Categories
Artikel Kegiatan Berita

Menemukan Makna Islam dan Hijab di Negara Paman Sam

(Wawancara Eklusif dengan Prof. Lailatul Fitriyah, Ph. D. Profesor Muda di Claremont School of Theology, Los Angeles, USA, dan Visiting Professor, University of Toronto, Canada)

Media Center Darul Hikam – Melanjutkan pendidikan ke luar negeri merupakan impian setiap orang. Terlebih kuliah di negara yang memiliki sistem pendidikan yang sangat maju dan telah melahirkan banyak cendekiawan di seluruh dunia.

Prof. Lailatul Fitriyah, Ph.D. ialah sosok muslimah dari Kota Jember Jawa Timur yang berhasil menempuh pendidikan S2 dan S3 di luar negeri, tepatnya di Universitas Notre Dame, yaitu salah satu perguruan tinggi katolik roma terkemuka yang terletak di Indiana Amerika Serikat. Saat ini, Prof Laili menjadi Asistant Profesor Claremont School of Theology, Los Angeles, USA, dan Visiting Profesor, Universitas of Toronto Canada. Selain itu, ia ingin berusaha mengubah pandangan masyarakat luas bahwa muslimah juga mampu menjadi sosok perempuan yang berprestasi dan berdaya setara dengan laki-laki untuk membangun peradaban.

Apa ketertarikan Prof Laili memilih negara Amerika sebagai negara tujuan untuk studi S2 ?

Tentu ada banyak pertimbangan, saya mengambil keputusan untuk kuliah di Amerika karena menurut saya, Amerika adalah negara yang konsisten mengamalkan teori politik dengan baik, lain halnya dengan Paris atau Perancis yang hanya bergulat menciptakan teori politik saja. Jadi, ke Amerika karena memang di sana terdapat kampus yang memiliki prodi hubungan internasional yang bagus.

Bagaimana bisa menemukan makna dan nilai Islam di Amerika?

Dalam menemukan makna dan nilai keislaman, saya berusaha menguak pertanyaan yang selama ini ada di dalam diri saya terkait alasan perlunya berhijab. Karena selama ini, ia merasa berhijab adalah perintah dari orang tua dan dilarang oleh Allah. Saya belum menemukan makna atau hakikat dari hijab itu sendiri.

Saya temukan jawabannya itu ketika di Amerika. Karena Amerika adalah negara yang cukup rasis. Mereka menilai seseorang dari luar/fisiknya, misalnya kulit hitam dan kulit putih, termasuk muslimah yang berhijab.  

Menurut saya, setiap orang memiliki pertanyaan sendiri, dimana ia harus berjuang untuk mendapatkan jawabannya menurut pengalaman dan ilmu yang didapatkan. In sya Allah, ihdinash shirotol Mustaqim. Allah akan memberikan petunjuk dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hamba-hambanya dengan sebaik-baiknya petunjuk. Keimanan dalam diri setiap orang perlu diuji. Bahkan dalam Alquran terdapat perintah pertama adalah iqra. Perintah disini bukan hanya membaca teks, namun juga merenungi fenomena yang terjadi sebagai bahan belajar dan pembelajaran.

Mengapa di Pesantren yang kental dengan ajaran Islam, Prof Laili merasa bahwa hijab itu masih dipaksakan. Justru di negara yang minoritas Muslim ingin selalu memakai hijab?

Ini adalah kritik bagi kita para pengajar islam seperti misalnya kiai, bu nyai, ustadz dan ustadzah bahwa mengajar agama itu tidak bisa dipaksakan. Disiplin itu salah satu bagian dari agama seperti sholat 5 waktu tapi ada hal hal yang memang tidak bisa dipaksakan. Seperti, mengapa aku harus sholat? mengapa harus berhijab? dan mengapa harus berpuasa? Orang itu harus mencari tahu sendiri mengapa dia harus melakukan itu. Saya sejak kecil sudah didisiplinkan oleh abah saya untuk memakai hijab sejak 5 tahun. Sampai saya di pondok pun masih belum ketemu jawabannya.

