Categories
Ulama Nusantara

Persiapkan Lailatul Qadar Lebih Dini, Dr. Kiai Harisudin Ajak Sucikan Hati

Jember, NU Online

Katib Syuriyah PCNU Jember Kiai MN. Harisudin mengajak warga Jember untuk mensucikan hati dalam rangka menyambut Lailatul Qadar. Karena, menurut Kiai Harisudin hanya mereka yang berhati bening dan suci yang mampu mendapatkannya. 

Demikian disampaikan Kiai MN Harisudin yang juga dosen pascasarjana IAIN Jember di hadapan kurang lebih 600 jama’ah Masjid Raudlatul Mukhlisin Kaliwates Jember. Pengajian menjelang buka puasa, Senin (29/5) yang dimulai jam 16.30 WIB sampai menjelang berbuka puasa.  

Masjid Raudaltul Mukhlisin yang diresmikan oleh Rais ‘Aam PBNU, KH Ma’ruf Amin pada Senin, 15 Mei 2017 ini sendiri menjadi destinasi wisata religi yang menjadi ikon kota Jember. Banyak pengunjung dari berbagai luar kota yang menyempatkan diri untuk datang ke masjid dengan desain mirip Masjid Nabawi kota Madinah tersebut. 

Di masjid ini, Kiai Harisudin mengajak jama’ah untuk biasa-biasa saja puasa, yaitu agar tidak seperti yang dikritik Nabi Muhammad Saw. “Rubba shaimin laisa lahu minshiyamihi illal ju’a wal athas. Banyak sekali orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”.  

Menurut Kiai Pengasuh Program Bengkel Kalbu Ponpes Darul Hikam Jember ini, puasa yang tidak biasa-biasa adalah dengan puasa hati. 

Setidaknya ada dua puasa hati yang dilakukan. Pertama, puasa hati dari membenci. Dengan puasa ini, Kiai Harisudin menganjurkan jama’ah agar tidak membenci orang lain. “Orang yang baik adalah orang yang cepat melupakan kesalahan orang lain. Demikian juga, orang yang baik adalah orang yang selalu ingat kesalahan dirinya. Dengan cara ini, kita meminimalisir kebencian sesama. Karena tidak ada satupun orang yang sempurna dan tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kesalahan,” tukas Wakil Ketua PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut seraya mencontohkan Abu Bakar yang menghilangkan kebencian terhadap Mitstah bin Utsatsah (saudaranya) karena ikut memprovokasi warga Madinah menuduh Siti Aisyah berzina dengan Shofwan bin Mu’atthal. 

Kedua, puasa dengan mengendalikan amarah. Kiai Harisudin menyebut hadits yang menceritakan teguran keras Rasulullah Saw. pada seorang sahabat yang marah-marah pada seorang budaknya. “Batalkan puasa kamu,” pinta Rasulullah Saw. Bagi Kiai yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jember ini, hadits ini menjadi inspirasi untuk mengendalikan emosi di saat puasa Ramadhan. Apalah artinya puasa kalau emosi tetap membelenggunya.  

Categories
Dunia Islam

Para Teroris Itu Bukan Syuhada

Para teroris itu bukan syuhada. Pernyataan ini disampaikan Katib Syuriyah PCNU Jember, Kiai MN Harisudin dalam pengajian kitab Irsyadul Ibad di Masjid Agung Al-Baitul Amien Jember pada Ahad, 16 April 2017.  Hadir tidak kurang 200 jama’ah muslimin dan muslimat se Kabupaten Jember. Pernyataan Kiai Harisudin yang juga dosen pascasarjana IAIN Jember ini berbeda secara frontal dengan umat Islam garis keras yang memandang bahwa para teroris itu mati syahid. 

“Qala Rasulullah Saw.: Umirtu an uqatilan nas hatta yashadu an la ilaha illah wa anni rasulullah. Faiddza qaluha ashamu minni dima’ahum wa amwalahum illa bihaqqiha. Wa hisabuhum alat taqwa. Hadits ini merupakan perintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat bahwa Allah Swt. adalah Tuhan mereka dan Muhammad Saw. adalah utusan Allah Swt,” tutur Kiai MN Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember mengawali pengajian Subuh di setiap Hari Ahad.

Namun, Kiai MN Harisudin juga mewanti-wanti agar tidak memahami secara leterlek. Karena pemahaman leterlek hadits hanya akan memunculkan sikap radikal dalam beragama. Misalnya karena ingin menerapkan hadist ini, maka setiap orang yang ditemui di jalan-jalan kemudian ditanya apakah sudah bersyahadat pada Allah dan Rasul-Nya. Kalau tidak bersyahadat, maka orang ini akan dipenggal lehernya. Demikian ini, kata Kiai MN Harsiudin, adalah pemahaman yang keliru dalam memaknai jihad. 

