Categories
Berita

Tumbuhkan Kecintaan Al-Qur’an, Ponpes Darul Hikam Menjadi Tuan Rumah Semaan bil Ghoib Santri Situbondo

Media Center Darul Hikam – Sejumlah santri dari Pondok Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo menunjukkan kemampuan mereka dalam menghafal Al-Quran melalui khataman bil ghoib di Pondok Cabang Putra Darul Hikam Ajung Jember, Selasa (2/4/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Semaan Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh Majelis Sema’an Al-Qur’an Darul Mujtahid Jember.

Acara ini dihadiri oleh Pengasuh PP Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., Pengasuh Putri PP Darul Hikam, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H. dan dihadiri puluhan santri Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo.

Ahmad Fahrur Rozi, Ketua Majelis Sema’an Al – Qur’an Darul Mujtahid Jember mengatakan acara diawali dengan pembacaan tawasul dan ayat suci Al-Quran. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran juz 30 secara serentak oleh para santri. Suasana semakin haru saat para santri melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan merdu dan penuh penghayatan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan hafalan para santri dan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,” ujar Rozi yang juga Mahasiswa Universitas Ibrahimy Situbondo.

Terakhir Rozi menambahkan bahwa Khataman bil ghoib sendiri merupakan proses membaca Al-Qur’an sampai khatam tanpa melihat mushaf. Menurut Fahrur, metode ini berbeda dengan membaca Al-Qur’an binnadhor yang menggunakan mushaf.

“Khataman bil ghoib melatih hafalan dan mental para santri. Mereka dituntut untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar meskipun tanpa melihat mushaf,” tambahnya.

Iklil Naufal Umar, tuan rumah Semaan Al-Qur’an bil ghoib yang diselenggarakan di Pondok Cabang Putra Darul Hikam Ajung Jember, mengungkapkan tujuan diadakannya kegiatan ini.

“Tujuan khataman bil ghoib ini adalah untuk melatih mental dan memperkuat hafalan para santri, serta sebagai pengabdian kepada masyarakat,” ujar Iklil.

Iklil berharap khataman bil ghoib ini dapat menarik minat masyarakat untuk mengajarkan dan membimbing anak-anaknya agar dapat menghafalkan Al-Quran sampai khatam.

“Semoga dengan kegiatan ini, generasi muda Islam semakin cinta terhadap Al-Quran dan menjadikannya pedoman hidup mereka,” harap Iklil.

Sementara itu, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H., Pengasuh Putri PP Darul Hikam, menyampaikan harapan khusus terkait penyelenggaraan Semaan Al-Qur’an ini.

“Kami berharap berkah dari Kiai Assad Shamsul Arifin, pengasuh Pondok Sukorejo Situbondo, bisa mengalir ke Pondok Pesantren Darul Hikam. Hal ini karena pengasuh kami merupakan salah satu santri dan alumni dari Pondok Sukorejo,” tutur Ibu Nyai Robi yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Terakhir, Ibu Nyai Robi juga berharap semangat para santri Darul Hikam bisa meningkat ketika melihat para santri Sukorejo membacakan samaan bil ghoib di pesantren.

“Ini diharapkan dapat memotivasi para santri untuk selalu menghafalkan Al-Quran,” pungkas Nyai Robi.

Kegiatan semaan Al-Qur’an bil ghoib ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menginspirasi pesantren-pesantren lain untuk melakukan kegiatan serupa. Hal ini sebagai upaya untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dan mencetak generasi muda yang qurani.

Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara

Editor          : M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC.  

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Belajar Wakaf, STAIM Lumajang Kunjungi Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam

Media Center Darul Hikam Setelah sekian banyak lembaga yang berkunjung ke Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, kini giliran Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum (STAIM) Lumajang melakukan Benchmarking atau studi banding ke Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember pada hari Rabu, (03/04/2024) kemarin.

Hadir dalam kesempatan itu Ketua STAIM  Lumajang, Mochammad Hisan, S.Psi., M.Sos., bersama dengan Wakil Ketua I, Farhanuddin, S.Pd., M.Pd.,I., Kaprodi Hukum Keluarga Islam, Ahmadi, S.H., MH., dan Dr. Ahmad Zarkasi, M.Pd.

Di samping itu, Ketua YPI Darul Hikam yang juga Direktur Lembaga Wakaf, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M. Fil.I., CLA. CWC. bersama Ustadz M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC yang juga Nazhir wakaf turut membersamai dalam acara Benchmarking atau studi banding.

Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof Haris menuturkan, wakaf sebagai salah satu bentuk filantropi Islam yang dikelola dengan baik memiliki peran besar dalam mendukung pembangunan sosial, termasuk memperkuat Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Keberadaan lembaga wakaf yang dikelola dengan manajemen yang baik dan modern akan menjadi suplemen yang sangat besar bagi Perguruan Tinggi untuk meningkatkan Tri Dharma di tengah-tengah masyarakat,” tutur Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Lebih lanjut, Prof Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center menjelaskan, sebelum membentuk dan melegalkan lembaga wakaf, konsep, teknis, dan cara kerjanya harus benar-benar dimatangkan.

“Mengelola wakaf berbeda dengan mengelola zakat, infaq, maupun sedekah. Bila wakaf produktif (uang), maka diperlukan perencanaan pengelolaan agar uang wakaf bisa menghasilkan keuntungan. Dan hasil keuntungannya itu yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan gerakan-gerakan filantropi,” tambah Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.

