaatan yang nyata dan bersifat luas, sementara ‘urf adalah tradisi yang telah berurat akar dalam masyarakat luas. Ketiga dalil ini, memperkokoh basis epistemologis Fikih Nusantara, menjadi fiqh yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

Dari aspek produk, ulama Nusantara juga telah banyak memproduksi Fikih Nusantara. Misalnya, tradisi Halal bi Halal yang hanya ada di Indonesia. Ghalibnya, di berbagai Negara Timur Tengah, yang ramai adalah hari raya Idul Adha. Namun, di Indonesia, justru yang sangat ramai adalah Idul Fitri yang selanjutnya diteruskan dengan acara Hari Raya Ketupat dan juga acara Halal bi Halal. Para ulama Nusantara juga menunjukkan kreasi “ukuran aurat” dengan tidak menggunakan hijab ‘ala Timur Tengah. Ini dibuktikan dengan baju muslimah Nusantara para Ibu Nyai tokoh-tokoh besar Islam seperti istri KH. Hasyim Asy’ari, istri KH. Ahmad Dahlan, istri Buya Hamka, istri H. Agus Salim dan lain sebagainya. Baju muslimah Nusantara kini dapat kita lihat pada Ibu Shinta Nuriyah Wahid, istri alm. KH. Abdurrahman Wajid, Presiden RI yang keempat.

Produk lain Fikih Nusantara yang bahkan telah ditetapkan sebagai qanun dalam Kompilasi Hukum Islam adalah harta gono-gini. Harta gono -gini merupakan harta bersama suami-istri setelah menikah. Dalam KHI disebutkan bahwa, harta waris akan dibagi setelah harta gono-gini suami istri dibagi berdua. Jika seorang suami meninggal misalnya dengan uang 100 juta, maka dibagi untuk istri 50 juta dan suami 50 juta. Uang 50 juta suami inilah yang dibagi pada para ahli waris. Model Fikih Nusantara dalam harta gono-gini seperti ini merupakan lompatan yang luar biasa dibanding dengan Fikih Konvensional yang ada dan dipraktekkan di banyak negara Islam, terutama Timur Tengah.

 Walhasil, Fikih Nusantara adalah fiqh yang telah built-in dan mengakar dalam kehidupan Muslim nusantara. Fikih ini akan terus tanpa henti melakukan “perubahan” sesuai dengan tuntutan zaman sebagaimana kaidah Fikih: Taghayyurul  ahkam bi taghayuril azminati wal amkinati. Perubahan hukum bergantung pada perubahan zaman dan tempat. Jika realitas-realitas berubah, maka hukum akan menyesuaikan dengan perubahan realitas tersebut. Hanya saja, perubahan dimaksud adalah perubahan pada  selain “ibadah mahdlah”. Karena pada dimensi ibadah mahdlah ini, sudah harga mati, tidak bisa diotak-atik dan bersifat sepanjang masa.     

Wallahu’alam. **                  

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember:  Islam Nusantara, Usulan Peradaban Dunia 

Jember, NU Online

Islam Nusantara menjadi topik hangat dalam diskusi rutin yang diselesenggarakan Eksan Institute di Markas Eksan Institute, Perum Milenia Mangli Jember, Jawa Timur, Sabtu (12/03/2016). Uniknya lagi, kegiatan itu diawali dengan jalan santai bersama yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dihadiri tak kurang 150 peserta dari berbagai kalangan muda: HMI, PMII, IPNU, IPPNU, Fatayat, Muslimat dan sebagainya.

Hadir sebagai pembicara Dr. Kiai M. N Harisudin, M.Fil. I, Katib Syuriyah PCNU Jember dan Moh. Eksan, S.Ag, Ketua DPC Partai Nasdem yang juga Anggota DPRD Jawa Timur. Dalam pemaparannya, Kiai Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember ini menjelaskan bahwa Islam Nusantara merupakan Islam yang hidup dan berkembang di Nusantara.”Bukan Islam yang hidup dan berkembang dari nusantara, atau juga bukan Islam yang tumbuh dan berkembang untuk nusantara. Jadi, Islam Nusantara adalah Islam yang tumbuh dan berkembang di nusantara yang memiliki karakter inklusif dan moderat” .