Akhirnya, saya melahirkan asumsi bahwa jangan menyalahkan pertanyaannya karena itu adalah tantangan kita untuk menemukan jawabannya. Bukankah dalam wahyu pertama, Allah memerintahkan kita untuk membaca, bukan hanya teks tetapi juga fenomena dan renungan alam semesta yang holistik.

Maka, justru saya menemukan jawaban itu ketika berada di Amerika, tempat dimana saya menjadi mahasiswi Muslim satu satunya di semua jurusan, karena universitas saya kan katolik. Waktu S3, saya itu merupakan mahasiswi Muslim pertama yang menjadi mahasiswa di Departemen Teologi, mereka tidak pernah menerima mahasiswa muslim seperti saya.

Jadi saya menemukan jawabannya, yaitu saya harus menggunakan hijab, karena di lingkungan masyarakat yang rasis itu, mereka harus melihat keimaman saya secara umum. Kalau saya tidak berhijab, orang Amerika tidak akan pernah tahu saya Muslim. Tapi kalau saya berhijab, identitas kemusliman saya itu terpampang secara umum. Orang bisa melihat bahwa saya harus memakai ini karena saya harus merepresentasikan nilai Islam dalam kehidupan saya, membuat orang itu bisa melihat bahwa ada perempuan Muslim yang bisa S3, bisa bahasa Perancis dan Italia. Perempuan Muslim yang bisa menjadi ilmuwan selevel dengan ilmuwan lainnya di Amerika

Apakah Prof Laili pernah merasakan takut dengan adagium yang mengatakan bahwa wanita yang berpendidikan dan berkarir tinggi akan sulit didekati oleh laki laki?

Kalau menurut saya, ada laki-laki yang takut dengan wanita yang berpendidikan tinggi berarti laki-laki itu tidak berhak untuk menikahi perempuan itu. Jodoh saya adalah laki-laki yang tidak takut dengan saya, cara berpikir saya, dengan apa yang harus saya lakukan dan alhamdulillah sekarang suami saya seperti itu. Dia orang Pakistan Canada, dan dia secara level pendidikan lebih rendah, dia S2 saya S3, tapi dia sama sekali tidak takut dan dia mendukung karir saya.

Maka bagi wanita, jangan takut untuk melanjutkan pendidikan dan berjuang pada karir yang diimpikan. Sebab kita berhak menjadi yang terbaik dan tentu memilih yang terbaik.

Reporter: Siti Junita & Erni Fitriani

Editor: M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Keislaman

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW PW LTNU, Kiai Haris Sampaikan Kisah Teladan Rasulullah

Media Center Darul Hikam – Pimpinan Wilayah Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur (PW LTN NU Jatim) menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Senin, (16/10/2023) bertempat di Aula KH. Bisri Syansuri.

Peringatan Maulid Nabi ialah untuk memperkenalkan nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai,sehingga umat Muslim dapat mencintai. Maulid Nabi Muhammad SAWini juga merupakan bentuk kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia.

Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar UIN KHAS Jember Prof. Dr. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I, menuturkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sebagai bentuk evaluasi dalam diri seorang manusia.

“Seberapa banyak ayat suci Al-Qur’an dan Hadist yang sudah kita praktekkan, hal ini sangat penting bagi diri kita masing-masing, hal ini juga sama Sahabat Nabi bertanya perihal amal Rasulullah SAW,” Ungkap Kiai Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim tersebut.

Sementara itu, Kiai Haris menyampaikan ada beberapa perilaku Rasullah SAW yang memang disyariatkan dan ada beberapa yang tidak disyariatkan.

“Kita harus melihat dulu apa memang dimaksudkan untuk disyariatkan atau tidak, seperti cara menghadap dan berjalan Rasulullah SA, karena itu sebagai bentuk karakter manusia Rasulullah dalam bentuk personal,” Tuturnya

Lebih lanjut Kiai Haris (Sapaan akrabnya) menjelaskan bahwa banyak terdapat hadist-hadist yang menerangkan kisah teladan Nabi Muhammad SAW tentang keharmonisan dengan Sayyidah Aisyah

“Salah satunya ialah Rasulullah SAW pernah meminum di bekas tempat minum dari Sayyidah Aisyah, dan masih banyak riwayat-riwayat tentang kisah keteladanan dari Rasulullah SAW,” Ujar Kiai Haris yang juga Pengasuh Pondok Darul Hikam Mangli Jember tersebut.

