Categories
Dunia Islam Madrasah Diniyah Awwaliyah

Dr. Kiai M.N. Harisudin, M. Fil.I: PKI itu Sudah Tutup Buku. Apanya yang Menarik?

Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr.Kiai MN. Harisudin, M.Fil. I menyayangkan pihak-pihak yang sengaja memunculkan kembali ideologi komunisme di negeri ini seperti tercermin dalam karnaval Agustusan di Pamekasan,  coret-coret Palu Arit di Universitas Jember dan arena permainan skateboard TMII Jakarta Timur di bulan Agustus 2015 ini.

“PKI itu kan sudah tutup buku. Saya mempertanyakan: Mengapa dibuka lagi ? Apanya yang menarik dari PKI ?. Sebagai ideologi, komunisme telah gagal membawa asa manusia pada cita-cita tertinggi manusia.Apalagi, karena cita-cita tinggi ini digapai dengan cara yang bertentangan dengan Islam, yaitu kekerasan”, katanya di sela-sela acara Wasdalbin Kopertis Wilayah VII di Universitas Islam Jember (UIJ), kemarin 20/8/2015.

Bagi Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil.I yang juga Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama yang menaungi UIJ, cita-cita keadilan sosial komunisme nampaknya menjanjikan, namun sesungguhnya kering dari spritualitas. “ Ini beda dengan Islam yang mencitakan keadilan sosial yang sarat spitualitas. Bagi Islam, keadilan sosial adalah tangga menuju kebahagiaan di akhirat. Karena itu, Islam sangat sempurna. Ada kebahagiaan di dunia di akhirat sekaligus”, kata M.N. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Selain itu, para bapak bangsa ini juga sudah sepakat untuk melakukan pembubaran terhadap organisasi massa yang telah menorehkan sejarah kelam di negeri ini dengan Ketetapan MPRS no. XXV tahun 1966. Sebelumnya, beberapa kali PKI telah melakukan pemberontakan seperti di Madiun tahun1948 dan di Jakarta tahun 1965, namun berakhir dengan kegagalan dengan korban jiwa yang mencapai ribuan orang rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, Kiai M.N. Harisudin itu meminta aparat negara untuk segera melakukan proses hukum yang sewajarnya terhadap pelaku karnaval PKI dan corat-coret gambar palu arit tersebut. “ Jangan sampai hal demikian ini terulang. Ini soal bagaimana konsistensi negeri ini dalam pembubaran PKI. Kalau soal hak asasi eks PKI itu kan sudah dilindungi undang-undang”, pungkas Kiai MN Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember. (Anwari/Kontributor NU Online).

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember Serukan Gerakan “NU Sehat”

Jember, NU Online.

Maraknya berbagai organisasi yang  menyerang NU, menjadikan jam’iyyah diniyah ijtimaiyyah ini harus berbenah diri.  Serangan yang berasal dari mana-mana itu seperti  Wahabi, Syi’ah, HTI, dan sebagainya itu harus disikapi dengan arif dan bijaksana serta menjauhi sikap emosional. Demikian siaran pers Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I di kantor PCNU Jember, Jl. Imam Bonjol 41 A Jember, Rabu, 19/8/2015 menanggapi semakin maraknya gerakan-gerakan yang menyerang NU tersebut. Salah satu caranya adalah dengan gerakan NU sehat, seperi digagas M.N. Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.   

“Ya  itu. Cara melawannya adalah dengan gerakan “NU Sehat”. NU harus sehat secara ekonomi. Kalo ekonomi sudah sehat, tidak mungkin gerakan yang lain akan bisa masuk. NU juga harus sehat secara budaya. Kalo sdh sehat secara budaya, budaya lain pasti tidak bisa masuk. Demikian juga, NU harus sehat secara akidah. Kalo akidah tidak sehat, ya mudah orang NU dibujuki menjadi anggota ormas lain yang bertentangan dengan NU tersebut”, pungkas Kiai M.N. Harisudin yang juga pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Tersebut.