Di kesempatan yang sama, Ust. Irwan menjelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut, STAIM Lumajang belajar tentang manajemen wakaf dan infak.

 “Semua berjalan dengan lancar. Kita sama-sama belajar tentang manajemen wakaf dan infak. Hal ini penting mengingat wakaf dan infak dapat membantu perekonomian umat. Manfaatnya sungguh besar dan luas,” papar Ust. Irwan yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Selain itu, Ust. Irwan mengatakan dalam proses untuk mendapatkan bukti Nazhir wakaf uang yang harus mengikuti aturan di Badan Wakaf Indonesia (BWI). Mulai dari kesiapan pelaporan bulanan dan 6 bulanan, memiliki NPWP, Dokumen Rekomendasi LKSPWU, dan sebagainya. Semua itu wajib dipenuhi untuk mendapatkan bukti Nazhir wakaf uang dari BWI.

“Selain itu, yang paling penting adalah lembaga harus memiliki minimal dua Nazhir wakaf kompeten. Nazhir dinyatakan kompeten jika sudah selesai mengikuti pelatihan Nazhir wakaf dan lolos asesmen,” imbuhnya.

Ketua STAIM Lumajang, Mochammad Hisan mengungkapkan, mengelola Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS) memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam hal pendanaan yang berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baik umum maupun keagamaan

“Semoga rencana kerjasama ini akan menjadi sumbangsih positif untuk pengembangan STAIM ke depan. Tentunya kita akan terus meminta bimbingan dan arahan dari Prof. Haris,” ujar alumnus Psikologi UINSA ini.

Kunjungan STAIM Lumajang ke YPI Darul Hikam diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru dalam mengelola wakaf produktif untuk pengembangan pendidikan Islam di Jawa Timur.

Reporter: Akhmal Duta Bagaskara

Editor: M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita

Darul Hikam Targetkan Lebih Banyak Peserta Setelah Sukses Dampingi Program Prakerja

Media Center Darul Hikam – Pasca Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember berkolaborasi bersama LPK Career Development Center PPM Aswaja Nusantara, berupa penyediaan pelatihan program kartu prakerja pada Kamis (22/02/ 2024) lalu, kini kolaborasi tersebut mulai menunjukkan hasil yang signifikan.

YPI Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember kini sukses menyelenggarakan pelatihan bagi para peserta Program Prakerja mulai dari gelombang 63, 64, dan hingga 65. Pelatihan sekaligus pendampingan ini dilakukan secara daring via Zoom Meeting terakhir kali pada Senin, 25 Maret 2024.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC menyampaikan apresiasi kepada segenap tim koordinasi Program Prakerja Pondok Pesantren Darul Hikam atas suksesnya pendampingan yang dilakukan sejak awal.

“Segenap tim sudah luar biasa dan menjalankan tugas dengan maksimal. Program Pelatihan Prakerja yang berkolaborasi dengan PPM Aswaja sangatlah penting, karena dapat meningkatkan kompetensi angkatan kerja di Indonesia,” ucap Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Prof Haris juga berharap, hingga bulan Oktober mendatang, program ini dapat melibatkan lebih banyak peserta agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat umum.

“Sampai bulan Oktober mendatang, kami berharap dapat melibatkan lebih banyak peserta agar manfaatnya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat umum, baik dari segi keterampilan, teori, maupun aspek lainnya,” tutur Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Di lain sisi, Tim Koordinator Program Prakerja Darul Hikam, Wildan Rofikil Anwar, S.H., M.H., menjelaskan jika pihaknya telah berhasil mendampingi peserta hingga lolos.

“Kurang lebih ada ratusan peserta yang berhasil kami dampingi, kami hanya membantu para peserta dari awal, mulai dari bimbingan teknis pembuatan akun, masuk gelombang, pembelian pelatihan, hingga tahap pencairan insentif,” ujar Wildan yang juga tenaga pengajar PP Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Selain mendapatkan insentif, lanjut Wildan, para peserta juga berkesempatan mendapatkan ilmu dari para instruktur yang ahli di bidangnya.

“Pelatihan yang diberikan meliputi pembuatan Use Case Diagram, Microsoft Office, keterampilan memasak, dan bahasa asing,” tambah Wildan yang juga peraih penghargaan Skripsi Terbaik Fakultas Syariah Tahun 2021 lalu.

Wildan juga menjelaskan metode yang digunakan dalam program ini meliputi pembuatan akun, bergabung dalam gelombang, pembelian pelatihan, serta mengikuti dengan sungguh-sungguh seluruh materi pelatihan.

“Para peserta yang telah mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir akan mendapatkan insentif sebesar 600 ribu rupiah. Sementara itu, 100 ribu rupiah diberikan kepada peserta yang telah mengisi jurnal kepuasan terkait tema yang dipilih dalam program ini,” tutur Wildan yang juga alumni magister Ilmu Hukum Universitas Jember.

Wildan juga berharap, Ponpes Darul Hikam selalu memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk bekerja, baik sebagai wirausaha maupun pegawai.

“Ponpes Darul Hikam bukan hanya sekadar pondok yang hanya bisa bermanfaat untuk para santri saja, melainkan juga untuk masyarakat luas,” tegas Wildan.