Terakhir, Kiai Haris menegaskan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini umat muslim sebaiknya banyak meneladani Sunnah-sunnah Rasulullah SAW, serta bisa mengimplementasikan terhadap keluarga, lingkungan, dan dalam lingkup yang lebih luas.

“Petanyaannya, apakah kita sudah meneladani dan mempraktekannya dari keteledananan Rasulullah tersebut,” Pungkasnya

Reporter: Lutvi Hendrawan

Editor: Erni Fitriani

Categories
Artikel Kegiatan

Kiai Haris: Santri Harus Punya Ruh Hubbul Ilmu Wal Ma’rifah

Media Center Darul Hikam – Menuntut Ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Prof. Dr. M. Noor Harisudin S.Ag., S. H.,M. Fil. I. dalam kajian subuh di Pondok Pesantren Darul Hikam Cabang Putra Pada Jumat (13/10).

Menuntut ilmu memiliki arti ikhtiar atau sebuah usaha dalam mempelajari sebuah ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat dengan tujuan agar ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain.

Ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kedua hal ini merupakan perbuatan yang menjadi keseharian Nabi Muhammad SAW.

“Sebelum mencari ilmu, para santri hendaknya kita mencintai ilmu terlebih dahulu, Hubbul Ilmu Wal Ma’rifah (mencintai ilmu dan pengetahuan), dengan senang mengunjungi tempat- tempat yang banyak ilmu, seperti di perpustakaan kampus, kemudian menyiapkan buku atau kitab yang diperlukan untuk belajar,” tutur Kiai Haris yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Ketika berproses dalam mencari ilmu, maka insyaallah seseotang akan mendapatkan derajat kemuliaan yang sudah dijamin dalam firman Allah SWT QS. Al- Mujadilah ayat 11:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11).

Lanjut Kiai Haris menyampaikan bahwa ketika sudah mendapatkan suatu ilmu, maka harus berusaha untuk mengamalkannya.

“Setelah belajar dan mendapatkan ilmu hendaknya ilmu yang didapatkan agar segera diamalkan. Amal dari ilmu ini selain memberikan manfaat kepada orang lain juga memberikan manfaat bagi diri sendiri terutama supaya tidak mudah lupa,” ungkap Kiai Haris dalam kultumnya.

Dalam penutupnya, Kiai Haris menuturkan bahwa mengamalkan ilmu yang didapatkan akan memberikan banyak manfaat.

“Amal dari ilmu yang dikerjakan secara istiqomah, maka akan menghasilkan ilmu-ilmu baru yang menakjubkan,” pungkas Kiai Haris dalam yang juga Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN).

Penulis: Ekik Filang Pradana

Editor: Erni Fitriani

Categories
Artikel Kegiatan

Prof Haris Ajak Masyarakat Internasional Serukan Perdamaian Palestina

Media Center Darul Hikam – Situasi di kawasan Timur Tengah semakin memanas seiring dengan eskalasi besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok Hamas Palestina ke Israel pada Sabtu (07/10/2023).

Sementara itu, merespon serangan Hamas, Israel meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir jalur Gaza. Warga yang meninggal akibat gempuran Israel mencapai  687 jiwa, termasuk 140 anak-anak dj dalamnya. Sementara yang luka-luka mencapai 2900 orang.

Kondisi tersebut memicu reaksi beragam dari berbagai pihak terhadap konflik yang semakin memanas hingga saat ini. Salah satunya Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Prof. Dr. H M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., yang turut menunjukkan keprihatinannya atas konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel.

“Dalam situasi seperti ini, kepedulian kita sebagai masyarakat dunia sangatlah penting,” tegas Prof Kiai Haris saat dihubungi oleh reporter di kediamannya pada Jumat (13/10/2023).

Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur mendorong, agar kedua belah pihak dapat menahan diri demi menghindari bertambahnya korban jiwa. “Kemanusiaan haruslah menjadi pertimbangan utama di atas segalanya,” tambahnya.

“Kita ingin dunia ini dibangun di atas perdamaian dan kemanusiaan. Saya berharap agar kedua belah pihak, Palestina dan Israel dapat menahan diri demi mencegah bertambahnya korban jiwa,” lanjutnya.

