Categories
Album Galeri

Bedah Buku Karya Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam, Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M.Fil.I.

Categories
Album Galeri

Tebar Daging Qurban Untuk Masyarakat Dhuafa

Categories
Album Galeri

Kegiatan Rutin Sorogan Kitab Fathul Qorib

Categories
Album Galeri

Kegiatan Akhirussanah PP. Darul Hikam Jember

Categories
Dunia Islam

PP Darul Hikam Kerjasama dengan Fordaf Fatayat Jember Adakan Pelatihan Perawatan Jenazah

Media Center Darul Hikam– Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Begitulah bunyi hadist Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada umatnya untuk selalu menambah wawasan dan mengamalkan ilmu bagi sesama. Dengan itu, Pesantren Darul Hikam bekerjasama dengan PC Fordaf (Forum Daiyah Fatayat) Jember mengadakan pelatihan perawatan jenazah pada Jumat (7/4). Acara yang bertempat di Pesantren Darul Hikam Cabang Putri diikuti oleh seluruh mahasantri putra dan putri Pesantren Darul Hikam. 

Perlu diketahui, bahwa kegiatan pelatihan perawatan jenazah merupakan salah satu program Pesantren Darul Hikam untuk membekali mahasantri ketika akan terjun ke masyarakat. Acara pelatihan ini dibimbing langsung oleh Pengasuh dan juga Ketua Fordaf Jember, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.HI., M.H. dan Sekretaris Ketua Fordaf Jember, Leny Marinda S.Pd.I, M. Pd.

“Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Ankabut ayat 59 yang berbunyi Kullu nafsin za`iqatul-maut,” Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Sebagai generasi muda Islam disamping mempersiapkan diri menjemput kematian, namun juga harus belajar mengurus jenazah yang meliputi, memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan. Beranjak dari hadist yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Daruquthni, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain” jelas Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, ibu dari lima anak itu.

Wakil Fordaf Jember itu mengungkap bahwa kegiatan ini sebagai program edukasi kepada mahasantri dalam mengabdi kepada masyarakat.

“Mahasantri yang menjadi cikal bakal tokoh yang diharapkan bermanfaat ketika terjun ke masyarakat. Sehingga perlu adanya edukasi praktik keagamaan, salah satunya adalah Fordaf  Nahdlatul Ulama Jember bekerja sama dalam program perawatan jenazah sebagai penyiaran agama Islam,” ungkap Leny yang juga Dosen Fakultas Tarbiyah dan  Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember. 

Pada kesempatan itu, Ibu Nyai Robi menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan ketika akan memandikan jenazah yakni : langkah yang pertama yakni mendoakan terlebih dahulu jenazah tersebut sesuai ajaran Rasulullah, jika mayit perempuan berdoa  Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu ‘anhaa. Kemudian jika laki-laki Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Itu sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Langkah yang kedua yaitu menutup atau memejamkan mata mayit. Langkah yang ketiga menutup mulut mayit apabila mulut mayit terbuka ditutup dengan kain mulai dagu sampai ubun-ubun. Langkah Keempat, tangan ditata seperti orang sholat. Langkah Kelima, apabila kaki tidak lurus itu diluruskan dan ditali bagian ibu jari

“Adapun barang yang diperlukan saat memandikan jenazah yakni air 2 timba (1 timba air kapur barus dan 1 timba air bunga) & air yang mengalir, sabun, daun bidara/daun kelor/ batang daun sirih untuk membersihkan kuku mayit,” jelasnya yang juga Ketua Fordaf Jember.

Setelah selesai memandikan jenazah tersebut langkah selanjutnya yakni mengkafani. Untuk jenazah laki-laki itu 3 helai kain  kafan dan perempuan itu 5 helai kain kafan (baju, kerudung, popok, dan 3 kain dibawah). Diiringi pula menaburkan kapur barus yang sudah dihaluskan pada kafan dan jenazah.

“Menurut ajaran Rasulullah, merawat jenazah itu harus ada kapur barus jika tidak ada bunga. Karena kapur barus sendiri memiliki fungsi menghilangkan bau dan membuat wangi mayit” ungkap istri Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember itu

Selain itu, kegiatan ini sekaligus memperingati malam Nuzulul Qur’an dengan khatmil Al-Qur’an, sema’an bil ghoib oleh putra kedua Pengasuh PP Darul Hikam, Gus Iklil Naufal Umar. Dilanjutkan dengan buka bersama yang menjadi program rutinan pesantren, yang kemudian dilaksanakan shalat maghrib berjamaah.

Reporter : Muthi’ah Rahman

Editor : Siti Junita

Categories
Album Galeri

Seminar Kitab al-Risalah al-Tauhidiyah Karya Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari

Categories
Album Galeri

Sholat Shubuh Berjamaah Bersama Wakil Rais Aam PBNU KH. Afifuddin Muhajir

Categories
Resensi Buku

Bedah Buku ‘Jalan Dakwah Sang Kiai’ Warnai Haul-1 Almarhum Prof Imam Mawardi

Media Center Darul Hikam – Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M.Fil.I berkesempatan hadir dalam acara Haul ke-1 Almarhum Prof. Dr. KH Imam Mawardi, M.A pada Sabtu (6/8) di Pondok Pesantren Kota Alif Lam Miim Surabaya.

Rentetan acara haul tersebut salah satunya dikemas dengan acara Bedah Buku yang berjudul “Jalan Dakwah Sang Kiai: Percik Pemikiran dan Keteladanan Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi, M.A”.

Sejumlah tokoh penting yang banyak terlibat pada masa hidup almarhum Prof KH Imam Mawardi turut hadir, diantaranya Wakil Rais Aam PBNU, Dr. (HC). KH. Afifuddin Muhajir, M.Ag dan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. H. Masdar Hilmy, M.A., Ph.D. Keduanya tampil sebagai narasumber dalam acara bedah buku tersebut.

Diketahui tim penulis buku yang terdiri dari Ahmad Sarip Saputra, S.Pd., M.Ag, Ulya Nurir Rahmah, S.Ag, Muhammad Ali, M.H, Muhammad Mahbub Jamalul Lail, S.Akun, Ahmadi, S.Pd, Yurid Shifan A’lal Firdaus, Muhammad Rozin Rifqi Afifi, M. Irwan Zamroni Ali, S.H, Wildan Rofikil Anwar, S.H, Siti Junita, S.Pd, dan Erni Fitriani juga hadir di acara tersebut.

Prof Haris sebagai editor buku ‘Jalan Dakwah Sang Kiai’ menuturkan, almarhum Prof KH Imam Mawardi adalah sosok tauladan yang dapat menjadi contoh bagi semua orang.

“Dalam buku ini sudah dibahas banyak mulai dari masa kecil, pendidikan, jenjang karir dan dakwah hingga akhir hayat beliau,”ungkapnya yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Dalam kesempatan itu, Kiai Afif yang merupakan guru Almarhum Prof KH Imam Mawardi selama di pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo mengungkapkan, almarhum pada masanya adalah alumni pesantren terbaik di bawah pengasuhan Kiai As’ad Syamsul Arifin.

Pada masa itu, Kiai As’ad Syamsul Arifin selalu berpesan kepada para alumni untuk senantiasa mengamalkan tiga hal, yaitu berjuang dalam pendidikan Islam, berjuang pada NU dan ikut memikirkan ekonomi masyarakat.

“Saya kira almarhum sudah mengamalkan itu semua dan dapat kita lihat peninggalannya almarhum. Mulai dari mendirikan pesantren, berdakwah menyebarkan agama Islam yang damai, seorang guru besar/profesor dan semacamnya,” ujar Kiai Afif yang juga Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.

Di samping itu, sahabat dekat almarhum Prof KH Imam Mawardi, yaitu Prof Masdar Hilmy, Ph.D menjelaskan, almarhum pada masa hidupnya adalah cendikiawan yang mempunyai kemampuan lebih di banding teman-teman yang lainnya.

“S-1 nya ia tempuh kurang lebih tiga setengah tahun, pada masanya belum ada mahasiswa yang bisa lulus secepat itu. Di beberapa mata kuliah waktu kami S-2 di Canada, beliau selalu mendapatkan nilai-nilai yang bagus. Tidak hanya itu, S-3 beliau juga ditempuh dengan waktu yang sangat singkat,” ungkap Prof Masdar yang juga Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.

Mewakili keluarga, Gus Ahmad Sarip Saputra, S.H., M.H. yang juga ketua Ma’had PPK Alif Lam Miim mengapresiasi kepada segenap tim penulis buku ‘‘Jalan Dakwah Sang Kiai’.

“Penyusunan buku yang berlangsung selama kurang dari satu tahun ini akan menjadi kenangan bagi kami sekeluarga. Tentu kami sangat terharu dengan hadirnya buku ini, semoga dapat menjadi bacaan bagi kita semua yang ingin meneladani almarhum pada masa hidupnya,” tutur Gus Syarif.

Reporter: Siti Junita

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Opini

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Sebagai Ajang Gerakan Penjunjung Hak Wanita

Islam merupakan Agama Rahmatan Lil’alamin yang mana Islam hadir di tengah masyarakat mampu mewujudkan perdamaian dan kasih sayang bagi manusia juga alam raya. Agama yang terkenal cinta kedamaian dan tidak mempersulit bagi kaum yang memeluknya seperti dalam surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya: “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan”.

Begitupun dalam ranah kebudayaan patriarki, Buya Husein dalam bukunya Islam Agama Ramah Perempuan mengatakan bahwa budaya patriarki pada satu sisi telah menempatkan kaum perempuan pada wilayah marginal, pada sisi yang lain juga melahirkan suatu pandangan bahwa kaum perempuan merupakan sumber fitnah, yang menurut makna asalnya adalah cobaan atau ujian, di mana fitnah yang pada umumya diartikan sebagai sumber kekacauan dan kerusakan sosial juga sebagai sumber kegalauan hati atau keberingasan nafsu laki-laki atau makhluk yang di justifikasi dengan teks-teks keagamaan.

Dalam banyak kasus, di mana perempuan menjadi subjek yang dinilai memicu terjadinya pelecehan seksual. Hal ini dengan adanya sebagian orang yang berkata:  “Salah siapa membuka aurat?, salah siapa dandan menor?”

Lantas, siapa yang salah? Buktinya saja masih banyak perempuan yang berjilbab, namun masih mendapatkan pelecehan seksual, yakni dengan menggodanya melalui cuitan dan semacamnya.

Masyarakat umum mungkin saja masih awam dengan istilah KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia). Gerakan ini bukan dikhususkan hanya perempuan ulama, namun juga ulama perempuan, artinya tidak hanya perempuan saja yang ada dalam gerakan ini, namun juga laki laki yang menjunjung tinggi hak-hak perempuan, salah satunya seperti Kiai Faqih Abdul kodir, KH. Husein Muhammad dan masih banyak lagi. Sedangkan para perempuan ulama seperti Dr. Hj. Nur Rofiah, Bil Uzm dan masih banyak lagi para nyai dan para putri kiai se-Indonesia.

KUPI pertama di laksanakan pada tahun 2017 di Cirebon dan KUPI II baru selesai di laksanakan di jawa tengah tepatnya di Jepara dan Semarang pada tanggal 23-26 November 2022 . Pada Kongres ke dua KUPI lebih banyak yang antusias mengikutinya. juga banyak sekali event- event menulis tentang ulama perempuan dan jurnalis lainnya. Hal itu semata mata untuk syiar bahwa ada Kongres Ulama Perempuan Ke II pada tahun ini, juga meluaskan Kabar tentang adanya gerakan Ulama Perempuan di Indonesia.

Ada banyak hal yang dibahas dalam KUPI, seperti penyetaraan gender, termasuk juga hak perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Perempuan memiliki hak-hak yang perlu didapatkan seperti laki-laki, karena dalam asalnya perempuan ialah manusia yang juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk hidup di dunia ini.

Dalam KUPI II yang barusan diselenggarakan, ada beberapa sub tema yang dibahas, sebagaimana dalam postingan instagram @Indonesia_kupi, yaitu:

  1. Peminggiran Perempuan Dalam Menjaga NKRI dari bahaya kekerasan atas nama Agama.
  2. Pengelolaan Sampah Untuk keberlanjutan lingkungan hidup dan keselamatan perempuan.
  3. Perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan.
  4. Perlindungan jiwa Perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan.
  5. Perlindungan perempuan dari bahaya P2GP tanpa alasan medis.

Sejauh ini dalam pembahasan di KUPI masih masuk dalam tentang bagaimana cara wanita/perempuan dapat menjadi seorang yang merdeka dalam kalangannya, di mana hal-hal yang dulunya mengekang kalangan wanita menjadi yang harus di rumah saja, dan tidak boleh keluar tanpa seizin suami/walinya. Itu adalah hal yang baik, namun jikalau perempuan bisa lebih produktif dalam kemaslahatan masyarakat tidak bisa di benarkan jikalau wanita harus di rumah saja.

Menurut saya gerakan ini baik bagi para perempuan, khususnya perempuan di Indonesia, karena dapat menjunjung tinggi martabat seorang perempuan yang dulunya ditindas hanya sebagai boneka sexuality oleh suami dan bagi laki-laki yang ingin menikmatinya.

Namun, wahai para wanita yang budiman, kita juga sebagai wanita yang pastinya ingin yang terbaik di mata Tuhan dan suami kita, jangan tinggalkan apa – apa yang menjadikan kita masuk surga bersama suami kita. Jangan lalai dengan keangkuhan semangat memperjuangkan hak-hak wanita dalam Islam, sampai melupakan menggapai pahala menjadi seorang istri/anak perempuan.

Di sisi lain para laki-laki yang budiman, jangan tindas kami kaum wanita yang menurut kalian kami lemah, justru dengan kalian mengetahui kelemahan wanita, kalian sebagai laki-laki yang gentle harus menghormati dan menghargai wanita tersebut. Ingat bahwa kalian semua terlahir dari rahim, wanita, dan sebagian dari kalian memiliki saudara perempuan, pastinya kalian tidak mau saudara-saudara perempuan kalian mengalami hal- hal yang tidak di inginkan oleh kalian.

*Penulis adalah mahasantri Ponpes Darul Hikam, Mahasiswi Semester 7 FUAH UIN KHAS Jember dan peraih juara 3 lomba artikel Darul Hikam Tahun 2022.