Namun jika NU sakit, misalnya karena banyaknya konflik antar pengurus, koordinasi yang lemah, program yang tidak jalan, tidak pernah silaturahim (turba) ke bawah, lailatul ijtima’ tidak ada, warga NU banyak yang miskin, pendidikan yang rendah, dan sebagainya, maka yang demikian ini akan menyebabkan NU mudah terserang banyak penyakit dari luar. Ibarat tubuh, dia tidak memiliki anti bodi untuk kekebalan tubuhnya. Akhirnya ia jatuh sakit. Tapi kalo tubuh sehat, dia punya kekebalan tubuh dan penyakit tidak bisa masuk. 

“Karena itu, kita jangan menyalahkan orang lain. Tapi, kita harus lihat dan evaluasi diri kita sendiri. Sudah sehat belum NU kita ini? Insya’allah, kalau sudah sehat, sampai kapanpun NU tetap jaya dan tidak mudah dimasuki orang lain”, kata kiai muda yang juga Ketua Puan Amal Hayati PP Nuris Jember.

Gerakan NU Sehat ini diharapkan masuk setiap desa di Jember. Pengurus NU di tiap ranting harus mengimplementasikan dalam kerja nyata di wilayahnya masing-masing. Pengurus NU juga  harus mengurus masjid dan musholla di sekitarnya. Demikian juga, lembaga pendidikan anak-anak NU terus menjadi perhatian utama.   (Anwari/Kontributor NU Online). 

Categories
Dunia Islam

Fatayat NU Jember Adakan ToT Juru Dakwah Aswaja

Semakin merebaknya dakwah Islam yang menyimpang dari NU, menjadikan Fatayat NU ingin mencari bibik-bibit dai perempuan (daiyah) yang siap terjun di masyarakat. Dalam rangka ini, Fatayat NU Jember mengadakan ToT Juru Dakwah Aswaja bertema “ Sinergitas Islam Aswaja dan Islam Nusantara Mewujudkan Indonesia Beradab” yang diselenggarakn pada tanggal 15-16 Agustus 2015. Bertempat di kantor NU, Jl. Imam Bonjol 41 A, ToT Juru Dakwah Aswaja ini dihadiri 50 orang peserta yang berasal dari PAC Fatayat NU se-Kabupaten Jember.

Dalam pembukaan, Ketua Fatayat NU Jember, Rahmah Saidah, SP, MP, menyatakan bahwa Fatayat NU harus mengambil peran dalam kegiatan dakwah Islam di Jember. “Setidaknya, ada dua kepentingan. Pertama, agar dakwah Aswaja secara massif diberlakukan di Jember. Dakwah Aswaja yang sudah ada akan diperkuat oleh Fatayat NU.  Kedua, agar dakwah Aswaja menggunakan perspektif perempuan”, kata Ketua Fatayat NU Jember yang juga Guru di SMP Sunan Ampel Sukorambi Jember.

Sementara itu, nara sumber utama, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember, menyatakan keprihatinannya dakwah yang cenderung jadi tontonan, tidak menjadi tuntunan. “Saya rasa, itu harus diubah. Bolehlah menarik dengan berbagai lelucon, tapi jangan itu yang utama. Selain itu, saya melihat dakwah Islam belum menunjukkan hasil karena orientasi para mubaligh yang umumnya bersifat materi”, pungkas Dosen Pasca sarjana IAIN Jember yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Jember tersebut.