Selain itu, Prof Haris juga berharap kepada PBB agar dapat berlaku secara adil dalam rangka menyelesaikan perang di Palestina dan Israel.

“Tidak memihak dan juga tidak menggunakan hartanya untuk mendukung salah satunya, melainkan untuk mendukung perdamaian dunia yang abadi untuk selama-lamanya,” tutur Prof Kiai Haris yang juga sebagai Ketua PP Asosiasi Dosen Pergerakan.

Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN), Prof Kiai Haris, turut mendorong masyarakat dunia agar menyerukan gencatan senjata atau perang dapat segera diakhiri.

“Dalam situasi ini, kolaborasi global dan komitmen bersama untuk mencari jalan keluar damai adalah kunci untuk mengakhiri konflik yang telah merenggut banyak nyawa dan menimbulkan kerusakan besar,” tegasnya.

“Masyarakat dapat ikut serta mencari solusi, menemukan alternatif-alternatif yang lebih elegan, dan menghindari dampak peningkatan korban yang lebih besar,” tambah Prof Haris.

Tak hanya itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Tsaquf juga ikut menyerukan aksi perdamaian agar perang dapat dihentikan.

Gus Yahya menekankan perlunya tindakan konkret dan bijaksana dari seluruh masyarakat internasional. Dia mendesak agar langkah-langkah yang diambil dapat mengarah pada penyelesaian yang adil antara Palestina dan Israel, sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang berlaku. 

“Masyarakat internasional harus mengambil langkah yang tegas dan berdaya menuju penyelesaian yang adil terkait isu Israel dan Palestina, dengan merujuk pada landasan hukum dan kesepakatan internasional yang telah ada,” ungkap Gus Yahya.

Penulis: Akhmal Duta Basgakara

Editor: M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Opini

Bagaimana Kedudukan Suami Istri Dalam Keluarga?

Oleh: Ekik Filang Pradana*

Setiap manusia pada umumnya akan melaksanakan pernikahan. Usia minimal dapat menikah adalah 19 tahun baik untuk pria dan wanita.  Sebelum melaksanakan pernikahan baik pria dan wanita diharapkan terlebih dahulu belajar tentang bagiamana ilmu berumah tangga, hal ini menjadi sebuah pondasi untuk menciptakan keluarga yang damai dan penuh ketenagan. Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menjaga kehormatan diri dan terhindar dari fitnah.

Pernikahan adalah ikatan antara suami dan istri dengan akad ijab qabul, jadi dengan ikatan pernikahan antara suami istri sah untuk melakukan hubungan apapun termasuk hubungan intim. Dalam surat ar-Rum ayat 21 di jelaskan “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)- Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Kedudukan suami dalam keluarga sering kali dianggap paling tinggi mengalahkan kedudukan istri, dengan memaknai lafadz ar-rijaalu qawwaamuuna alan-nisaa dalam surat an-Nisa ayat 34. Bahwasanya artinya adalah suami adalah pelindung bagi istrinya. Kedudukan suami yang lebih tinggi, dianggap suami berkuasa kepada istrinya dari segala hal apapun.

Budaya patriarki di Indonesia yang menganggap laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kelurga yang berperan utama didalamnya. Budaya ini menempatkan perempuan sebagai mahluk kelas dua yang diposisikan secara  subordinat dengan batasan dimana mereka tidak dapat melampaui standart kedudukan peran utama laki-laki.

Pada konteks patriarki  menyebabkan ketidak seimbangnya kesetaraan gender laki-laki dengan perempuan. Laki-laki disematkan dalam status  kepala rumah tangga setelah menikah yang bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rumah tangga, sementara perempuan terbatasi oleh lingkup domestik seperti mengasuh, melayani dan merawat rumah tangga. Dari pandangan tersebut, laki-laki akan dipandang negatif jika tidak memenuhi tuntutan ekonomi begitu juga perempuan yang tidak memiliki cukup ruang gerak untuk berpartisipasi dalam ranah kehidupan lainnya.