Kehadiran Islam Nusantara, lanjut Kiai Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember ini, menjadi “hipnotis” tersendiri dalam spektrum peradaban dunia. Bahkan, ia setuju dengan pendapatnya Prof Abdul Karim, yang menyebutkan bahwa Islam Nusantara akan menjadi daerah paling cerah dalam dunia Islam. Demikian ini karena kehidupan mayoritas muslim di Timur Tengah, Benua Kecil lndia, Afrika Utara, dan Afrika Tengah, sedang terhimpit konflik dan keganasan. Tak heran, seperti disampaikan oleh Prof Nur Syam, Sekjen Kemenag RI, saat acara di Malang, jika Wapres Jususf Kalla di tahun 2016, bahwa menolak pengiriman mahasiswa Indonesia ke Timur Tengah, karena hanya akan belajar konflik dan konflik belaka.

“Dengan demikian, kiblat peradaban Islam bukan lagi Timur Tengah, tapi Indonesia. Indonesia layak untuk jadi episentrum peradaban dunia. Dari segala aspek, Indonesia paling  layak di seluruh dunia. Layaknya ini ya karena tawaran Islam Nusantara yang inklusif, toleran dan juga moderat”, kata Kiai Harisudin yang juga Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Lebih lanjut, Kiai Harisudin juga menyebut ciri Islam Nusantara. “Setidaknya, ada beberapa ciri Islam Nusantara. Yaitu, pertama, adanya pengalaman sejarah yang panjang. Kedua, ide pribumisasi Islam. Ketiga penghargaan dan keteguhan terhadap kearifan lokal. Keempat, adanya institusi atau kelompok yang mengedepankan wacana Islam Inklusif dan toleran. Kelima, peran Ormas dan para pemikir muslim Indonesia yang membebaskan dan juga mencerahkan,” jelas Kiai muda yang juga Kaprodi Hukum Tata Negara dan Hukum Pidana Islam di Fakultas Syari’ah IAIN Jember tersebut.

Dan Islam Nusantara, menurut Kiai Harisudin, akan terus berdialektika dengan sejarah sosial ummat Islam di Indonesia. Islam Nusantara bisa menerima perubahan sepanjang ada ‘illat perubahan itu sendiri. “Jadi, Islam Nusantara tidak berhenti di sini dan saat ini. Islam Nusantara akan terus melakukan evaluasi diri secara terus menerus untuk meyuguhkan yang terbaik dalam peradaban dunia”, tutur Kiai muda yang juga pengurus Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Jember tersebut.  

Pada kesempatan yang sama, Moch Eksan menyampaikan bahwa tema Islam Nusantara muncul bersamaan dengan agenda muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Agustus  2015 yang silam. Tema ini, menurut pria yang juga aktifis muda PCNU Jember ini merupakan tawaran paradigma keberagamaan, baik dari sisi Minhajul Fikr, maupun Minhajul ‘Amal. NU menawarkan Islam Nusantara ini sebagai hasil dari dialektika intelektualisme dan sosial kultural antara NU dan Indonesia.

Sebagai sebuah tawaran tambah Eksan, Islam nusantara ini didukung sekaligus juga ditentang. Hal tersebut, menurut anggota DPRD Jatim ini, satu hal yang wajar sebagai konsekuensi logis dari dinamika diskursus keislaman Indonesia kontemporer yang terbuka dan demokratis. Para intelektual Islam NU barang tentu banyak yang mendukung. “Bahkan tokoh tokoh sekaliber Prof. Dr. Quraish Shihab, M.A., Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, juga mengamini tawaran NU ini. Tak kurang juga seorang Islamis Indonesianis asal belanda Prof. Dr. Martin Van Brussen, M.A. mengapresiasi tawaran NU dalam mengembangkan Islam damai, santun, dan anti kekerasan,” tandasnya.

Selain banyak dukungan diatas, juga terdapat kelompok dan tokoh yang menentang. Semisal Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI). HTI memandang bahwa tawaran Islam nusantara NU tidaklah fair dengan membanding-bandingkan negara Indonesia dan negara Timur Tengah hari ini. Kondisi yang bertolak belakang antara Indonesia dan negara Timur Tengah merupakan bagian dari skenario skularisme global. FPI bukan hanya menentang tapi juga mengecam Islam Nusantara sebagai cara berfikir yang sesat menyesatkan, Habib Rizieq menuding bahwa Islam Nusantara itu tak lebih dari propaganda dari Zionis yang berisi gerakan pemikiran dan gerakan sosial yang anti islam. Semula memang anti arab tapi berujung anti-Islam.