Lebih lanjut, Kiai MN Harisudin mengoreksi pendapat-pendapat yang mengatakan para teroris itu seorang yang berjihad dan kalau mati disebut syahid. 
“Haditsnya dalam kitab Irsyadul Ibad ini kan bunyinya, man qaatala litakuna kalimatullahi hiyal ulya fahuwa fi sabilillahi. Artinya ukuran jihad fi sabilillah adalah tujuan menegakkan kalimat Allah Swt. agar tinggi dan mulia. Kalau para teroris, justru membuat agama seperti direndahkan dan tidak mulia. Bagaimana dikatakan mulia agama, karena menyuruh membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Makanya mereka tidak bisa disebut syahid,” tukas Kiai MN Harisudin yang juga Pengurus Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jember. 

Oleh karena itu, contoh orang yang disebut syahid, menurut Kiai MN Harisudin adalah para syuhada yang gugur melawan penjajah Portugis, Belanda dan Jepang di Indonesia. 

“Kalau di masa sekarang, mereka yang syahid adalah para pejuang yang melawan orang-orang Yahudi di Palestina. Jadi merekalah yang disebut syahid, kalau meninggal tidak perlu dimandikan, tidak dikafani dan tidak dishalati karena bajunya yang berlumuran darah karena perang menjadi saksi di akhirat kelak,” tukas Kiai MN Harisudin yang juga Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wan-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

(Dari NU Online.Anwari/Mukafi Niam)

Categories
Dunia Islam

Harlah IKA-PMII, Tiga Lembaga Kolaborasi Bedah Buku “Fiqh Nusantara”

Dalam rangka Harlah IKA-PMII dan Pelantikan HMPS Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah IAIN Jember adakan Seminar dan Bedah Buku “Fiqh Nusantara dan Sistem Hukum Nasional”, Kamis, 20 April 2017.  Acara yang dihadiri tak kurang dari 300 orang itu diadakan di auditorium IAIN Jember. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama PC IKA-PMII Jember, Ponpes Darul Hikam Mangli Jember dan Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah IAIN Jember. 

Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Hukum Islam, Muhaimin MHI, mengatakan sangat senang akan kegiatan ini. “Saya berterima kasih atas semua yang telah berkonstribusi dalam acara ini. Ini membuktikan bahwa Prodi Hukum Tata Negara sangat bagus dan hebat. Saya harap akan banyak acara-acara serius tentang Islam Nusantara ini. Apalagi, sebentar lagi, Fakultas Syari’ah akan punya Guru Besar baru”, tukas Muhaimin memotivasi.   

Pengasuh Putri Ponpes Darul Hikam, Nyai Robiatul Adawiyah menyebut pentingnya pesantren dalam mendukung kegiatan IAIN Jember dengan visinya Pusat Pengembangan Pesantren dan Islam Nusantara. “Kami, selaku pengasuh PP Darul Hikam mendukung Visi IAIN Jember dengan Islam Nusantaranya, temasuk kegiatan bedah buku ini. Jadi, kalau ada acara yang berskala nasional bahkan internasional di masa-masa mendatang, kami siap berkonstribusi”, papar ibu Nyai muda yang masih menyelesaikan S2 Hukum Keluarga Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.

Sementara itu, Ketua IKA-PMII Jember, Dr. Akhmad Taufik, M.Si, mengatakan bahwa bedah buku ini adalah rangkaian Harlah IKA-PMII yang ke-57. “ Kita tanggal 17 April 2017 kemarin ada santunan anak yatim. Dan hari ini, 20 April, ada bedah buku Fiqh Nusantara. Selanjutnya, nanti tanggal 24 April ada Tahlil dan Halaqah Kebangsaan untuk alm. Dr. KH. Hasyim Muzadi di Masjid Sunan Kalijaga Jember. Selanjutnya, kerja sama tiga lembaga ini yaitu PC IKA PMII Jember, Ponpes Darul Hikam dan HMPS Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah berarti menunjukkan adanya kegiatan yang bisa diusung bersama”, kata Mas Taufik, panggilan akrabnya,  yang juga Dosen FKIP Universitas Jember.

Seminar dan bedah buku ini juga berlangsung gayeng sehingga berakhir hingga pukul 13.00 Wib. Zaini Rahman, penulis buku ini menyebut bahwa pondasi hukum Nasional di Indonesia ada dua, hukum Islam dan hukum Adat. “Jadi, hukum Barat tidak menjadi pondasi Hukum nasional di Negara kita. Di sinilah, makanya para sarjana Hukum Islam di negeri ini menjadi sangat penting. Terutama, untuk penalaran hukum, itu kalau kita kembali ke Hukum Islam. Saya sudah belajar bermacam-macam hukum, tapi akhirnya tetap kembali pada hukum Islam. Dan belajar hukum Islam ya di pesantren”, tukas Ketua PB IKA-PMII dan anggota DPR RI 2009-2014 ini.