Budaya patriarki  yang mendarah daging di Indonesia, menyebabkan terjadinya kasus pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, penindasan, ketidakadilan  sampai pembunuhan, memperlihatkan tidak adanya kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan. Pola pikir yang terbangun atas budaya patriarki mengobjektifikasi perempuan sebagai makhluk yang tidak punya kontrol kuasa atas tubuhnya.

Memaknai arti Qawwam sebagai pemimpin, kuat, dan lain-lain.  Seperti yang dikatakan Gus Rifqil Muslim, bahwa lafadz qawwam tidak menunjukkan laki-laki atau suami menjadi superior kepada istrinya, namun yang benar adalah bahwa laki-laki haruslah mencukupi seluruh kebutuhan istrinya, bertanggung jawab baik secara lahiriyah maupun batiniyah.  Oleh karena itu kata pemimpin itu hanya menjadi sebuah sebutan, akan tetapi dalam pelaksanaannya atau pengamalan dari arti pemimpin itu sendiri, bisa dilakukan oleh suami ataupun istri dengan saling berkomunikasi.

Bisa kita teladani bagaimana keharmonisan rumah tanggah Rasulullah Saw dengan Aisyah, dalam berbagai kesempatan, Aisyah menjelaskan dengan gamblang tingginya posisi kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi  Rasulullah Saw menjawab pertanyaan  Amr bin Al-Ash R.A seputar masalah ini, beliau menjelaskan kepadanya bahwa mencintai  istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seseorang lelaki yang normal.

Keharmonisan Rasulullah Saw dengan Aisyah yang bisa diteladani dalam menjalani keluarga, antara lain; tidur satu selimut, makan dan minum bersama, sering mencium istri, menyuapi istri, membantu pekerjaan rumah tangga, mengajak istri melihat hiburan, tidur di pangkuan istri.

Al-Quran sangat bijaksana dengan menyebutkan bahwa hubungan suami istri harus dibangun dengan cara mu`asyarah bi al-ma`ruf. Suami yang baik adalah suami yang dapat menyenangkan, menjaga dan membantu seorang istrinya. Dengan hal ini, tidak lah elok ketika kedudukan suami dalam keluarga disebut pemimpin tetapi memperlakukan istrinya dengan rendah. Sikap tanggung jawab dan mampu memenuhi kebutuhan lahir batin istri sebenarnya yang menjadi tugas dari seorang suami.

*Mahasantri Putra Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember dan juga Mahasiswa Semester 6 Hukum Keluarga Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Categories
Opini

OPEN RECRUITMENT

Categories
Artikel Kegiatan

Kiai Haris: Jangan Pernah Mengeluh Menjadi Manusia

Media Center Darul Hikam– Manusia harus bersyukur kepada Allah SWT. pada setiap waktu dan dalam keadaan apapun. Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I. saat kajian pagi pada Jumat (1/9).

Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah atau Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Islam, syukur sangat ditekankan sebagai bentuk ibadah dan kesadaran akan kebesaran Allah.  Di dalam Al-Qur’an perintah bersyukur dijelaskan didalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Kiai Haris menuturkan bahwa merasa kekurangan terhadap nikmat menjadi  salah satu faktor yang mengakibatkan hati tidak bersyukur. Padahal, orang yang tidak tidak bersyukur, akan hilang nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya.

من لم يشكر النعم فقد تعرض لزوالها ومن شكرها فقد قيدها بعقالها

Barang siapa tidak bersyukur, maka ia ingin hilang nikmatnya. Dan barang siapa bersyukur, maka ia akan menali nikmat tersebut.

“Ada beberapa orang yang setiap hari selalu mengeluh, setiap waktu dan keadaan tidak mampu menerima nikmat, sehingga dalam hati nya tidak bisa bersyukur, ” tutur Kiai Haris yang juga sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember

Lanjut Kiai Haris menjelaskan bahwa orang yang bersyukur dibagi dua tingkatan

“Ada dua tingkatan  orang yang bersyukur, yaitu orang yang bersyukur (syakira) dan orang banyak bersyukur (syakura). Kalau syakira bersyukurnya biasa saja, kalua syakura banyak bersyukurnya,” jelas Kiai Haris dalam kultumnya

Dalam penutup nya, Kiai Haris mengajak agar para mahasantri bisa menjadi orang yang bersyukur. “Mari kita menjadi hamba yang mampu bersyukur di setiap waktu agar mendapatkan nikmat tambahan dari Allah SWT , ” tutup Prof. Haris yang juga Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN) tersebut.