(Anwari/Kontributor NU Online).

Categories
Sains

PCNU Jember, Terbitkan Buku Panduan Sholat Gerhana Matahari dan Bulan

Jember, NU Online.

Dalam rangka untuk mensyiarkan Sholat Gerhana Matahari, sebagaimana himbauan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama kepada warga NU di seluruh dunia beberapa hari yang lalu, maka PCNU Jember berupaya meresponnya dengan baik. Salah satunya dengan menerbitkan buku saku Panduan Sholat  Gerhana Matahari dan Bulan. Buku yang berisi pengertian, hukum dan tata cara Sholat Gerhana Matahari dan Bulan disusun oleh Dr. Kiai MN. Harisudin, M.Fil. I (Katib Syuriyah NU) dan Kiai Abd. Wahab MHI (Wakil Katib Syuriyah NU) .

Di kantor NU Jember, Jl. Imam Bonjol 41 A Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin menekankan pentingnya praktek sholat Gerhana Matahari pada tanggal 9 Maret 2016. “Kami himbau kepada seluruh Pengurus NU Jember, mulai Ranting, MWC dan Cabang untuk melaksanakan Sholat Gerhana Matahari di tempat masing-masing. Ini sebagai Syiar Islam. Kalau di Bali, tanggal 9 Maret 2016 ada  nonton bareng Gerhana Matahari, kalau di Islam ya Sholat Bareng Gerhana Matahari”.

Menurut Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut, sholat Gerhana Matahari nyaris jarang dipraktekkan karena terjadinya Gerhana Matahari ataupun Bulan tidak terjadi harian, mingguan, bulanan atau tahunan. “Kalau dipelajari itu sesungguhnya tidak sulit. Namun, karena jarang terjadi, akhirnya ya jarang praktek. Jadi ya banyak yang belum bisa”, tukas Kiai Muda yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Jember yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ini, Dr. KH. Abdullah Samsul Arifin, MHI sangat mendukung terbitnya buku saku ini. “Meski ini buku saku, insya’allah, kemanfatannya sangat besar bagi warga NU khususnya dan warga Jember pada umumnya. Dan buku ini merupakan bentuk khidmah PCNU Jember dalam melayani ummatnya”, ujarnya di sela-sela kegiatannya di Fakultas Tarbiyah IAIN Jember.

Di Kabupaten Jember sendiri, gerhana Matahari terjadi antara  6: 21: 42 sampai dengan 8: 40: 08 WIB dengan durasi gerhana 02: 18: 27. Gerhana Matahari ini terjadi dalam koordinat 113 o 42’ BT; -8o 10’ LS.   

(Kontributor NU Online/Anwari)

Categories
Sains

Presiden Tercinta

Sejak merdeka tahun 1945 hingga tahun 2015, usia Negara kesatuan kita sudah berusia kurang lebih 70 tahun. Pasang surut perjalanan bangsa ini sungguh memerlukan sikap yang benar-benar dewasa bagi kita sebagai penduduk Negeri. Perjalanan bangsa ini tidak mungkin dinafikan bahwa presiden sebagai Nahkoda Republik, tentunya  memiliki kebijakan yang mungkin tidak sepemahanan dengan kita. Oleh karenanya kedewasaan sikap sangat dibutuhkan agar kita tidak menilai “sebuah kebijakan” dari kacamata yang sempit sehingga membuat kita bersikap apatis.

Agustina Soebachan mengajak kita semua untuk sadar akan pentingnya persatuan bangsa melalui buku yang ditulisnya dengan judul “Spirit 7 Presiden RI, Pasang surut NKRI dari pak Karno Hingga pak Jokowi.”

Kehadiran buku ini lebih ingin mengajak pembaca untuk mengetahui plus minus kondisi riil Negeri ini di bawah kepemimpinan presiden yang telah dan sedang memimpin. Di samping itu, kehadiran buku ini juga ingin mengajak para pembaca untuk meneladani hal-hal yang baik dari mereka. Adapun hal-hal yang buruk ataupun blunder yang sekiranya ada, bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran supaya kita semua tidak terjebak pada kesalahan yang sama.