Maka dari itu, program ini tidak hanya dibuka untuk masyarakat Jember, melainkan juga di seluruh Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk mendampingi para peserta yang mendaftar dalam program ini, khususnya yang mendaftar melalui Ponpes Darul Hikam,” tambahnya.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita

Ramadhan Di Hong Kong, Womester Ajak Pekerja Migran Indonesia Membumikan Al-Quran

Media Center Darul Hikam Bulan Ramadhan juga dikenal dengan Syahrul Quran, karena di dalamnya terdapat peristiwa bersejarah, yaitu waktu dimana Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Momen ini sangat penting dalam sejarah Islam sebagai tanda dimulainya wahyu Ilahi yang berkelanjutan.

Demikian ini disampaikan oleh Wakil Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Ustad Romli dalam acara buka bersama PCI NU Hong Kong dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia, bersama para Pekerja Migran di Indonesia, pada Minggu lalu, 24 Maret 2024  di Gedung Ramayana KJRI  Causeway Bay Hong Kong.

“Selama bulan Ramadhan, seluruh umat Islam meningkatkan aktivitas keagamaan mereka, seperti membaca, menghafal, dan mempelajari Al-Quran dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Ustad Romli, di bulan suci Ramadhan ini umat Islam berupaya menggunakan waktu yang penuh berkah ini untuk memperdalam pemahaman mereka tentang pesan-pesan Allah SWT dan menerapkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

“Al-Quran adalah kitab suci dalam agama Islam yang diyakini umat Muslim sebagai wahyu langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam ajarannya, Al-Quran mengandung prinsip-prinsip fundamental Islam, termasuk konsep rahmatan lil alamin, yang berarti ‘rahmat bagi seluruh alam’ atau ‘rahmat untuk semua makhluk’,” tambah ustad Romli yang juga pengajar di PP Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dalam kesempatan itu, Ustad Romli yang tengah berdakwah di negeri Mutiara dari Timur (julukan Kota Hong Kong) juga menyampaikan lima ajaran penting yang terkandung dalam al-Qur`an, diantaranya;

Pertama, ajaran tentang kasih sayang dan keadilan, artinya Al-Quran mempromosikan pesan kasih sayang, perdamaian, dan keadilan untuk semua makhluk Allah. Ayat-ayatnya mendorong umat Muslim untuk memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan, belas kasih, dan toleransi.

Kedua, universalitas ajaran, yaitu ajaran Al-Quran tidak hanya ditujukan kepada umat Muslim, tetapi juga kepada seluruh manusia.

“Al-Quran menekankan pentingnya kerjasama, persaudaraan, dan toleransi antara umat beragama dalam membangun masyarakat yang adil dan damai,” ucapnya.

Ketiga, perlindungan terhadap lemah dan terpinggirkan, yaitu Al-Quran mengajarkan perlindungan terhadap orang-orang yang lemah dan terpinggirkan dalam masyarakat. Kitab suci ini mendorong umat Muslim untuk memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk yatim piatu, janda, dan kaum miskin.

Keempat, penekanan pada kebaikan dan kemanusiaan, yakni Al-Quran mendorong umat Muslim untuk berperilaku baik, membantu sesama, dan menghindari perbuatan yang merugikan. Ajaran-ajaran ini bertujuan untuk membangun masyarakat yang penuh kasih, aman, dan harmonis antar sesama.

Kelima, keterlibatan aktif dalam kesejahteraan masyarakat, maksudnya Al-Quran mendorong umat Muslim untuk terlibat secara aktif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Seperti memberikan zakat, infaq, dan sedekah, serta berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi,” jelasnya.

Dalam acara ini,  hadir kurang lebih 100 orang yang terdiri dari pengurus PCI NU Hong Kong, KJRI dan Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Berita

Ceramah di KJRI Hamburg Jerman, Begini Penjelasan Guru Besar UIN KHAS Jember tentang Dzikir dalam Islam

Media Center Darul Hikam – Umat Islam di Jerman harus banyak bersyukur. Karena di Jerman relatif tidak banyak masalah, lebih makmur dan lebih sejahtera dibandingkan dengan negara lain dunia. Demikian pernyataan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil, dalam pengajian menjelang berbuka puasa di Konsulat Jenderal RI Hamburg Jerman, Sabtu, 23 Maret 2024. Hadir Konsul Jenderal RI Jerman, Renata Siagian, Konsul I Nanang dan tiga ratusan jamaah yang memadati Gedung KJRI tersebut.  

Prof. Haris mengutip hadits: ‘Ajaban liamril mu’min idza ashabathu sarra syakara wa idza ashabathu dlarra’ shabara. Betapa mengagumkan orang-orang mukmin. Ketika mereka itu mendapat kesenangan dan kebahagiaan, mereka bersyukur. Dan ketika mereka dikenai bencana, maka mereka itu bersabar. Orang Jerman pasti lebih banyak bersyukur berada di tengah-tengah negara Jerman yang banyak memberikan fasilitas pada warganya dengan baik.

Sebagai bentuk rasa syukur, maka umat Islam Jerman harus banyak-banyak melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Salah satunya perintah Allah Swt dalam bentuk puasa di bulan Ramadhan ini.

“Puasa ini diwajibkan pada umat Islam sebagaimana diwajibkan pada umat sebelum kita agar kita bertakwa. Nah, ibarat kupu-kupu yang indah dan disenangi banyak orang, kita puasa dari ulat menjadi kupu-kupu dengan cara menjadi kepompong. Untuk menjadi kupu-kupu, ulat harus puasa selama 1-2 minggu,” ujar Prof. Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center.