Kegiatan kultum pagi merupakan kegiatan rutinan Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli yang bertempat di Pondok Putra Ajung Jember sebagai motivasi kultum pagi dan pencerahan untuk mendekatkan diri Kepada Allah SWT.

Penulis: Ekik Filang Pradana

Editor: Siti Junita

Categories
Artikel Kegiatan

Masa Taaruf Santri Baru 2023, PP Darul Hikam Mengusung Tema Literasi, Billingualistik Dan Scholarship

Media Center Darul Hikam – Dalam rangka pengenalan budaya pesantren, PP Darul Hikam mengadakan MATASBA (Masa Ta’aruf Santri Baru) 2023 pada Sabtu (2/9). Acara berlangsung pada pukul 12.00-21.00 WIB di Pondok Cabang Putra Ajung dengan tema “Mencetak Mahasantri Literasi, Bilingualistik, Dan Scholarship”.

Ketua Panitia, Lum’atul Muniroh menjelaskan bahwa acara Matasba ini bertujuan untuk mengembangkan “Acara ini bertujuan agar dapat mengembangkan dan menjadi pandangan mahasantri agar lebih percaya diri kedepannya dan mengetahui tata tertib yang berlaku dipondok pesantren Darul Hikam,” jelasnya yang juga Mahasiswa UIN KHAS Jember itu.

Acara tersebut diikuti oleh 43 mahasantri baru yang terbagi atas 5 kelompok dengan dipimpin oleh Pendamping Kelompok (PK). Pengasuh PP Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, M.Fil.I. menyampaikan sambutan dan pesan kepada kepada mahasantri baru.

“Di Pondok ini, seluruh mahasantri minimal belajar untuk meraih tiga kualitas. Pertama, kualitas intelektual. Kedua, kualitas social. Ketiga, kualitas spiritual. Tiga kualitas ini yang Insya Allah menjadi bekal mahasantri Darul Hikam untuk meraih sukses di masa yang akan dating. Selamat pada para mahasantri baru Darul Hikam,” tuturnya yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember itu.

Selanjutnya, penyampaian materi pertama yang disampaikan oleh Pengurus PP Darul Hikam, Siti Junita, S.Pd mengenai Selayang pandang pondok, perkenalan para asatidz dan kurikulum di PP Darul Hikam.

“Pondok Pesantren Darul Hikam ini berdiri pada tahun 2015 dan masih satu Gedung dengan rumah ndalem. Atas izin Allah, saat ini pondok kita sudah memiliki dua unit cabang yang terdiri dari pondok pusat putri, pondok cabang putra dan putri. Dengan kesederhanaan namun tinggi harapan kami untuk bisa mencetak mahasantri yang berkualitas, baik dalam agama maupun sains, ” ujarnya yang juga Mahasiswa Pascasarjana UIN KHAS Jember.

Kurikulum pesantren terbagi atas dua, yakni Madin Awaliyah dan Wustho. Sebelum pembelajaran, diadakan tes baca kitab dan Al-Quran untuk menentukan kelas awaliyah atau wustho. “Pembelajaran digelar secara hybrid karena digelar oleh tiga unit pondok sekaligus. Kitabnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelasnya,” lanjutnya.

Program ekstrakurikuler pesantren dijelaskan oleh Erni Fitriani, S.Pd. (Jurnalistik), Lutvi Hendrawan (Tahfidz), dan Azza Naqdan (Languange Center).

“Program literasi  merupakan program jurnalistik yang mana mahasantri dapat mengembangkan dan belajar menulis dengan program ini. Seperti berita, artikel, skripsi dna jurnal”, ujar Erni. Lutvi sebagai pemateri program tahfidz menyampaikan bahwa” program tahfidz dilaksanakan dengan dua teknis.

Pertama, dilaksanakan pada setiap hari Jum’at dalam 2 Minggu sekali. Kedua, bil ghaib merupakan program yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang dibimbing langsung oleh pengasuh.