Dr. Kiai MN Harisudin, M.Fil.I memberi catatan buku ini sebagai buku yang lengkap untuk referensi buku pengetahuan hukum dan penalaran hukum. “Buku ini buku yang komprehensip membahas pengetahuan hukum dan penalaran huku, dua hal yang dijadikan kompetensi hukum. Hanya, ada tiga catatan yang saya ajukan dalam buku ini. Pertama, buku ini kurang up date dalam hukum positif seperti UU Perbankan Syari’ah 2009, UU Produk Halal 2014, UU Haji 2014 dan sebagainya. Kedua, buku ini tidak menjelaskan Metodologi Fiqh Nusantara. Ketiga, buku ini sangat sedikit mengupas tentang Fiqh Nusantara”, tukas Kiai MN Harisudin yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember.

Al Khanif, LLM, Ph.D menambahkan tentang pentingnya Hukum Islam. “Saya sering bertanya pada mahasiswa saya, kenapa Hukum Islam dipelajari ? Apakah karena mayoritas ? Mahasiswa saya tidak bisa menjawab. Saya katakan, hukum Islam dipelajari karena sudah menjadi bagian dari Sistem Hukum di dunia.  Selanjutnya, saya bertanya maslahah pada Saudara Zaini Rahman. Karena seringkali maslahah untuk mayoritas, dan tidak untuk minoritas. Seperti kasus Syi’ah di Sampang”, tukas al-Khanif yang juga Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember.

Wallahu’alam. **

(Anwari/Kontributor NU)

Categories
Dunia Islam

Silatnas II Keluarga Alumni Ma’had Aly Tekankan Dana Zakat dan Dana Abadi Umat

Tepat pada tangga12 Februari 2017, jam 09.30 WIB-11.00 WIB, acara Silaturrahim Nasional II Keluarga Alumni Ma’had Aly (KAMALY) digelar. Acara yang merupakan reuni alumni dalam rangka Haul Majemuk Pendiri dan Pengasuh PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo ini dihadiri alumni Ma’had Aly dari berbagai Angkatan dan penjuru daerah di Nusantara. Sekitar 300-an alumni yang hadir. Silatnas II Kamaly ini mengangkat tema besar “Revitalisasi Peran Alumni Ma’had Aly dalam Merespon Soal-Soal Kebangsaan, Ekonomi dan Keumatan”. Sebelumnya, Kiai Salim dari Kalimantan yang didapuk untuk membuka acara Kamaly II ini dengan pembacaan tawasul.  

Dalam sambutan pembukaan, Sekjen Pengurus Pusat Kamaly, Dr Kiai M.N. Harisudin, mengucapkan terima kasih pada segenap Panitia. “Terutama pada Ketua Panitia, Kiai Khoiruddin Habsis dan segenap panitia. Semoga ini jadi amal jariyah semuanya. Juga para kiai yang hadir dari seluruh penjuru nusantara”, tutur Kiai MN Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.    

Selanjutnya, Dr Kiai M.N. Harisudin menegaskan bahwa Kamaly adalah gerakan pemikiran dan IKSASS adalah gerakan sosial. Kedua gerakan ini, lanjutnya,  bisa disenergikan untuk kepentingan syiar PP Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur ini juga menyampaikan  laporan perkembangan Kamaly. “Alhamdulillah, berkat usaha Ketua Umum PP Kamaly, KH. Ach. Muhyiddin Khotib dan teman-teman pengurus, badan hukum Kamaly mulai diurus di kemenkumham. Ini apalagi di depan Kasi Haji dan Umroh Kanwil Kemenag Jawa Timur (Bapak Drs Abd Haris Hasan) dan Jawa Timur serta Ketua Baznas Jawa Timur, (Dr Kusno). Agar para kiai alumni Ma’had Aly ini bisa diajak kerja sama dengan Kemenag Jatim dan Baznas Jawa Timur”, para Kiai MN Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Sementara itu, KH. Ach. Muhyiddin Khotib, MHI yang membuka acara silaturahim Nasional II ini. Mudir Ma’had Aly PP. Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, KH. Hariri Abd Adzim sendiri tidak bisa hadir karena ada acara ke Banyuwangi. Selanjutnya Kiai Muhyiddin juga menyampaikan laporan sosialisasi Ma’had Aly Formal yang menjadi pro kontra diantara Alumni Ma’had Aly, yang ternyata hasilnya lebih maksimal dan efektif. 

Dalam pembukaan ini, Kiai Muhyiddin Khotib menyoroti dua hal terkait potensi dana untuk pemberdayaan umat ” Fokus yang pertama  adalah zakat. Saya kira, ini ada wakil Ketua Baznas Jawa Timur, Dr Kusno, nanti kita akan diskusi tentang perkembangan zakat, baik level Jawa Timur maupun nasional. Apalagi, ini data-data orang miskin yang punya Kementrian Sosial, ini juga tidak nyambung”, tutur Kiai Ach. Muhyiddin Khotib yang juga kandidat Doktor UIN Sunan Ampel Surabaya.   