Pada kepemimpinan Seoekarno, segenap bangsa Indonesia kala itu masih termasuk ke dalam golongan negara miskin. Sebab masih baru saja merdeka, dan baru bisa menegakkan kepala di hadapan  negara-negara lain. Saat itu rakyat Indonesia bangga dan bersukacita dengan pemimpinnya yang tampak berani dan sejajar dengan para pemimpin lain yang sudah lebih maju. (Hal.17) 

Akhir kekuasaan soekarno diawali dengan pemberontakan G-30-S/PKI. Kekerasan terjadi dimana-mana. Sehingga 12 maret 1967 pertanggungjawaban Soekarno ditolak MPRS, kemudian Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno berdasarkan hasil sidang umum MPRS (TAP MPRS/1968) pada tanggal 27 maret 1968. (Hal. 36). Soeharto mulai bergerak bebas menumpas pemberontakan G-30-S-PKI setelah Soekarno menurunkan surat perintah pada tanggal 11 maret yang dikenal dengan (supersemar atau suarat perintah sebelas maret). Hal 46)’

Tumbangnya rezim orde lama merupakan awal dari kekuasaan orde baru. Di mana kekuasaan presiden kedua ini dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia adalah rezim terlama berkuasa selama 32 tahun yakni mulai tahun 1966-1998.

Buah pena alumnus Universitas Satra Indonesia UGM ini, mengungkap prestasi yang diraih oleh 7 nahkoda bangsa ini berikut pula dengan ungkapan-ungkapan kekurangannya selama menjabat sebagai presiden. Sebagiamana prestasi dan kekurangan yang diraih oleh rezim terlama di dalam perjalanan bangsa kita tertuang kompleks dalam buku ini.

Mulai dari catatan HAM yang buruk seperti di bidang politik, Soeharto melakukan penyatuan partai politik sehingga pada masa orde baru partai politik hanya tiga partai : Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada awalnya memang efektif, namun dalam perjalanannya mencul ketimpangan dalam dunia politik bangsa ini, Muncullah istilah “Mayoritas Tunggal” dengan Golkar sebagai Partai utama dan mengebiri dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan pemilu. (Hal. 52)

Di samping itu, pada tahun 1996 HAM juga mencatat pelanggaran yang dilakukan oleh Soeharto dengan berusaha menyingkirkan Megawati Soekarno Putri dari kepemimpinan  PDI. Padahal PDI merupakan partai resmi yang ada di Indonesia. Karena megawati bukanlah sosok yang diinginkan Soeharto untuk menjadi pimpinan PDI. Sementara sebagian besar internal partai menginginkan Megawati menjadi pimpinan partainya. Namun demikaian, sebagai rakyat Indonesia tidak sepatutnya kita melihat sejarah perjalanan bangsa ini dengan sebelah mata, sebab di samping pelanggaran HAM tersebut, ada bebrabagai prestasi yang diraih Soeharto dalam mengantarkan Republik ini menjadi negeri yang diperhitungkan dalam kacamata Internasional.

Di antara sekian banyak prestasi yang diraih Soeharto sebagai presiden adalah tercapainya kondisi swasembada beras yang membuat wilayah paling akar benar-benar mengidolakan soeharto sampai sekarang. Program pembangunan yang ditawarkan Soeharto memang memukau. karena memang beliau adalah seorang perencana yang ulung.  Tahapannya jelas, visi dan misinya jelas, targetnya jelas. Ada GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) yang menjadi pedoman dalam pembangunan negara. Ada tahapan pembangunan jangka panjang, yang pada pelaksanannya dijabarkan  ke dalam tahap-tahap pembangunan jangka pendek. Yaitu Repelita/Pelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun/Pembangunan Lima Tahun). Dan setiap pelita titik beratnyapun sudah ditentukan dengan pasti.

Di bidang kesehatan ada program Keluaga berencana (KB) dengan maksimal 2 anak demi menanggulangi membludaknya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari masalah kelaparan, penyakit, ketersediaan lapangan kerja, hingga kerusakan lingkunan hidup. Di bidang pendidikan Soeharto menjadi pelopor proyek wajib belajar 9 tahun. Yang bertujuan untuk meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Bahkan tahap-tahap perencanaan pembangunan Soeharto, yakni repelita/pelita menjadi rujukan negara berkembang lainnya sebab dinilai efektif.