Beberapa nara sumber lain juga dihadirkan seperti Dr. K.H. Abdullah, MHI, Ust. Dr. Abd. Hamid Pujiono, Kiai Idrus Romli, S.Ag, Ustadzah Hj. Mukniah Ashom, M.Pd.I dan  Ibu Linda, M.Si. Acara ToT Juru Dakwah Fatayat NU Jember ini diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut yang dipimpin oleh Sahabat Maziyatur Rofi’ah, M.Pd.I untuk membentuk juru dakwah tiap kecamatan yang harus aktif dalam berbagai kegiatan agama, terutama di masjid masing-masing. (Kontributor NU Online/Anwari)

Categories
Dunia Islam

Katib Syuriyah NU Jember: Pengusaha Sebaiknya Bayar Zakat Lewat Amil Zakat

Kendati sudah berkali-kali terjadi, namun ricuh saat pembagian zakat kembali terulang. Baru-baru ini kericuhan terjadi di Makasar, saat seorang pengusaha membayar zakat secara massal dalam bentuk uang Rp. 50.000-an. Hal demikian ini mendorong Katib Syuriyah NU Jember, Dr. M. N. Harisudin, M. Fil. I berkomentar berupaya untuk memberikan solusinya.

Ditemui saat santai di kantor PCNU Jember, alumni doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya bidang Fiqh-Ushul Fiqh mengatakan bahwa sebaiknya para pengusaha ini memberikan zakat melalui amil zakat yang resmi mendapat pengakuan dari pemerintah.

“Sebaiknya pengusaha berzakat memang ke amil zakat resmi yang diakui pemerintah. Pertama, di amil zakat resmi, zakat bisa tersalur secara tepat sasaran. Kedua, pada amil zakat resmi, kwitansi pembayaran zakat bisa menjadi pengurang pajak penghasilan sebagaimana disebut dalam UU Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun 2011”, pungkas kiai muda yang juga Konsultan Zakat pada AZKA Al-Baitul Amien Jember.

“Dan Ketiga, pemberian zakat melalui amil juga tepat guna karena amil zakat tidak hanya memberi zakat secara konsumtif, namun juga produktif. Ini karena amil zakat berusaha menjadikan mustahiq sebagai muzakki suatu saat nanti”, kata penulis Kitab Fiqh az-Zakat Li Taqwiyat Iqtishad al-‘Ummat tersebut.

Kalaupun pengusaha ngotot ingin menyalurkan sendiri langsung pada mustahiq zakat, menurut M. N. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember ini, penyaluran zakat harus dimanage dengan sebaik-baiknya agar lebih memanusiakan dan juga memartabatkan mustahiq (penerima) zakat. Jangan sampai mustahiq zakat itu berdesak-desakan, berhimpitan, saling injak dan bahkan ada korban yang meninggal dunia.

“Memang afdolnya kalau zakat ikut ditampakkan di depan publik, namun jangan sampai hanya mencari afdol, yang wajib yaitu memelihara jiwa (hifdz an-nafs)  diabaikan. Lebih penting memelihara jiwa (hifdz an-nafs) dari pada mencari keutamaan (afdol)”, kata aktivis NU yang juga Wakil Ketua Alumni Ma’had Aly Situbondo tersebut. (Kontributor NU Online/Anwari).

Categories
Dunia Islam

Ramadhan Pintu Meraih Surga

Awal pelaksanaan Shalat Teraweh di Masjid Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember berjalan dengan khidmat. Ustadz. HM. Misbahus Salam selaku Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam mendapat giliran menjadi Imam Shalat isya’, Teraweh, Witir  dan ceramah. 

Dalam ceramahnya Ustadz  Misbah mengutip hadist Nabi Muhammad SAW. ; Idza Jaa Ramadhanu futtihat abwabul jannah wa gulliqat abwabun nari wa shuffidat assyayathinu (artinya apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan pun dibelenggu).