Kiai Ach. Muhyiddin Khotib juga mengancang pembahasan Dana Abadi Umat yang menjadi potensi sumber keuangan umat Islam.”Sejak tahun 2005, infonya Dana Abadi Umat tidak bisa digunakan untuk umta Islam. Sekarang, mulai ada pemikiran untuk memaksimalkan kembali Dana haji secara maksimal. Kami minta Drs. Abd Haris Hasan, Kasi Haji dan Umroh untuk menjelaskan. Nanti para peserta Silatnas dapat memberi masukan yang berharga untuk Dana Abadi Umat tersebut ”, ujar Kiai Ach. Muhyiddin Khotib yang juga Katib Ma’had Aly PP Salafiyah Syafi’iyah Situbondo. 

Acara pembukaan ini ditutup dengan do’a oleh KH. Lutfi Asy’ari Situbondo. (Tim Tanwirul Afkar/Anwari/Media NU)

Categories
Dunia Islam

Peserta Silatnas II Kamaly, Bonus Ijazah Kitab Fathul Mujib dari Penulis Langsung

Situbondo, suara NU.

Berbagai persiapan acara silaturrahim Nasional II yang digelar di Kampus Ma’had Aly Ponpes Salafiyah Salafiyah Syafi’iyyah Situbondo, Ahad, 12 Pebruari 2017 sudah disiapkan. Ketua Panitia, Ust. Khoiruddin Habsis, M.H.I, mengatakan bahwa 100 persen persiapan acara sudah dilakukan. “Panitia telah berupaya maksimal menyambut peserta Silatnas II ini. Insya’allah, semua sudah fit. Semoga semua berjalan lancar”, tutur Ust Khoirudin yang juga Staf Pengajar di Ma’had Aly PP Salafiyah Syafi’iyyah Situbondo tersebut.

Menurut Ust Khoirudin, Silatnas ini insya’allah dihadiri 90 persen undangan dari berbagai penjuru kota di Indonesia. “Ini yang sudah menyatakan kesediaan hadir banyak. Hampir 90 persen dari total 300-an alumni. Nara sumber juga sudah siap hadir. Saya sungguh terima kasih atas partsipasinya sebelum dan sesudahnya”, kata Ustadz Khoirudin Habsis yang asal Banjarmasin.

Selain itu, ada yang unik dalam Silatnas Kamaly II kali ini. Para peserta diminta kontribusi untuk konsumsi dan akomodasi acara tersebut. “Ya, minimal uang Rp. 100.000, – Nanti dapat bonus Ijasah kitab Fathul Mujib karya Kiai Afifudin Muhajir”. Nyatanya, para alumni Ma’had Aly ini berbondong-bondong menjadi donator acara ini dengan membayar iuaran mulai 100 ribu sampai dengan dua juta rupiah.

Sebagaimaa diketahui, Fathul Mujib al-Qarib adalah kitab karya KH. Afifudin Muhajir, Katib Syuriyah PBNU, 2010-2015. Kitab ini menjadi salah satu rujukan penting yang diajarkan di pesantren di Indonesia, salah satu diantaranya PP. Darul Hikam Mangli Jember. Kitab ini rencananya akan diijasahkan secara massal oleh KH. Afifudin Muhajir dalam acara Silaturrahim Nasional Keluarga Alumni Ma’had Aly yang kedua tersebut.   

(Anwari/Kontributor media NU)

Categories
Artikel Kegiatan

Ikut Kontribusi pada Negara, Alumni Ma’had Aly Gelar Silaturrahim Nasional

Banyaknya problematika bangsa dan negara, menjadikan Keluarga Alumni Ma’had Aly Ponpes Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo berencana mengadakan Silaturrahim Nasional II. Silaturahim Nasional II dengan tema “Revitalisasi Peran Alumni Ma’had Aly dalam Isu-isu Nasional: NU, Politik dan
Ekonomi” ini digelar di Auditorium Ma’had Aly Ponpes Salafiyah Syafi’iyyah Sukorejo Situbondo, Ahad, 12 Pebruari 2107.

Sekjen Keluarga Alumni Ma’had Aly, Dr. Kiai M Noor Harisudin, M. Fil. I, mengatakan bahwa acara ini rencananya dihadiri kurang lebih 300 alumni Ma’had Aly se-Indonesia. “ Alumni Ma’had Aly sejak berdiri tahun 1990, jumlahnya mencapai 300-an. Mereka diundang. Umumnya mereka adalah tokoh-tokoh masyarakat yang menduduki jabatan strategis di tempatnya masing-masing”, tukas Kiai  M.Noor Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember.