Untuk menjadi bertakwa, lanjut Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawab Timur, umat Islam dianjurkan untuk berbanyak dzikir atau ingat pada Allah Swt. Dzikir dianjurkan dalam kehidupan muslim seperti membaca istigfar, hamdalah, bismillah, tasbih, tahlil dan sebagainya. Waktunya bisa pagi, sore atau malam. Bacaannya juga banyak, sehingga kita tinggal memilih sesuai dengan kemampuan kita.

“Silahkan berbanyak dzikir pada Allah Swt. Itu pointnya. Jangan setelah sholat lima waktu, kita langsung cepat pulang tanpa dzikir pada Allah Swt.”, ujar Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Ada tiga manfaat dzikir. Pertama, menghilangkan kesempitan. Allah Swt berfirman: Barang siapa yang berpaling dari dzikir padaku, maka baginya kehidupan yang sempit. (QS. Thaha: 124). Kedua, membuat tenang jiwa. Allah berfirman: Ingatlah. Dengan dzikir pada Allah Swt, hati menjadi tenang. (QS. Ar-Rad: 28). Ketiga, mensucikan jiwa. Allah berfirman: Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa. Dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwa. (QS. as-Syams: 9). Maksudnya mensucikan jiwanya dengan berdzikir pada Allah Swt.

Selanjutnya, lanjut Prof. Haris, ada minimal empat level orang berdzikir pada Allah Swt. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Athilah al-Iskandari dalam Kitab Hikam:

“Jangan kau tinggalkan dzikir karena kamu belum hadir dihadapan Allah Swt. Karena kelalaianmu dari dzikir itu lebih buruk daripada kelalaianmu pada wujud dzikir tersebut. Barangkali Allah mengangkatmu dari dzikir yang lalai menuju dzikir yang sadar. Dari dzikir yang sadar menuju dzikir yang hudur di hadapan Allah. Dari dzikir yang hudlur menjadi dzikir disertai tidak ada yang diingat selain Allah Swt yang kita dzikiri tersebut,” ujar Prof. Haris yang juga Dewan Pakar Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Dengan kata lain, lanjut Prof. Haris, ada empat tingkatan dalam dzikir. Pertama, dzikir dengan kelalaian. Kedua, dzikir dengan kesadaran. Ketiga, dzikir dengan hadirnya hati. Keempat, dzikir dengan hanya mengingat Allah Swt dan tidak ada yang lain. 

“Dalam konteks Eropa, banyaknya orang bunuh diri dengan menabrak ke kereta api atau lainnya, ini karena mereka terasing. Kendati mereka Sejahtera dan berkecukupan, namun jiwanya gersang. Ini karena mereka tidak punya ajaran dzikir yang mengarahkan hidup ini sampai ke akhirat nanti,” ujar Prof. Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember. 

Reporter: M. Irwan Zamroni Ali

Editor: Siti Junita

Categories
Berita

Ceramah Di KMI Bremen Jerman, Gubes UIN KHAS Jember Dorong Peningkatan Kualitas Muslim Eropa

Media Center Darul Hikam  – Seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas keislamannya. Termasuk Muslim Eropa agar terus meningkatkan kualitas Islam-nya. Demikian disampaikan Guru Besar UIN KH. Ahmad Shiddiq (KHAS) Jember Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, dalam ceramah menjelang berbuka puasa yang diselenggarakan oleh Keluarga Muslim Indonesia (KMI) Bremen Jerman, Jum’at, 22 Maret 2024. Acara yang diselenggarakan di Musholla ar-Raudlah ini dihadiri puluhan muslim berbagai negara; Indonesia, Jerman, Turki dan sebagainya. Hadir juga Ketua KMI Bremen Gery Vidjaja dan segenap jajarannya.

Peningkatan kualitas seorang muslim, lanjut Prof. Haris, dimulai dari komitmennya untuk terus menambah pengetahuan muslim. “Ini yang disebut dengan knowing. Jadi, dimulai dari tahu dulu (knowing). Waman bighairi ‘ilmin ya’malu. A’maaluhu marduudatun la tuqbalu. Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak dan tidak diterima. Katanya Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad. Saya pernah bertemu dengan anak muda semangat tinggi sholat dua rakaat setelah subuh. Setelah selesai sholat, saya tanya sholat apa. Dia menjawab dengan tenang, sholat ba’diyah Subuh. Mana ada ba’diyah Subuh ya”, jelas Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Ilmulah, kata Prof. Haris, yang menjadi pondasi keberislaman seseorang.  Ilmu juga yang menjadi kebanggaan seorang muslim, bukan pangkat, jabatan, kedudukan ataupun popularitas. La tafrahanna illa biziyaadati ‘ilmin wa ‘amalin shaalihin. Jangan kau bangga, kecuali karena ilmu dan amal shalih. Demikian pernyataan Imam al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah. Mengapa? Karena ilmu dan amal shalih yang mengantarkan seseorang sampai pada Allah Swt.    