Makna dari hadist ini kata Ustadz Misbah bahwa yang dimaksud saat bulan ramadhan pintu surga dibuka adalah di bulan Ramadhan ini Allah Swt banyak memberi pahala dan pengampunan pada hambaNya dengan adanya ibadah puasa, shalat teraweh dan qiyamul lail atau bangun dimalam hari. Sebagian riwayat disebut juga dengan istilah abwabur rahmah artinya pintu rahmat dibuka, artinya saat kita punya kelebihan rizqi di bulan Ramadhan ini bersedakahlah, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Sedangkan yang di maksud dengan wa gulliqat abwabun nari (ditutup pintu neraka), kata Ustadz Misbah adalah di bulan Ramadhan ini kita harus menghindari dari perbuatan maksiat dan dosa, agar ibadah puasa kita tidak sia-sia.

Ustadz misbah juga melanjutkan sedangkan yang dimaksud dengan wa shuffidat assyayathiinu (setan dibelenggu), di bulan Ramadhan ini syetan-syetan yang sangat jahat dibelenggu oleh Allah. Oleh karena itu sebuah kesempatan bagi umat Islam di bulan ramadhan ini memperbanyak ibadah ritual maupun sosial dan bermunajah atau berdoa kepada Allah karena bulan ini adalah bulan yang mustajabah, Allah Swt mudah mengabulkan do’a-do’a hambanya.

Kegiatan Ramadhan di Masjid Darus Salam Sukorejo ini kata Ustadz Misbah selain  Shalat, tadarrus, juga ada ta’lim, pengajaran ilmu agama, buka bersama dan santunan sembako pada anak yatim dan faqir miskin. (HMS)

Categories
Dunia Islam

Muktamar Tak Hanya Fokus Soal Ketum, Tapi Keumatan

Jember, NU Online
Muktamar ke-33, merupakan hajatan puncak  dalam organisasi NU. Seharusnya, pada kegitaan  tersebut tidak hanya fokus pada pemilihan calon ketua umum (Ketum). Namun yang penting adalah memperbincangkan program keumatan dalam kepemimpinan masa berikutnya.

Demikian dikemukakan Katib Syuriyah PCNU Jember Dr.  M.N. Harisudin, M.Fil.I di sela-sela sebuah acara di Kantor PCNU Jember, Kamis (28/5).

Menurut Haris, sapaan akrabnya, sesungguhnya masih cukup banyak isu yang perlu diangkat dan perlu menjadi prioritas di dalam muktamar tersebut, di antaranya adalah tentang pemberdayaan umat, pendidikan, dan juga kesehatan.

“Sejauh ini, pendidikan kita masih kurang menggeliat, bidang kesehatan juga begitu. Isu ini perlu direspon dan dicarikan jalan keluarnya,” ucapnya.

Dosen IAIN Jember itu menambahkan, dalam sekian kali muktamar, pemberdayaan dan isu sosial lainnya memang kerap jadi rekomendasi keputusan, namun action di lapangan masih kurang maksimal.

Di wilayah dan cabang, menurut dia, juga tidak jauh beda. Konsep-konsep yang berupa rekomendasi program, ternyata di tataran pelaksanaan tidak berkembang. “Itu memang tataran teknis, tapi perlu dipikirkan kemampuan penerapannya agar rekomendasi itu tidak mubadzir,” tukas pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Haris berharap agar muktamar Agustus mendatang ini benar- benar melahirkan program yang membumi dan berdaya guna, dalam pengertian bisa diterapkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. “Ini agar NU benar-benar menjadi rahmatal lil’alamin. Terserah siapa pun nanti ketunya,” ucapnya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

Categories
Dunia Islam

Kajian Kitab Ihya Ulumuddin di PP Darul Hikam Jember Cara Wushul pada Allah: Ta’alluq  Billah

Jember, NU Online.

Keluarga Alumni Ma’had Aly Ponpes Ma’had Aly Situbondo Jawa Timur kembali menggelar kajian Kitab Ihya Ulumuddin dua bulanan. Kali ini bertempat di PP Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, ahad, 5 Maret 2015 mulai jam 10.00 Wib sd selesai. Diskusi kitab karya Imam Ghazali yang berlangsung di pondok pesantren milik Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr. MN. Harisudin, M. Fil. I, berjalan dengan gayeng. Kurang lebih 40-an alumni yang datang dari berbagai daerah tersebut.