Presiden ketiga adalah B.J. Habiebie setelah Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998 tepatnya pukul 09.00 WIB (Hal.61), sesaat kemudian  Soeharto menyerahkan tampuk kekeuasannya kepada Habiebie yang waktu itu Habiebie merupakan wakil presiden  Soeharto. Agar tidak terjadi kekosongan kekuasaan. (Hal.76).

Memang jabatan Habiebie sebagai presiden terlampau singkat. Namun keberhasilan beliau dari bidang ekonomi mampu membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp.7000 per dolar dari yang semula di awal masa jabatannya Rp. 15.000 per dolar. Indeks IHSG pun dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan kepemimpjnan Habiebie. (Hal.79). Di samping tu, Habiebie juga disebut sebagai bapak Demokrasi (Hal.82) karena Habiebie berhasil mengembangkan sebuah konsep pemerintahan yang lebih jelas. Di antaranya adalah : kebebasan multpartai dalam pemilu (UU No.2 tahun 1999), Undang-Undang Anti Monopoli (UU No.5 Tahun 1999), dan berbagai kebebasan seperti kebebasan berkumpul dan berbicara (demokrasi), Kebebasan BI dari pengaruh presiden (UU No.23 Tahun 1999).

Namun demikian ada kelemahan Habiebie yang dipandang sebelah mata oleh semua pihak. Yang paling memilukan adalah keputusan Habiebie memberikan opsi referendum bagi rakyat Timur Leste yang berakhir dengan kemerdekaan provinsi tersebut.(Hal.97). Selain itu, Habiebie dianggap kurang sereus menangani kasus yang melibatkan orang-orang terdekat Habiebie dalam skandal Bank Bali. Konon Habiebie dari kacamata politk dianggap terlulu polos menanganinya.

Presiden ke-4 adalah KH. Abdurrahman Wahid yang beken dikenal dengan Gus Dur. Presiden ke-4 ini juga tidak lama menahkodai republik ini. Dimulai tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir pada sidng istimewa MPR tahun 2001. Presiden yang dianggap nyleneh dan kontrofersi ini di samping mendulang prestasi yang gemilang juga memiliki kelemahan-kelemahan semasa menjabat sebagai orang nomor satu di republik kita tercinta ini. Gus Dur disebut sebagai presiden pembela kaum minoritas  di mana pada bulan Januari 2001 menetapkan tahun baru Cina (Imlek) sebagai hari libur Nasional. Sehingga pada tanggal 10 Maret 2001 beliau diangakat sebagai Bapak Tionghoa oleh beberapa tokoh Tionghoa. (Hal.119).

Selain itu, pada awal pemerintahan Gus Dur dalam reformasi, pemerintahannya ditempuh dengan dua jalan. Pertama, membubarkan Departemen penerangan, yakni senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Kedua, adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. Dari sektor ekonomi Gus Dur berhasil menempatkan seorang yang kompeten dalam menjalankan tugas kenegaraan yaitu Dr. Rizal Romli yang sempat menduduki tiga jabatan kunci. Yaitu kepala Badan Urusan Logistik (April-Agustus 2000), Menko Perekonomian (Agustus 2000-Juni 2001), dan Manteri Keuangan (Juni-Juli 2001) dan terakhir Gus Dur mengangkat Dr.Rizal Romli  sebagai pimpinan Bulog. Dengan terobosan, gagasan dan ide barunya pada Agustus 2001 Dr. Rizal Romli berhsil meningalkan kas Bolug triliunan rupiah.

Di samping prestasinuya, Gus Dur juga banyak menuai protes dari kalangan elite politik. Berawal dari pengunduran diri Menko Pengentasan kemiskinan Hamzah Haz (November 1999) karena dtuding melakukan tipikor oleh Gus Dur selema berada di Amerka, namun pihak lain menduga mengunduran diri Hamzah Haz karena ketidak senangannya pada Gus Dus yang dekat dengan Israel. Bulan Mei pemerintahan Gus Dur menandatangani kesepamahan dengan GAM, dan mengusulkan mencabut TAP MPRS No.XXIX/MPR/1966 Marxisme Leninisme dicabut (Hal. 131), Bulan April sebelumnya Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi, dengan tuduhan terlibat korupsi. (Hal.132)

Pada tahun 2000 muncul dua skandal Buloggate, selain itu Gus Dur dituduh menyimpan 2 juta dollar AS untuk dirinya sendiri di mana uang tersebut bantuan dari Brunei (Hal.133). Pada bulan Maret Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihsa Mahendra dicopot dari jabatannya karena mengumumkan permintaan agar Gus Dur Mundur. Menteri Kehutanan Nur Mahmudi Ismail juga dicopot  dengan alasan berbeda visi dengan Gus Dur dalam pengambilan kebijakan dan dianggap tidak dapat mengendalikan partai PKS yang pada saat itu masanya ikut dalam aksi  menuntut Gus Dur mundur.