Oleh karena itu, lanjut Kiai M Noor Harisudin, yang demikian ini merupakan kekuatan dahsyat untuk turut serta ambil bagian dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. “Kita ingin meneguhkan dan mengisi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya yakin, para alumni Ma’had Aly memiliki gagasan dan ide cemerlang berkaitan dengan hal tersebut”, papar Katib Syuriyah NU Jember yang juga Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur..     

Sementara itu, Ketua Umum Keluarga Alumni Ma’had Aly Situbondo, KH Ach. Muhyidin Khotib memaparkan tema utama acara besar ini. “ Ya, kita lihat orang-orang miskin masih banyak yang ‘keleleran’. Padahal ada instrumen zakat, wakaf, shodaqah, dan filantropi Islam yang lain. Kita berharap, alumni Ma’had Aly dapat memberikan konstribusi yang terbaik. Tentunya sesuai dengan kapastitas dan kompetensinya”, papar Kiai Muhyidin Khotib yang juga Katib Ma’had Aly Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.

KH.Ach. Muhyidin Khotib juga ingin mendorong pemerintahan Jokowi ini dengan berbagai teroboson terutama untuk pemberdayaan fakir miskin, “ Kami melihat, jurang antara yang kaya dan miskin masih lebar. Karenanya kami ingin support Jokowi agar lebih peduli terhadap pemberdayaan ini. Jangan semua anggaran APBN dihabiskan untuk infrastruktur dengan mengabaikan orang kecil”, kritik Kiai Muhyidin Khotib yang juga kandidat Doktor Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Rencananya Silaturahim Nasional II Kamaly ini akan menghadirkan tokoh-tokoh dan pakar yang berkompeten seperti KH. As’ad Ali (Wakil Ketum PBNU 2010-2015), Prof Moh. Baharun, SH, MA (Pengurus MUI Pusat) dan Dr. Abd. Haris (Kasi Haji dan Umroh Kanwil Jawa Timur), KH. Azaim Ibrahimy (Pengasuh PP Salafiyah Syafi’iyah Situbondo) dan KH. Afifudin Muhajir, MA. (Katib Syuriyah PBNU 2010-2015). (Anwari/Kontributor Media NU)            

Categories
Artikel Kegiatan

Ekik Filang Pradana, Sosok Mahasantri Berprestasi Yang Santun Dan Inspiratif

Media Center Darul Hikam- Selain menjadi mahasiswa yang hebat dalam ilmu pengetahuan umum, seorang mahasantri juga harus mantap dalam ilmu agamanya. Itulah yang dirasakan oleh mahasantri berprestasi Pondok Darul Hikam Jember, Ekik Filang Pradana.

Ekik (sapaan akrabnya) adalah putra sulung dari pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Zubaidah. Sebagai seorang kakak, tentu Ekik memiliki kewajiban memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya, yaitu Nadia Amanda Putri dan Najwa Khairun Nisa. Ekik tumbuh dari sebuah keluarga sederhana yang berada di Kabupaten Jombang.

Ekik yang juga mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah itu memulai pendidikannya dengan bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Faizin As-Salafiyah (tahun 2007-2014), kemudian melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Faizin As-Salafiyah (tahun 2014-2017), dan kembali melanjutkan di Madrasah Aliyah (MA) Darul Faizin As-Salafiyah (tahun 2017-2020).

Perjalanan Ekik dimulai ketika ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Singkat cerita, Ekik berhasil diterima di kampus Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember dengan jalur SPAN-PTKIN. Ekik yang sebelumnya belum pernah pergi ke tempat jauh pun memberanikan diri. Kebetulan Ekik merupakan Angkatan yang lahir dari pandemi Covid-19 sehingga dirinya tidak menjalani masa orientasi di kampus hijau ini. Ekik Pertama kali datang ke kampus dengan menaiki sepeda motor bersama kawan karibnya.

Awal kisah Ekik menjadi seorang santri di Pondok Darul Hikam memang cukup unik. Waktu itu, ketika Ekik semester 3, ia bertemu dengan Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M. Fil.I. yang merupakan dosen pengampu mata kuliah Peradaban Islam & Islam Nusantara (PI-IN) mengirimkan pamflet Pendaftaran Pondok Pesantren Darul Hikam melalui grup WhatsApp. Karena sedari awal Ekik memang tertarik dengan pondok pesantren, akhirnya Ekik berusaha mencari informasi terkait pondok Darul Hikam tersebut. Setelah merasa mantap dengan pilihannya, Ekik pun memutuskan untuk menghubungi contact person yang ada di pamflet tersebut.

“Alasan saya memilih tinggal di pondok karena dari dulu memang saya basic sekolahnya di agama. Saya suka dengan lingkungan pondok. Selain itu, dengan memilih mondok saya bisa imbang antara ilmu agama dan dunia,” kata Ekik yang juga Aktif  dalam kegiatan Pramuka,di sekolahnya.