Program selanjutnya yang merupakan program pengembangn bahasa Inggris dan bahasa Arab. “Kegiatan program language center diantaranya berbicara menggunakan bahasa Inggris dan Arab dan setiap 2 Minggu sekali dihari yang ditentukan mempunya kegiatan menonton film yang mengandung bahasa inggris dan bahasa arab. Dengan harapan mereka dapat menguasai bahasa tersebut dengan metode auditori dan visual,”jelas Naqdan.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Wildan Rofikil Anwar, M.H. dan Izza Afkarina tentang  budaya Jember dan pentingnya adab. “Di kota Jember inilah kisah perjuangan kalian dimulai, maka harus ada ikhtiar dan doa yang maksimal agar keberkahan dalam ilmu bisa dirasakan,” ujar Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jember itu.

Dilanjutkan oleh Izza Afkarina tentang adab santri yang diutamakan, terutama kepada pengasuh.“Sebagai santri, Kiai dan Bu Nyai adalah orang tua kita disini, sehingga adab ketika berjabat tangan, lewat di depannya dan senantiasa tawadhu ketika berbicara dengannya,” jelas Izza, Mahasantri Cabang Putri Darul Hikam itu.

Materi terakhir disampaikan oleh M. Irwan Zamroni Ali, M.H., tentang Kiat Sukses menjadi mahasiswa dan mahasantri PP Darul Hikam.

“Tentu yang pertama adalah mengenali tipe dosen dan guru kita, serta sering mengkaji mata kuliah atau kitab yang akan diajarkan oleh guru kita. Bergaul dengan teman yang mengajak kebaikan dan Bersama komunitas yang mendorong untuk terus maju,” pungkasnya.

Acara ditutup dengan penobatan mahasantri baru dan pertunjukan seni oleh setiap kelompok Matasba.

Reporter: Siti Fitriatus Sholikhah

Editor: Siti Junita

Categories
Artikel Kegiatan

Pengenalan Lingkungan Pesantren, Darul Hikam Gelar Masa Ta’aruf Santri Baru 2023

Media Center Darul Hikam – Dalam rangka mengenalkan budaya di lingkungan pesantren,  PP Darul Hikam akan menyelenggarakan acara MATASBA (Masa Taaruf Santri Baru) Tahun Ajaran 2023-2024 pada Sabtu (2/9/2023) bertempat di pondok Cabang Putra, Ajung, Kabupaten Jember.

MATASBA  ialah masa orientasi bagi mahasantri baru untuk pengenalan program, sistem pembelajaran, ciri khas, dan budaya yang ada di lingkungan pesantren. Acara ini juga dapat memberikan informasi bagi mahasantri baru dalam mengembangkan potensi dan mendorong untuk beradaptasi menyeimbangkan keilmuan saintifik dan agama.

Lum’atul Muniroh yang juga sebagai Ketua Panitia dalam acara MATASBA mengungkapkan bahwa ada beberapa tahapan dan persiapan dalam menyusun rangkaian acara MATASBA pada tahun ini.

“Pertama kami sowan kepada pengasuh bersama dengan ketua pondok, setelah itu kami lakukan rapat perdana bersama panitia sekaligus  mendiskusikan tentang susunan acara MATASBA, ” ujar Lum’ah yang juga Mahasiswi UIN KHAS Jember tersebut.

Lebih Lanjut, Lum’ah menyampaikan bahwa dalam MATASBA akan disampaikan beberapa materi diantaranya, selayang pandang pesantren Darul Hikam, Program pembelajaran, kiat-kiat sukses dan budaya Jember.                                                                 

“Adanya materi tersebut mempunyai tujuan yang berbeda, ada yang untuk menumbuhkan semangat santri dengan memberikan tips untuk mengatur waktu disela-sela kuliah, organisasi, dan sebagai santri, setelah itu juga mmperkenalkan budaya pesantren kepada santri baru,” ungkap Lum’ah yang juga peraih juara 1 terbaik tingkat wustho di PP Darul Hikam tersebut.