“Hati itu ibarat cermin (al-mir’ah). Jika suatu benda dihadapkan pada cermin, maka akan ada tiga hal: cermin, benda yang hakiki dan bayangannya”, kata Ust. Fakhur Rozi, alumni Ma’ah Aly angkatan keempat tersebut. Ust. Fakhrurrazi membaca kitab ini mulai Jilid III, hal 12 “Bayanu mitslil qalibi bil idzafati ila ulumi khassatan”.

Sama dengan hati, jika ada benda yang hakiki, maka akan ditangkap oleh hati. Dengan demikian ada tiga hal berkaitan hati: al-qalbu/hati (al-alim), haqa’iqul asyya’ (ma’lum) dan hushulu nafsil asya’ (al-ilmu). Jika misalnya seorang melihat api, maka hati orang tersebut adalah alim, apinya adalah ma’lum  dan gambaran api dalam hati disebut dengan  al-ilm.

Dengan berbagai aktivitas manusia yang padat, apakah ada jalan wushul pada Allah Swt? Bukankah hati akan disibukkan dengan aktivitas tersebut ?.

Dr. M.N. Harisudin, M. Fil. I menyatakan bahwa berbagai aktivitas tetap akan bisa menyampaikan pada Allah Swt. Misalnya profesi dosen, pengacara, politisi, pedagang, petani, buruh, tukang becak dan lain sebagainya, tetap bisa wushul pada Allah Swt. Hanya saja, ada syaratnya, lanjut penulis buku berjudul “Bersedekahlah Engkau  Akan Kaya dan Hidup Berkah”.

“Syaratnya dua: Pertama, menjadi muhsinin (artinya orang yang mengamalkan semua ilmunya). Kedua, ia harus menjaga ta’alluq pada Allah Swt (ta’alluq billah) secara terus menerus”, kata kiai muda yang juga dosen Pasca Sarjana IAIN Jember dan Pasca Sarjana di sejumlah PTAI se-Jawa Timur tersebut.Wallahu’alam. (Anwari/Kontributor NU Online)

Categories
Dunia Islam

Sambut Muktamar NU, Ponpes Darul Hikam Jember Membuat Lukisan 99 Kiai Kharismatik NU

Ada sesuatu yang unik di Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember kaitannya dengan Muktamar NU di Jombang Jawa Timur. Seperti yang dikatakan oleh pengasuhnya, Dr. M.N. Harisudin, M. Fil. I, bahwa dalam rangka menyambut Muktamar NU Jombang, Pesantren Darul Hikam membuat 99 lukisan Kiai Kharismatik NU.

Diantara para kiai ini adalah para pendiri dan pejuang Nahdlatul Ulama seperti Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. Wahid Hayim, KH. Bisri Syamsuri, KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Ali Maksum, KH. Ahmad Shidiq, KH. Abdurrahman Wahid dan sebagainya.

Lukisan para kiai ini tidak digambar dengan warna, melainkan digambar dengan hitam putih sehingga tampak alami. Kesan natural yang klasik akan membuat orang yang melihat akan terkesima dan berdecak kagum. Aura kharismatisnya juga akan muncul dalam pandangan orang yang melihatnya karena kerut wajah nyaris hampir sama dengan aslinya.

“Setidaknya ada dua tujuan lukisan Kiai Kharismatik NU. Pertama, mengenalkan dan mensosialisasikan para kiai kharismatik NU pada warga Nahdliyin. Kedua, mengenang pemikiran dan langkah perjuangannya untuk diteruskan di masa sekarang. Saya ingin di kantor PCNU dan PWNU seluruh Indonesia, dipasang lukisan ini”, pungkas Dr. MN. Harisudin, M. Fil. I yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember ini.