Selain memilih untuk tinggal di pondok, Ekik juga aktif sebagai mahasiswa organisatoris. Ia mengikuti beberapa organisasi diantaranya sebagai Pengurus Media Center Fakultas Syariah, dan Pengurus Media Center Pondok Darul Hikam periode 2023-2024. Dalam hal ini Ekik menyampaikan bahwa dengan mondok di Darul Hikam tidak sedikit pun mengganggu aktivitasnya untuk berorganisasi.

“Selain bisa belajar agama, saya juga tetap bisa ikut organisasi. Ini enaknya mondok di Darul Hikam. Jam diniahnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan santri,” Ujar Ekik yang juga bekerja di CV Pena Salsabila.

Kisah menarik yang pernah dialami Ekik selama mondok di Darul Hikam yakni tiada hari tanpa kisah seru. Selama di pondok, tak jarang ia mengukir kenangan bersama santri putra lainnya yaitu memasak bersama, atau hanya sekedar bergurau penuh canda tawa sambil mengerjakan tugas.

“Saya selalu berusaha bersyukur atas segala episode dalam hidup saya. Yang paling seru ketika kita bakar-bakar di depan pondok, dan kemudian kami makan bersama dengan pengasuh. Itu sungguh luar biasa nikmatnya,” Ucap Ekik yang juga dulunya Ketua Osim Angkatan 2018/2019.

Dalam Ujian Akhir Semester pada (3-4/6/2023) dan Akhirussanah pada (7/6/2023) yang diadakan oleh Pondok Darul Hikam kemarin, Ekik terpilih sebagai Juara 1 Tingkat Madin Awwaliyah. Perlu diketahui bahwa di Pondok Darul Hikam terdapat dua kelas diniyah yakni Madin Awwaliyah dan Madin Wustho. Ini merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam hidup Ekik. Meski ia bukan dari lulusan Pondok Pesantren, namun Ekik tetap bersemangat mengikuti diniyah dan akhirnya bisa mendapatkan juara satu. Selain itu, Ekik juga dikenal sebagai pribadi yang sopan dan takdim kepada Guru. Keberkahan inilah yang membuat Ekik pantas menyandang sebagai juara 1.

“Alhamdulillah, saya senang sekali bisa mencapai ini semua. Semua ini berkat dari doa kedua orang tua dan guru-guru saya,” ungkap Ekik yang juga alumni Darul Faizin As-Salafiyah.

Ekik juga menceritakan suka dukanya selama mondok di Darul Hikam, termasuk kendala yang dialami selama mengikuti diniyah.

“Karena sistem ngajinya hybrid ya, jadi kadang suara ustadznya nggak begitu jelas. Sebenarnya di pondok sudah ada wifi, tapi ya kadang sinyal memang nggak mendukung,” tukas Ekik yang juga Mahasantri Putra di Pondok Cabang Klanceng-Ajung.

Meski begitu, semangat Ekik tidak berhenti disitu, ia biasanya mencoba menghubungi teman-teman yang lain untuk menanyakan kekurangan dalam kitabnya.

Pesan dari Pengasuh yang selalu diingat dalam benaknya yaitu untuk tidak mengesampingkan kuliah dan ngaji di pondok.

“Pesan yang selalu saya ingat, kata beliau, jangan karena mengikuti organisasi, pembelajaran di kampus atau pondok menjadi terganggu,” ujarnya.

Menurut Ekik, salah satu kelebihan di Pondok Darul Hikam lainnya yaitu ada program life skill yang bisa diikuti oleh mahasantri yaitu berupa Jurnalistik dan Info beasiswa khususnya LPDP.

“Tahun ini Tagline Pondok kami yaitu Pondok Literasi dan Scholarship. Sehingga para mahasantri juga dibekali dengan ilmu seputar kepenulisan yang insyaallah berguna untuk menunjang skripsi mahasiswa semester akhir,” Katanya.

Terakhir, Ekik berpesan kepada seluruh mahasantri yang ada di pondok agar tetap semangat dalam mengikuti kuliah dan mondok di Darul Hikam.

“Mumpung masih muda mari gunakan waktu untuk mengerjakan hal-hal positif. Karena dengan membangun kebiasaan baik tersebut, kita akan menolong diri kita di masa depan. Jangan pernah takut mencoba segala hal, jadilah orang yang jujur dan bertanggung jawab,” ungkapnya.

Penulis: Apriliyatus Sholichah

Editor: Erni Fitriani

Categories
Dunia Islam

Kiai Haris Sampaikan Interpretasi Q.S. Surah An-Nisa Ayat 1-2 Dalam Kitab Tafsir Marah Labid

Media Center Darul Hikam – Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam, Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M.Fil.I. mengutip Q.S. An-Nisa ayat 1-2 perihal perintah untuk bertakwa, memelihara silaturahim, serta larangan memakan harta anak yatim. Hal ini disampaikannya dalam Ngaji Kitab “TAFSIR MARAH LABID” (Fan Tafsir Maudlui) pada Minggu, (15/5/2023). Acara berlangsung secara online melalui aplikasi zoom meeting, mulai dari pukul 18.30-19.30 WIB. Allah SWT berfirman:

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahim Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (1).”Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar” (2)(Q.S An-Nisa ayat 1-2).