Kalau sudah ada ilmu, maka selanjutnya ilmu itu harus diamalkan. “Suatu saat, Kiai Hamid Pasuruan (Allahu yarhamu), berhenti mengaji kitab kuning padahal baris kitab yang dibaca masih sedikit. Biasanya membaca 15 baris dan saat itu dibaca 4 baris. Biasanya beliau membaca kitab satu jam, saat itu beliau hanya membaca kitab seperempat jam. Para jamaah heran. Mereka dari berbagai tempat: Pasuruan, Malang, Bangil, Surabaya, Jember dan sebagainya. Lalu sebagian santri senior berinisiatif untuk bertanya ke dalem (rumah) Kiai Hamid, mengapa pengajian hari itu sebentar. Kiai Hamid mengatakan, bahwa dia tidak apa-apa. Hanya, beliau belum mengamalkan baris yang dibaca sehingga pengajian dihentikan dulu”, tukas Prof. Haris yang juga Dewan Pakar Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Disini, adanya amal –seperti yang dilakukan Kiai Hamid Pasuruan–menjadi penting dilakukan setelah mendapat ilmu. Setelah knowing adalah doing atau mempraktikkan ilmu yang diperoleh. Seperti yang dilakukan oleh seorang sahabat Rasulullah Saw. Ketika disampaikan ayat. Lan tanaalul birra hatta tunfiquu mimmaa tuhibbuun. Sekali-kali, kau tidak akan mendapat kebajikan hingga kau menginfakkan apa yang kau cintai. Sahabat ini berhari-hari tidak dapat tidur hingga ia akhirnya menemukan yang dicintainya pada Rasulullah Saw. “Wahai Rasul, ini barang yang aku cintai. Kebun kurma. Saya berikan untuk dakwah dan syiar Islam”, ujar Prof. Haris menirukan perkataan sahabat tersebut pada Rasulullah Saw.

Amal yang dilakukan berulang-ulang (repeatedly) akan menghasilkan being. Being artinya menjadi. Orang yang berulang kali sedekah akan menjadi ahli sedekah. Orang yang berulang kali ibadah akan menjadi ahli ibadah. Orang yang berulang kali puasa sunah akan menjadi ahli puasa. “Dalam hadits Rasulullah Saw disebutkan kaana khuluquhu al-Qur’an. Akhlaq Rasulullah adalah al-Qur’an. Mengapa? Karena seluruh isi al-Qur’an sudah dipraktikkan semua oleh Rasulullah. Nabi juga mengulang-ulangnya hingga al-Qur’an mendarah daging dalam kepribadian beliau”, jelas Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan Majlis Ulama Indonesia Jawa Timur.

Dalam konteks ini, lanjut Prof. Haris, maka umat Islam –khususnya di Eropa—dapat meningkatkan keislamannya dengan tiga hal diatas. “Dari dulu hingga sekarang, kita sering berdoa untuk al-ulama al-amilin yaitu orang-orang alim yang mengamalkan ilmunya. Karena disini kedahsyatan ‘ulama yang ‘amilin. Bukan hanya ilmu saja, namun juga mempraktikkan ilmu hingga menjadi bagian dari diri orang tersebut”, ujar Prof. Harisudin yang juga Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pergerakan.

Oleh karena itu, Prof.  Haris mendorong keluarga muslim Indonesia untuk sering-sering ke Musholla ar-Raudhah Bremen untuk mengikuti majlis taklim sehingga mendapatkan ilmu keislaman yang dapat digunakan menjadi bekal meningkatkan ketakwaan pada Allah Swt.

 

Reporter: M Irwan Zamroni Ali

Editor: Siti Junita

Categories
Berita

Ceramah Di Masjid Al Hikmah Den Haag, Prof. Haris Jelaskan Karakteristik Beragama Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Beragama di Belanda, lebih banyak pahalanya. Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, dalam safari dakwah kerjasama World Moslem Studies Center (Womester) dengan Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda di Masjid Al-Hikmah Den Hag Belanda (19/Maret 2024).

Menurut Prof Haris, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan seseorang. Tentu kadar kesulitan dan kepayahan beragama di Belanda lebih berat daripada di negara Indonesia. Ini salah satu ciri khas beragama di negara Belanda dan negara Eropa lainnya.

Acara ceramah agama dimulai jam 17.30 hingga jam 18.45 waktu buka puasa. Hadir pada kesempatan itu KH Hasyim Subadi (Rois Syuriyah PCI NU Belanda), Kiai Nur Ahmad, Ph.D (Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda), para pengurus Masjid Al Hikmah dan ratusan jamaah masjid. Ratusan orang hadir menyimak ceramah guru besar UIN KHAS Jember tersebut.   

Mengapa? Karena  di sini lebih masyaqat dibanding di Indonesia. Padahal, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan orang. “Al-ajru biqadrit ta’abi. Pahala itu bergantung pada kadar kepayahan. Kalau kepayahan orang puasa di Belanda 17 jam, tentu lebih banyak dari puasa yang hanya 14 jam seperti di Indonesia,” ujar Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Selanjutnya, Prof Haris menjelaskan tentang tingkatan beragama. Dalam beragama, ada tingkatannya seperti tingkatan dalam berfikih ada yang pakai taqlid, ittiba dan ijtihad.

“Kalau praktik beragama itu, ya tiga itu. Taqlid, ittiba dan ijtihad. Jadi, jangan dicaci orang awam yang beragama secara taqlid. Namun, orang yang punya kapasitas harus didorong untuk melakukan ijtihad. Kalau tidak bisa ijtihad sendiri, maka dilakukan ijtihad jama’i,” terang Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dari aspek tauhid, beragama juga bertingkat, yaitu tauhidnya orang awam, orang filosof dan orang ahli ma’rifat sebagaimana disebut dalam kitab ihya Ulumudin.