Sementara itu, Pengasuh PP Darul Hikam, Prof Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil I., menjelaskan latar belakang acara MATASBA ini diselenggarakan

“Agar santri baru sukses belajar di pondok Darul Hikam dan juga UIN KHAS Jember, harus mengenalkan budaya pondok, juga mengatur waktu, karena diniatkan untuk belajar, agar tahu strategi sukses dan hal ini ada di MATASBA,” tutur Kiai Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember tersebut

Kiai Haris (Sapaan Akrabnya) juag berharap dan berpesan agar acara MATASBA ini adalah langkah awal untuk meraih kesuksesaan dalam menuntut ilmu di pondok pesantren.

“Serius mengikuti acara MATASBA ini dan dapat menerima materi materi dengan baik karena ini sebagai kunci untuk mencapai kesuksesan dengan mengenal lingkungan pesantren,”Pungkas Kiai Haris yang juga sebagai Direktur  World Moslem Studies Center (Womester) tersebut.

Reporter: Lutvi Hendrawan

Editor: Siti Junita

Categories
Artikel Kegiatan

Rencana Dirikan TK, Pengasuh Darul Hikam: Kami Ingin Mengabdi untuk Masyarakat Lebih Luas

Media Center Darul Hikam – Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidikan anak usia dini dalam bentuk pendidikan formal untuk anak usia 4-6 tahun. Tujuan penyelengaraan pendidikan TK itu sendiri adalah untuk meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacu mereka untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi, bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, seni, dan kemandirian.

Maka dari itu, untuk mewujudkan kebermanfaatan di tengah masyarakat, Pondok Pesantren Darul Hikam bermaksud membentuk pendirian Taman Kanak-kanak (TK).  Rencana tersebut diungkapkan oleh Pengasuh Ponpes Darul Hikam, Prof. Dr. KH.  M. Noor Harisudin, M. Fil.I. dan Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.HI., MH. dalam rapat koordinasi pada Kamis, (17/8) bertempat di “ndalem” pusat.

Pendirian TK ini sesuai dengan Visi Misi Darul Hikam yaitu ingin memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat luas. Selain itu, Darul hikam juga dirasa mampu karena memiliki SDM dari santri yang cukup mumpuni utamanya dalam bidang pendidikan atau tarbiyah.

“Ponpes Darul Hikam selama ini merasa belum banyak memberi manfaat kepada masyarakat luas. Selama ini, manfaat dirasakan masih kepada santri-santrinya sendiri yang bersifat internal. Oleh karena itu, atas dasar kebermanfaatan, Darul Hikam ingin masuk kepada pendidikan formal,” jelas Kiai Haris yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut Kiai Haris, sebuah lembaga harus memiliki visi misi yang jelas sebagai pedoman utama bagaimana lembaga tersebut nantinya berhasil mencetak  generasi yang unggul, cerdas dan berakhlakul karimah.

“Visi Misi kami adalah Mencetak Insan Ulul Albab yang Religius, Berilmu, dan Akhlakul Karimah,” ujar Kiai Haris ketika diwawancarai oleh Tim Media Center Darul Hikam.

Disamping itu, Kiai Haris juga menceritakan proses persiapan pendirian TK ini sudah mulai disusun seperti perencanaan kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran yang akan di implementasikan.

“Sejauh ini sudah rapat, diskusi dengan pakar ahli tentang TK, dan sekarang masih proses pembuatan proposal untuk permohonan izin. Mohon doanya untuk pendirian tahun ini, dan semoga tahun depan bisa beroperasi dari kegiatan pembelajaran dan operasionalnya,” tambahnya yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Dalam kesempatan yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, SH.I., MH. turut memaparkan perihal pendidikan formal yang ingin di bangun di Yayasan Pendidikan Darul Hikam.

“Selama ini Pondok Darul Hikam hanya manfaat untuk mahasiswa UIN KHAS Jember, dan dengan membuat pendidikan Formal dimulai yang paling dasar yaitu TK atau PAUD yang insya Allah akan terus berkembang sampai pendidikan Pasca Sarjana. Aamiin,” Ibu Nyai Robiatul Adawiyah yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Terakhir, Ibu Nyai Robi berharap rencana pendirian TK ini memiliki manfaat yang barokah bagi masyarakat.

“Moga-moga dengan niatan yang sangat baik ini dengan Ridha Allah SWT semua bisa bejalan dengan lancar dan penuh berkah. Aamiin,” Pungkasnya.

Kontributor : Azza Naqdan Mufti

Editor : Erni Fitriani