Kemudian beliau meminta Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Namun Susilo menolak hingga Gus Dur mencopot jabatannya. Akhirnya pada tanggal 20 Juli 2001 Amien Rais menyatakan Sidang Istimewa dimajukan tanggal 23 Juli. TNI pun mengerahkan 40000 tentara di Jakarta lengkap dengan Tank yang moncongnya dihadapkan ke Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuasaan.

Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan Dekrit sebagai bentuk perlawanan terhadap sidang Istimewa MPR. Yang berisi: pembubaran MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, membekukan partai Golkar, akan tetapi Dekrit tersebut tidak mendapat dukungan sama sekali. Pada tanggal 23 Juli 2001, MPR secara resmi melengserkan Presiden Dus Dur dan menggantinya dengan Megawati, Namun Gus Dur pada saat itu bersikeras dan tetap menganggap dirinya sebagai Presiden, akan tetapi pada tanggal 25 Juli Gus Dur pergi ke Amerika dengan alasan kesehatan.

Presiden Indonesia ke-5 adalah Megawati Soekrano Putri, anak presiden yang menjadi presiden.  Terlepas dari fakta bahwa naiknya Megawati ke kursi kepresidenan adalah skenario kelompok elite politik untuk melengserkan Gus Dur, namun ada harapan besar yang dititipkan rakyat kepada Megawati. Di antaranya Rakyat ingin kondisi perekonomian segera pulih, keamanan segera beres, praktek KKN ditekan, keadilan ditegakkan, dan kesejahteraan rakyat naik. (Hal.153)

Prestasi yang diraih presiden Megawati selama 3 tahun menahkodai republik kita tercinta ini antara lain: tidak membiarkan pemerintahannya terkooptasi oleh konflik kepentingan konglomerat yaitu dengan tidak mengangkat pengusaha bermasalah pada bagian pemerintahannya sehingga tidak terjadi state capture corpuration, melakukan pembangunan infrastuktur yang vital, diantaranya Tol Cipularang, Jembatan Suramadu, Rel ganda Serpong- Jakarta, Rel Ganda Jakarta-Bandung. Menyelesaikan masalah BLBI yang sejak 1998 tidak terselesaikan dengan berhasil menangkap dua pengempleng BLBI David Nusa Wijaya dan Hendrawan dan jebloskan ke penjara.  Melakukan pemerataan pembangunan dengan membentuk provinsi baru berdasarkan kebutuhan, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulbar, dan Papua Barat.

Namun kekurangannya juag dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia. Di antaranya adalah kesepakatan kerja sama Indonesia dan IMF tidak kunjung menunjukan harapan segera terbebasnya Indonesia dari terpaan krisis ekonomi. Memilki hutang kepada CGI (Lembaga Donor andalan orde baru) yang terus membengkak hingga Rp.1260 triliun atau sebesar 75% dari PBD (Pendapatan Domestik Bruto) negeri ini. Di bidang ekonomi pemerintahan Megawati tampak memanjakan kekuatan asing. Perusahaan negara yang strategis malah diobral murah satu per satu,. Sebut saja Indosat, Telkom, Metrosel, Astra, Indofood, sejumlah stasiun TV, dan Garuda Indonesia. Kekuatan bisnis asingpun berebut untuk memilikinya.

Presiden Indonesia ke-6 adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Merupakan presiden pertama yang langsung dipilih oleh rakyat, beliau adalah presiden yang berkuasa selama dua periode, sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. (hal. 162). Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa SBY.

Prestasi selama pemerintahan SBY meliputi berhasilnya merdakan konflik Aceh dan maluku. Selaian itu SBY juga berhasil menata kembali kehidupan masyarakat Aceh setelah porak poranda dihantam gelombang tsunami yang super dahsyat. Penghematan nasional pengguanaan bahan bakar (migas) menjadi gas Elpiji. Di samping itu, pada tahun 2009 pemerintahan SBY berhasil menanggulangi kemiskinan eksiting Klaster I berupa bantuan dan jaminan atau perlindungan sosial, Klaster II berupa pemberdayaan masyarakat melalui program Nasioanal Pemberdayaan masyarakat dengan adanya Program PMPN Mandiri, Klasters III tentang koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) dan Klaster IV adalah program murah 8 ntuk rakyat.

Transformasi dan perlindungan sosial yang diimplementasikan dengan diluncurkannya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Pengembangan Livelihood, pemberdayaan, akses berusaha dan kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Di bidang penegakan hukum juga patut diacungi jempol termasuk ketika besannya Aulia Pohan terkena kasusu korupsi SBY tetap menjalankan prosedur hukum sebagaimana mestinya. (Hal. 178)

Kekurangan SBY selama menjadi presiden adalah kelambanannya dalam bertindak setiap merespon permasalan yang kerap kali membuat rakyat gemas dan geram dengan sikap seperti ini. (Hal.164) Selain itu, yang membuat rakyat merasa gemas terhadap presiden lulusan Akmil terbaik 1973 ini adalah sikap galau dan sensitifnya. SBY pernah mengeluhkan ancaman/teror yang diterima oleh beliau dan keluarganya. Sementara soal sensitivitas, terlihat ketika ada komentar yang menyangkut keluarganya.( Hal.166). Hal-hal demikian seharusnya tidak diperlihatakan di depan publik mengingat seorang presiden adalah publik figur secara Nasional.

Presiden ketujuh adalah presiden yang terkenal dengan blusukannya, yakni Joko Widodo yang panggilan akrabnya Jokowi.  Rasanya terlalu dini untuk membincang prestasi yang dilakukan Jokowi sebab pada saat buku ini ditulis Jokowi belum genap enam bulan menjabat sebagai presiden. (Hal. 190).  Kebijakan jokowi menakikan BBM tentunya sangat beralasan yakni subsidi dihapus untuk memperbaiki anggaran negara. Sebenarnya, untuk mendukung pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan, Jokowi memprogramkan adanya kartu Indonesia Sehat dan kartu Indonesia Cerdas, namun tampaknya belum maksimal pencapainnya

Sebuah kosekuensi yang wajar dari sebuah kebijakan. Apapun kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah tentunya berasalan sekali. Oleh di dalam buku ini mengajak segenap elemen masyarakat (Rakyat) untuk tetap mendukung kebijakan yang diberlakukan oleh Jokowi, sebab Jokowi sangat membutuhkan dukungan dari rakyat yang memilihnya, meski sulit dirasa bagi rakyat kecil tapi penting untuk dilakukan demi negaranya.(Hal 193).. Di sisi lain seorang Jokowi mesti sadar diri bila tak ingin ditinggal oleh pemilih dan pendukungnya. Pencitraanpun rasanya sudah tidak dibutuhkan lagi. (Hal. 194).

Begitulah lika-liku perjalanan negara Indonesia di bawah kebijakan seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi yang berbeda. Yang perlu kita lakukan sebagai warga rakyat adalah tetap bersikap dewasa dan legowo dengan program-progran yang diberlaakukan oleh sang presiden sebagai nahkoda bangsa yang bdipilih lima tahuan sekali demi tercapainya stabilitas sebuah negara yang masih terus mencari jati diri dalam perjalanannya.

Peresensi

M. Sofiatul Iman,

Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Jember

Categories
Sains

Isi Liburan Kampus dengan Khataman Kitab Tasawuf  

Di masa liburan kampus IAIN Jember Januari-Pebruari 2016 ini, Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tidak ikut-ikutan liburan. Bahkan, Ponpes Darul Hikam menyediakan pengajian Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali. Ini berbeda dengan yang biasa diajarkan di pondok pesantren mahasiswa ini. Biasanya, yang diajarkan di pondok ini kitab-kitab Nahwu, Sharaf, Fiqh, Ushul Fiqh dan Qawaid al-Fiqhiyah.  

Humas Ponpes Darul Hikam, Ust. Muhyidin mengatakan bahwa program khataman Kitab Bidayatul Hidayah ini merupakan tradisi baru di Pesantren Darul Hikam. “Untuk mengisi kekosongan kegiatan selama liburan semester, maka Ponpes Darul Hikam sengaja mengajak mahasiswa untuk tidak pulang, tapi mengisinya dengan kegiatan positif seperti pengajian kitab ini”, ujar humas Ponpes Darul Hikam yang juga alumni jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jember.   

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Darul Hikam, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, mengatakan bahwa pilihan mengaji kitab ini adalah agar maha santri tidak terlalu melihat dari aspek legal-formal saja dan juga tidak hitam putih halal dan haram, namun agar punya sense of humanity yang digali dari kitab tasawuf.   

“Saya kira, pas jika yang dikaji kitab Tasawuf karya Imam Ghazali. Ini kitab dasar tasawuf yang cocok untuk maha santri Ponpes Darul Hikam yang 100 persen mahasiswa IAIN Jember. Biar mereka lebih punya “rasa tasawuf” dalam kehidupan sehari-hari”, tukas kiai muda yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember. 

Apalagi, di tengah-tengah persaingan global dan budaya modern yang nyaris meluluhlantakkan bangunan agama, maka nilai spritualitas yang dibawa kitab tasawuf sangat penting dihadirkan dalam kehidupan ini. “Kritik Imam Ghazali dalam kitab ini, saya kira, masih relevan. Misalnya orientasi mencari ilmu untuk pangkat, jabatan dan kekayaan –ini kan sesuai dengan kondisi sekarang yang hanya berorientasi ijasah”, kata Doktor Ushul Fiqh jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Harapannya, lanjut Kiai Harisudin, agar maha santri Ponpes Darul Hikam dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam kitab Bidayatul Hidayah ini. Ini sesuai dengan moto ponpes Darul Hikam: “Ilmu yang Diamalkan. Dan Amal yang berdasarkan Ilmu”. (Muhyidin/Kontributor NU Online). 

Jember, NU Online

Di masa liburan kampus IAIN Jember Januari-Pebruari 2016 ini, Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tidak ikut-ikutan liburan. Bahkan, Ponpes Darul Hikam menyediakan pengajian Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali. Ini berbeda dengan yang biasa diajarkan di pondok pesantren mahasiswa ini. Biasanya, yang diajarkan di pondok ini kitab-kitab Nahwu, Sharaf, Fiqh, Ushul Fiqh dan Qawaid al-Fiqhiyah.  

Humas Ponpes Darul Hikam, Ust. Muhyidin mengatakan bahwa program khataman Kitab Bidayatul Hidayah ini merupakan tradisi baru di Pesantren Darul Hikam. “Untuk mengisi kekosongan kegiatan selama liburan semester, maka Ponpes Darul Hikam sengaja mengajak mahasiswa untuk tidak pulang, tapi mengisinya dengan kegiatan positif seperti pengajian kitab ini”, ujar humas Ponpes Darul Hikam yang juga alumni jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jember.   

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Darul Hikam, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, mengatakan bahwa pilihan mengaji kitab ini adalah agar maha santri tidak terlalu melihat dari aspek legal-formal saja dan juga tidak hitam putih halal dan haram, namun agar punya sense of humanity yang digali dari kitab tasawuf.   

“Saya kira, pas jika yang dikaji kitab Tasawuf karya Imam Ghazali. Ini kitab dasar tasawuf yang cocok untuk maha santri Ponpes Darul Hikam yang 100 persen mahasiswa IAIN Jember. Biar mereka lebih punya “rasa tasawuf” dalam kehidupan sehari-hari”, tukas kiai muda yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember. 

Apalagi, di tengah-tengah persaingan global dan budaya modern yang nyaris meluluhlantakkan bangunan agama, maka nilai spritualitas yang dibawa kitab tasawuf sangat penting dihadirkan dalam kehidupan ini. “Kritik Imam Ghazali dalam kitab ini, saya kira, masih relevan. Misalnya orientasi mencari ilmu untuk pangkat, jabatan dan kekayaan –ini kan sesuai dengan kondisi sekarang yang hanya berorientasi ijasah”, kata Doktor Ushul Fiqh jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Harapannya, lanjut Kiai Harisudin, agar maha santri Ponpes Darul Hikam dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam kitab Bidayatul Hidayah ini. Ini sesuai dengan moto ponpes Darul Hikam: “Ilmu yang Diamalkan. Dan Amal yang berdasarkan Ilmu”. (Muhyidin/Kontributor NU Online).