“Tauhidnya orang awam ya ikut pada ustad, kiai atau ulama tentang keyakinan pada Allah. Sementara, tauhidnya orang filosof atau ahli teologi butuh dalil. Dan tauhidnya orang ahli makrifat, mereka langsung melihat langsung hadirat Allah Swt,” ujar Prof Haris yang berdakwah di Eropa sejak tanggal 10 sampai dengan 26 Maret 2024 ini.

Demikian juga dalam hal puasa. Ada tingkatan orang berpuasa. Tingkatan puasa orang awam. Selanjutnya tingkatan puasa orang khawas. Dan terakhir tingkatan orang khawasul khawash.

“Seperti disampaikan Kiai Subadi dalam kitab Durratun Nasihin, tingkatan ini ada. Dan paling banyak tingkatan orang awam. Makanya, kalau bisa, kita menaikkan tingkatan puasa kita dari awam ke khawash,” ujar Prof. Harisudin yang telah berdakwah ke berbagai negara seperti Taiwan, Australia, Singapura dan New Zealand.   

Cara untuk menaikkan kelas, salah satunya adalah dengan puasa orang khawas. Puasanya dengan puasa yang tidak hanya tidak makan dan tidak minum. Sabda Navi Muhammad Saw: Rubba shaimin laisa lahu min shiyamihi illal jua’ wal athas. Banyak sekali orang berpuasa tidak mendapat apa-apa dalam puasanya, kecuali lapar dan dahaga.

“Puasa khawas belajar tidak hanya sekedar itu. Namun puasa mata dari melihat yang tidak bermanfaat. Puasa telinga dari mendengar yang tidak berguna. Puasa bicara dari bicara yang tidak bermanfaat. Puasa pikiran dari pikiran kotor. Kita belajar puasa ini biar naik kelas”, ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

 

Reporter :M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Berita

Prof Haris: Fikih Aqalliyat Menjadi Solusi Berislam Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Ada fikih rukhshah (dispensasi) untuk orang-orang Muslim di luar negeri. Karena keadaan mereka menghadapi berbagai persoalan yang tidak didapati di Indonesia.

Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember di Auditorium Waginengin University, Belanda.

Acara ini diselenggarakan oleh Pengajian Waginengen dengan jumlah hampir 100 mahasiswa yang saat ini sedang kuliah di kampus Waginengen. Acara pengajian diselenggarakan pada Selasa, 19 Maret 2024 ini dimulai jam 17.30 hingga 18.45.  Acara berlangsung ‘gayeng’ dengan beberapa pertanyaan peserta setelah penyampaian materai selesai.  

Umat Islam di Belanda misalnya, lanjut Prof. Haris, kesulitan berwudhu. Di Belanda dan negara Eropa yang lain tidak menyiapkan sarana wudhu di tempat-tempat publik. Sehingga, umat Islam harus berwudhu di wastafel dan mengangkat kaki ketika membasuh kaki. Padahal, orang-orang di Belanda menganggap demikian ini sebagai tidak sopan hal tersebut selain juga kelihatan becek yang tidak disenangi orang Belanda.

“Dalam konteks inilah, maka berlaku hukum rukhsah. Rukhsah adalah ma syuria li udzrin syaqqin fi halatin khasatin. Sesuatu yang disyariatkan karena udzur masyaqat dalam keadaan tertentu. Dalam konteks wudhu di atas, maka solusinya adalah mashul khuffain atau mengusap dua kaos kaki tanpa harus membuka kaos kaki tersebut,” tukas Prof Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Keadaan serupa didapati Muslim dalam menjalankan sholat lima waktu. Bagi mahasiswa misalnya ada yang merasa kesulitan melakukan sholat lima waktu secara ada’an karena ada ujian, maka mereka bisa mengambil rukhsah menjama’ sholat tersebut tanpa sholat qasar. Karena mereka dihadapkan sistem kampus yang mengharuskan mereka mengikuti ujian dengan cara tersebut.

Sholat Jum’at adalah kesulitan lain yang dialami Muslim Eropa. Mereka dihadapkan pada sistem pekerjaan pada perusahaan yang tidak memungkinkan untuk keluar pada jam sholat Jum’at. Dengan terpaksa, mereka harus memilih; tetap bekerja dan meninggalkan sholat atau pilihan kedua, sholat Jum’at dan mereka tidak bekerja.    

Demikian juga kesulitan mencari makanan yang benar-benar halal, ketika berada di luar rumah. “Maka yang demikian ini dibolehkan mencari yang ada karena tidak ada pilihan lain. Ini berlaku hukum darurat atau hajat,” ujar Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dalam konteks inilah, maka dibutuhkan fikih rukhsah yang disebut dengan Fikih Aqaliyat. Fikih Aqalliyat adalah al-ahkamu al-fiqhiyatu al-mutaaliqatu bil muslimi al-ladzi yaisyu fi biladil Islam. Artinya hukum fikih yang berkaitan dengan muslim yang tinggal di luar negara Islam.

“Bagi orang muslim Eropa ini, maka mereka dapat mempraktikkan Fikih Aqalliyat. Dan Fikih Aqalliyat ini base on maqashid syariah”, ujar Prof Haris, Guru Besar UIN KHAS Jember yang juga Satgas Gerakan Keluarga Maslahat NU Jawa Timur tersebut.