Hingga sekarang, sudah ada beberapa lukisan yang selesai. Dan terus akan dibuat hingga pelaksanaan Muktamar NU pada 1-5 Agustus nanti.

(Kontributor NU Online: Anwari)

Categories
Dunia Islam Uncategorised

Syuriyah Wajah Lama, Tanfidziyah Ragam Latar Belakang

Jember, NU Online

Para Pengurus Cabang Nandlatul Ulama (PCNU) Jember periode 2014-2019, Senin malam (9/6) diperkenalkan kepada warga NU di sela-sela pengajian Aswaja di halaman kantor NU Jember, JL. Imam Bonjol, Kaliwates.

Mereka adalah hasil Konfercab NU awal Juni lalu yang menahbiskan kembali KH. Abdullah Syamsul Arifin dan KH. Muhyiddin Abdusshomad sebagai nahkoda NU Jember. 

Dalam sambutannya, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan bahwa NU bukan parpol, tapi siapapun pengurus parpol bisa menjadi pengurus NU asalkan mau mengabdi untuk NU. “Saya pikir, mereka adalah kader-kader terbaik NU, yang bisa bekerja untuk kemajuan NU,” tukas Gus A’ab, sapaan akrabnya.

Dari rilis daftar nama PCNU terbaru di jajaran syuriyah masih didominasi wajah-wajah lama. Cuma ada rotasi posisi, misalnya di kursi katib ditampati oleh DR. MN. Harisuddin, M.Fil.I. Dosen STAIN sekaligus Wakil Sekretris Yayasan Pendidikan NU ini, menggantikan KH. Hamid Hidir.

Sedangkan di jajaran tanfidziyah lebih beragam latar belakangnya, misalnya beberapa tokoh parpol masuk. Ada Moch. Eksan, S.Ag (Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Jember) masuk di jajaran wakil sekretaris, H. Karimullah (Partai Golkar) menjadi wakil bendahara. Demikian juga H. Miftahul Ulum (Ketua DPC PKB Kabupaten Jember) masih bertahan di kursi wakil ketua. 

Selain  itu, ada dua profesional yang juga masuk di deretan pengurus baru. Yaitu DR. Widodo, MH. (Dekan Fakultas Hukum, Universitas Jember) dan dr. H. Abdur Rouf (Kepala Puskesmas Mayang). Keduanya didapuk menjadi wakil sekretaris dan bendahara. (aryudi a razaq/abdullah alawi)

Categories
Dunia Islam

Rayakan Tahun Baru dengan Hal Positif, Bukan Maksiat!

Ahad, 28/12/2014 12:01

Jember, NU Online

Katib Syuriyah PCNU Jember Dr. MN. Harisudin mengharamkan perayaan tahun baru yang diisi dengan kegiatan yang berbau maksiat. Misalnya minum-minuman keras, ikhtilath (pergaulan) antara laki-laki dan perempuan buan muhrim, pacaran, dan kegiatan maksiat yang lain.

Menurut pengasuh Ponpes Darul Hikam Jember ini, pada dasarnya hukum merayakan tahun baru masehi ini adalah boleh. Hanya saja, ketika berkaitan dengan perbuatan maksiat, maka hukumnya menjadi haram.

“Dalam bahasa fiqih, ini disebut dengan haram lighairihi. Haram karena faktor eksternal. Faktor eksternalnya ya itu, pacaran, minuman keras, ada ikhtilath laki-laki dan perempuan,” pungkas kiai muda NU yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember ini.

Oleh karena itu, menurut kiai yang juga aktif menjadi pembicara di berbagai  majlis ta’lim ini, ia menganjurkan agar muda-mudi khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk merayakan tahun baru ini dengan kegiatan-kegiatan positif. Misalnya kegiatan diskusi agama, refleksi akhir tahun, santunan anak yatim, atau kegiatan positif yang lain.(Anwari/Mahbib)