Pada ayat pertama, disebutkan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bertakwa, serta memelihara tali silaturahim. Karena sejatinya kita sama, one earth, one family and one future (berada dalam satu bumi, satu keluarga dan satu masa depan). Kemudian dalam sebuah hadits disebutkan artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim”. Nauzubillah min dzalik.

“Dalam Al-Qur’an kata silaturahim bermakna sempit, yakni makna yang berhubungan dengan keluarga. Sesama keluarga tidak boleh tengkar, diam-diaman intinya tetap saling sapa, bertutur kata yang bagus, dan berhubungan baik bagaimanapun dan apapun yang terjadi,” Terang Kiai Haris yang juga Ketua KP3 MUI Jawa Timur.

Sedangkan dalam ayat kedua ditegaskan bahwa haram hukumnya memakan harta anak yatim, sehingga dihukumi dosa besar. Ini berarti, kita sebagai umat Muslim harus bersegera memberikan hak milik anak yatim ketika mereka sudah baligh.

Kiai Haris (sapaan akrabnya) juga turut menuturkan bahwa kita dilarang untuk menukar dan mencampur harta buruk milik wali dengan harta baik milik anak yatim. “Sebagaimana yang sudah ditegaskan dalam penggalan ayat di atas,

yangartinyajanganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk,” tutur Kiai Haris yang juga sebagai Guru Besar Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Penulis: Miftahul Jannah

Editor: Erni Fitriani

 

Categories
Madrasah Diniyah Wusto

Pengembangan Kualitas Santri, Pondok Pesantren Darul Hikam Gelar Ujian Tulis Tingkat Awaliyah dan Wustho

Media Center Darul Hikam – Dalam rangka evaluasi  pemahaman pembelajaran kitab kuning, Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember mengadakan Ujian Akhir Semester (UAS) pada Sabtu-Minggu malam, (3-4/6/2023) pukul 18.00-20.00 WIB. Kegiatan tersebut dilakukan selama dua hari berturut-turut, bertempat di Pondok Pusat Putri, Pondok Cabang Putri, dan Pondok Cabang Putra Ajung.

Perlu diketahui, acara ini menjadi bagian dari agenda rutinan setiap menjelang akhir semester di Pondok Darul Hikam. Adapun yang diujikan dalam UAS kali ini yaitu kitab fathul qarib, safinatun naja, ibanah wal ifadhah, arbain nawawi dan jurumiyah untuk madin Awwaliyah. Sedangkan untuk madin Wustho yaitu kitab waraqat, ibanah wal ifadhah, fiqih sunnah, dan kitab fathul majid. Hal ini didasarkan pada pengelompokan kelas berdasarkan kemampuan santri.

Pengasuh Pondok Darul Hikam, Nyai Robiatul Adawiyah, S.HI., M.H. memaparkan tentang latar belakang ujian ini sebagai penilaian pada perkembangan santri selama satu tahun di pondok Darul Hikam.

“Latar belakang acara yaitu ingin mengetahui perkembangan santri dalam membaca kitab, memahami kitab dan menguasai isi kitab,” tutur Nyai Robi (sapaan akrabnya) yang juga Ketua FORDAF PC Fatayat NU Jember.

Selain itu, Nyai Robi berharap dengan adanya acara ini, santri bisa sungguh-sungguh mengikuti kegiatan diniyah yang ada di pondok Darul Hikam.

“Melalui ujian ini santri juga akan mendapatkan rapot, dimana rapot itu dikirimkan ke orang tuanya sehingga santri bisa lebih sungguh-sungguh dalam belajar dan karena setiap tahun kitab yang dipelajari berbeda-beda,” tambahnya yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Selanjutnya, ustadzah Siti Junita, S.Pd. sebagai Ketua Panitia UAS menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk menguji kemampuan mahasantri pada materi kitab yang telah diberikan.

“Dari situ, kami bisa membaca dari jawaban santri untuk kami jadikan evaluasi, terutama pada pemahaman kitab dan tafsirannya. Berjalannya acara ini juga dibantu oleh segenap panitia baik mulai menyiapkan soal hingga saat pengumuman juara di acara Akhirussanah” ungkapnya yang juga mahasiswa S2 Prodi Manajemen Pendidikan Islam UIN KHAS Jember.

Sementara itu, Azza Nagdan Mufti, salah satu mahasantri pondok cabang putra Ajung memberikan testimoninya terkait kegiatan UAS. Menurutnya, ujian tulis ini lebih menantang dari penilaian ujian tahun lalu.

“Tentunya bersyukur karena hasil dari mengaji selama satu semester di Pondok ini. Jadi seperti ada feedbacknya, bisa tahu sejauh mana kemampuan kita. Kalau sedihnya karena soalnya sulit dan menantang sehingga menuntut analisis yang lebih dalam,” ujar Nagdan yang juga Mahasiswa semester 4 Prodi Tadris Bahasa Inggris UIN KHAS Jember.

Nagdan (sapaan akrabnya) juga turut menyampaikan kesannya selama mondok di pesantren Darul Hikam. Menurutnya, di Pesantren bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Selain mendapatkan ilmu yang bersifat keduniawian, ketika di pondok juga diajarkan bekal untuk akhirat sehingga proporsional.

Penulis: Erni Fitriani

Editor: Siti Junita

Categories
Madrasah Diniyah Awwaliyah

Haflah Akhirussanah, PP Darul Hikam Umumkan Mahasantri Berprestasi dan Siapkan Pembelajaran Bahasa Asing

Media Center Darul Hikam– Haflah Akhirussanah merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh lembaga pendidikan. Kegiatan ini selain untuk mensosialisasikan visi, misi dan program pembelajaran, juga untuk memberikan apresiasi kepada santri berprestasi. Dengan itu, Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli, Jember menyelenggarakan Haflah Akhirussanah yang bertempat di Cabang Putra Ajung pada Rabu (7/6/2023).

Sebelum haflah, Pesantren Darul Hikam menggelar Ujian Akhir Semester (UAS) pada hari Sabtu, Minggu (3,4/6) yang dilaksanakan di Pondok masing-masing. Acara Haflah Akhirussanah dihadiri oleh Pengasuh Pesantren Darul Hikam, Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M.Fil.I dan Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H., M.H. serta diikuti oleh seluruh mahasantri Pusat, Cabang Putrid dsan Cabang Putra.

Pengasuh Pondok Pesantren, Kiai M Noor Harisudin menyampaikan bahwa salah satu indikator yang perlu ditekankan oleh Perguruan Tinggi Islam adalah membina dan memfasilitasi mahasiswa dalam mmebaca kitab kuning. Sehingga perlu adanya pembelajaran yang mendukung untuk mewujudkannya.

“Perguruan Tinggi Islam kurang berhasil karena banyak mahasiswa yang belum bisa membaca kitab kuning, sehingga penting bagi mahasiswa mempunyai kegiatan pendukung untuk melatih baca kitab, seperti pondok pesantren yang kajiannya fokus ke kitab kuning,” ujar Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember ini.

Kiai Haris menyampaikan, bahwa proses ujian ini sebagai tolak ukur mahasantri dalam memahami kitab yang diajarkan dalam satu semester.

“Ujian ini tidak lain untuk menguji sejauh mana kemampuan mahasantri memahami kitab yang sudah diajarkan di Pondok,” tutur Kiai Haris.

Kiai Haris menyampaikan pada semester yang akan datang, akan ditekankan pada pembelajaran bahasa Asing baik bahasa Inggris dan bahasa Arab.

“Selama satu semester ini tema pembelajaran fokus pada scholarship, kitab kuning dan jurnalistik. Sedangkan untuk tahun depan akan kami tekankan pada pengembangan bahasa Asing, untuk bekal nantinya yang mau melanjutkan pendidikan S2,”sambung Kiai Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Pengasuh menyampaikan agar mahasantri mampu memilih teman dan lingungan yang bisa memberikan semangat untuk mengejar kesuksesan.

“Mahasantri Darul Hikam hendaknya memilih teman yang perkataan dan tingkahnya bisa membawa semangat mencapai kesuksesan dunia, lebih baik berkumpul dengan orang pintar dan kita merasa menjadi orang yang bodoh dari pada berkumpul dengan bodoh tapi kita merasa pintar,”tutup Kiai Haris dalam Mau’idzah hasanahnya

Bu Nyai Robiatul Adawiyah  mengharapkan mahasantri tetap mondok dan istiqomah mengikuti peraturan pesantren.

“Saya berharap para mahasantri tetap belajar di Pondok selagi masih kuliah, dan mahasantri yang sudah selesai kuliah kami perboolehkan pulang untuk mengabdi pada orang tua dan mengamalkan kepada masyarakat,”tutur Bu Nyai juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember

Acara selanjutnya adalah pembagian hadiah yang diumumkan oleh Ketua Panitia, Siti Junita, S.Pd. Diantara para juara Kelas Awaliyah adalah Ekik Filang Pradana (Juara 1), Nurul Hidayah (Juara 2) dan Fathia Azzahra (Juara 3) dan juara kelas Wustho adalah Lum’atul Muniroh (Juara 1),  Umi Saidah Dina Nur (Juara 2) dan M. Al Basyir (Juara 3).

Acara berjalan dengan khidmat dan lancar, ditutup dengan doa dan makan bersama

Reporter: Ekik Filang Pratama

Editor: Siti Junita