Sebelum panjang lebar menyampaikan Fikih Aqaliyat, Prof Haris menjelaskan Islam yang terdiri dari tiga unsur yaitu Iman (tauhid), Ihsan (tasawuf) dan Islam (syariah).

“Nah, kita bahas bagian dari Islam yang bernama Syariah atau Fikih. Fikih adalah ilmu tentang hukum syar’i yang bersifat amaly yang digali dari dalil terperinci. Mulai bangun tidur hingga tidur kembali, kita dalam teropong hukum Fikih,” ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Belajar tentang Islamic Studies, nanti kembalinya pada tiga hal ini. Misalnya ilmu Qur’an ya Kembali pada tiga hal ini. Demikian juga ilmu Hadits ya Kembali pada tiga hal ini.  

“Juga ilmu-ilmu yang lain, nanti kembali pada tiga hal ini dan ujungnya adalah aklahakul karimah,” pungkas tukas Prof. Haris yang juga Ketua Pengurus Pusat  Asosiasi Dosen Pergerakan.

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Berita

Khutbah Jum’at Di Masjid Al-Ikhlas Amsterdam, Prof Haris Dorong Umat Islam Kembangkan Wakaf Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center (Womester), mengajak umat Muslim di Eropa untuk mengembangkan wakaf. Wakaf ini digunakan untuk pengembangan Pendidikan dan kesejahteraan umat.

Demikian pernyataan Prof Haris, Guru Besar UIN KHAS Jember, dalam khutbah Jum’atnya di Masjid Al-Ikhlas PPME Amsterdam, Belanda pada Jumat, 15 Maret 2024. Hadir pada kesempatan itu tiga ratus lebih jamaah terdiri dari orang Indonesia, Belanda, Maroko. Turki, Lebanon, Suriname, dan sebagainya. Sholat Jum’at dimulai jam 13.00 dan diakhiri jam 14.30 waktu Amsterdam.  

Sebelumnya, Prof Haris mengajak jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan 1445 H. “Mari kita tingkatkan ketakwaan pada Allah Swt di bulan Ramadhan, bulan dimana para setan dibelenggu dan pintu neraka ditutup. Sebaliknya, bulan dimana pintu kebaikan dan pintu surga dibuka seluas-luasnya “, tukas Prof Haris memulai khutbah Jum’atnya. Khutbah Jumat disampaikan dalam dua Bahasa; Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda.  

Prof Haris yang juga Dewan Pakar PW Lembaga Ta`lif wa  an Nasyr NU Jawa Timur menyampaikan, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk bertauhid, dan hanya menghamba pada Allah Swt. Seorang Muslim tidak boleh menghamba pada selain Allah Swt. Islam juga mengajarkan untuk tidak boleh mencinta pada selain-Nya, karena cinta pada selain-Nya hanya akan menjadikan penghambaan padanya.

“Cinta harta hanya akan menjadikan budak harta, cinta jabatan akan menjadikan kita budak jabatan, cinta popularitas akan menjadikan kita budak popularitas,” jelas Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember.

“Dalam kitab Hikam, Ibnu Athailah Iskandari mengatakan: Ma ahbabta syaian illa kunta lahu abdan, wahuwa la yuhibbu an takuna lighairihi abdan. Artinya: kamu tidak mencintai sesuatu kecuali kamu akan menjadi budaknya. Sementara, Allah Swt. ingin agar kita menjadi hambanya, bukan hamba selainnya,” tambah Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur.

Oleh karena itu, agar Muslim tidak mencintai dunia, Prof Haris mengajak umat Islam untuk menggerakkan filantropi dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk sedekah wajib (zakat) maupun sedekah sunah (waqaf dan sedekah biasa).

“Sedekah wajib Zakat ada zakat mal dan zakat fitrah. Jika sedekah biasa seperti memberi takjil, sedekah buka bersama dan sedekah sahur, maka wakaf seperti wakaf uang pada masjid al-Ikhlas untuk pengadaan tanah, pembangunan, dan sebagainya,” jelas Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Mangli Jember.

Wakaf, sebagaimana dikemukakan Prof. Haris, harus ada atensi lebih daripada bentuk filantropi lainnya seperti sedekah dan zakat. Terutama di bulan Ramadlan ini, mobilisasi dana wakaf dapat digunakan untuk pengembangan Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat muslim di Belanda khususnya dan juga Eropa pada umumnya. Potensi dana wakaf yang produktif dan dengan prinsip ‘keabadian’nya, memungkinkannya menjadi sumber keuangan finansial dana umat Islam untuk membangun peradaban ke depan.   

Lebih lanjut, menurut Prof Haris, filantropi Islam memiliki banyak manfaat sebagaimana telah dijelaskan dalam al Qur`an. Seperti, agar tidak terjadi kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin. (kay la yakunan dulatan bainal aghniya minkum: QS al hasyr, 7), sebagai jalan untuk menyucikan dan membersihkan diri individu (khudz min amwalihin shadaqatan tuthahiruhum wa tuzakkihim: QS At-Taubah: 103).

Kemudian, filantropi Islam juga bisa memperoleh pahala kebaikan yang abadi (shadaqatin jariyatin: hadits), melipatgandakan rezeki (man dzalladzi yuqridlullaha qardlan hasanan fayudlaifahu adl’afan katsirat wallahu yaqbidlu wayabsitu. Wa Ilahi turjaun: QS al-Baqarah: 245), memudahkan urusan (faamma man a’ta wat taqa washaddaqahu bil husna fasanuyassiruhu lil yusra: QS. Al-Lail 7), dan menolak bala (as-sadaqatu tadfaul bala: hadits). 

“Mari di bulan ramadhan, kita jangan lupa kewajiban; zakat mal dan zakat fitrah. Tidak hanya itu, mari kita lengkapi dengan sedekah dan juga wakaf untuk pengembangan pendidikan dan kesejahteraan umat di Masjid al Ikhlas PPME Belanda ini khususnya dan masjid-masjid Eropa pada umumnya,” pungkas Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur mengakhiri khutbahnya.

Reporter : Lumatul Muniroh

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Berbagi Kebahagiaan Ramadhan, Lembaga Wakaf Darul Hikam Inisiasi Buka Bersama Para Mahasantri

Media Center Darul Hikam – Berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadhan dengan mengadakan kegiatan buka bersama (Bukber) juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember. Kegiatan Bukber selama Bulan Ramadhan tersebut, merupakan salah satu Program Infak yang ada di Lembaga Wakaf Darul Hikam.

Ratusan mahasantri dari pondok cabang putra di Ajung, pondok cabang putri dan pondok pusat di Mangli, berkumpul untuk mengikuti acara tersebut.

Tidak hanya sekedar berbuka puasa, kegiatan yang sudah berlangsung sejak awal puasa, yaitu 12 Maret 2024, juga diisi dengan acara khotmil quran dan tahlil bersama, yang dipimpin langsung oleh Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H.

Menurut Nyai Robi, panggilannya, kegiatan bukber di Darul Hikam, merupakan metode mengajak para santri untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca dan khataman Al-Qur’an.

“Tujuannya adalah untuk meraih berkah Al-Qur’an, syafaat Rasulullah, keberkahan Ramadan, serta malam Lailatul Qadar. Dengan demikian, acara ini dirancang untuk mempererat hubungan spiritual dengan Allah,” ucap Nyai Robi yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Di Pesantren Darul Hikam, kegiatan khataman Al-Qur’an dilakukan secara intensif selama bulan Ramadan. Melalui acara buka bersama, para santri dan pengasuh menyatukan diri dalam kegiatan ini. Suasana istimewa tercipta karena semua santri diperlakukan sama rata.

“Bahkan, pengasuh pun ikut serta, menciptakan atmosfer kekeluargaan yang kuat di antara semua peserta. Saat berkumpul untuk makan bersama dan berbuka puasa, keakraban antar santri dan pengasuh terasa begitu nyata,” tambahnya.

“Di Darul Hikam, santri-santri diwajibkan untuk membaca Al-Qur’an sampai khatam dan berdoa bersama mencari ridha Allah melalui keberkahan Al-Qur’an dan syafaat Rasulullah di bulan Ramadan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa, maka baginya pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun” (HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Ibn Hibban, 8/216. Al-Bany dalam Al-Jami’, 6415),” tambahnya.

Di samping itu, Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC menuturkan, Program Bukber di Lembaga Wakaf merupakan program khusus di Bulan Ramdhaan 1445 H. Di dalamnya dikemas dengan khotmil quran dan tahlil bersama.

“Di program ini dikemas dalam bentuk khataman quran, tahlil, dan doa bersama untuk bangsa dan juga untuk para donatur khususnya,” ujar Prof Haris yang kini tengah berdakwah di Belanda

Kami, lanjut Prof Haris, sangat berterima kasih kepada para donatur atas infaknya, semoga amal baik ini diganti oleh Allah Swt.

“Para mahasantri jangan lupa untuk berdoa kepada para donatur dan bangsa ini, semoga bangsa ini ke depan semakin makmur, maju, dan maslahat,” tambah Pengasuh Pondok Pesantren Putra Darul Hikam ini.

Kegiatan bukber yang dikemas dalam bentuk khataman qur`an, tahlil dan doa bersama ini menuai respons positif dari banyak kalangan, terlebih para mahasantri yang mengikuti kegiatan ini.

Ketua Pondok Pusat, Miftahus Syifa’ mengatakan, kegiatan buka bersama ini momentum penting untuk memperkuat kebersamaan dan meningkatkan keimanan santri dalam menyambut bulan suci Ramadan.

“Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kegiatan tersebut sebagai sarana untuk memupuk rasa persaudaraan antar-santri serta mempererat hubungan antara para santri,” ucapnya.

Ketua Pondok Cabang Putri, Alifah Rahma Putri Anabila mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat rasa kebersamaan, mungkin dengan salah satu bacaan khataman bersama

“Pastinya ada kegiatan interaksi antar santri. Dan interaksi juga bisa dimulai dari saat duduk bersama pada saat buka bersama,” ungkap Alifa yang juga mahasiswa FTIK UIN KHAS Jember itu. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pondok Cabang Putra, Lutvi Hendrawan, juga mengatakan bahwa kegiatan bukber yang diinisiasi oleh Darul Hikam, sangat baik dan patut untuk diistiqomahkan.

“Tentunya hal seperti ini sangat baik dan dapat selalu diistiqomahkan agar senantiasa memberikan manfaat yang sangat luar biasa ke depannya,” tutur Lutvi yang juga mahasiswa FEBI UIN KHAS Jember itu.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali