Categories
Sains

Menulis Itu Membuat Awet Muda !!!

Sesungguhnya, ada banyak manfaat orang menulis. Salah satunya adalah membuat para penulis menjadi awet muda. Demikian disampaikan Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, MHI, pada hari Ahad, 31 Januari 2016, di kantor Graha Pena Salsabila, Jl. Mataram C.7 No. 6 RT 04 RW 010  Perum Pesona Surya Milenia  Mangli Kaliwates Jember.  

“Sesungguhnya, ada banyak manfaat orang menulis. Salah satunya adalah membuat orang yang menulis itu awet muda. Ini saya juga berdasarkan referensi tokoh penulis seperti Fatimah Mernisi  dari Maroko”, kata Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, MHI selaku Direktur Eksekutif  Penerbit Pena Salsabila.  

Hanya sayangnya, masih banyak yang belum memahami ini. Karena itu, lulusan Pasca sarjana yang juga Pengasuh Putri Ponpes Darul Hikam Mangli Jember itu memotivasi berbagai kalangan untuk menulis apa saja. 

Ada banyak motivasi dalam menulis. Selain awet muda, menulis juga menjadi bagian dari menyalurkan hobi, mendapatkan popularitas, mendapatkan materi (honor penulis) dan sebagainya. Semua ini motivasi yang menurut Ibu Nyai Robi akan menjadikan seseorang tergerak untuk menulis apa saja. “Kiai Cholil Bisri Rembang almarhum dulu menulis, salah satu motivasinya adalah ekonomi”, katanya menceritakan tokoh penulis di masa dulu.      

“Silahkan menulis dengan motivasi apapun. Itu baik sekali. Penerbit kami memfasilitasi berbagai kalangan agar termotivasi untuk menulis baik dalam bentuk cerpen, novel, majalah, jurnal, buku dan sebagainya. Pokoknya, menulis, menulis, dan menulis. Kami akan membantu kebutuhan menulis tersebut”, kata Ibu Nyai Robi, penulis buku Edward W. Said di Mata Santri yang diterbitkan STAIN Press Jember tersebut.

(Sohibul Ulum/Humas Pena Salsabila). 

Categories
Sains

Lomba Cerpen Islami

Penerbit Pena Salsabila Jember mengundang adik-adik remaja di seluruh Indonesia untuk menulis cerpen (cerita pendek) Islami dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Cerpen harus orisinil, tidak mengandung unsur SARA, dan inspiratif untuk para remaja khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
  2. Tema cerita pendek berkaitan dengan remaja, percintaan dan Islam.
  3. Tulisan dalam bentuk cerita pendek  panjang antara 3 sd 6 halaman spasi satu dengan menggunakan Font Times New Roman ukuran 12 margin 3 cm dari kanan kiri bawah dan atas.
  4. Dari sekian cerita pendek yang masuk, akan dipilih 20 cerpen terbaik untuk diterbitkan menjadi buku.
  5. Dari 20 besar  cerpen yang masuk, akan dipilih 3 juara. Yaitu juara 1 (Hadiah 1.000.000 + Piagam + buku), Juara II  (Hadiah 750.000 + Piagam + buku), Juara III (Hadiah 500.000 + Piagam + buku). 17 penulis lainnya akan diberi hadiah Piagam + buku.
  6. Tulisan bisa dikirim mulai tanggal 1 Februari sampai dengan 30 Mei 2016.
  7. Bisa diemail: cvsalsabilaputrapratama@gmail.com atau langsung ke kantor Graha Darul Hikam, Jl. Mataram Perum Pesona Surya Milenia C.7 No. 6 Mangli Kaliwates Jember.  Contact  Person: Muhyidin 087757566639. Shohibul Ulum 082331575640. Siradj. 087757322188. 
  8. Perlombaan ini diselenggarakan oleh Penerbit Pena Salsabila, Ponpes Darul Hikam Mangli Jember dan Komunitas Baca Averrous Jember.      
Categories
Dunia Islam

Siapkan Diri Menjadi Universitas Swasta Terbaik di Jawa Timur

Jember, kontributor NU-Online

Menyimak perkembangan Universitas Islam Jember dalam dua tahun terakhir ini, cukup menggembirakan. Satu-satunya Universitas milik Nahdlatul Ulama di Jember ini bertekad untuk terus berpacu dan mengembangkan diri, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia yang sudah dimulai akhir tahun 2015 silam. Universitas Islam Jember bertekad menjadi Universitas Swasta terbaik di Jawa Timur.

Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, mengatakan hal tersebut di kantor YPNU Jember, Jl. Kyai Mojo. No. 101 Jember tersebut. “ Saya kira, ini sudah waktunya. Universitas Islam Jember menjadi Universitas Swasta yang terbaik di Jawa Timur. Ini sangat rasional karena alhamdulillah, berkat usaha sungguh-sungguh dan kerja sama berbagai pihak, Universitas Islam Jember bisa setara dengan  Universitas Muhammadiyah Jember.  Sama-sama tidak di non-aktifkan di tahun kemarin. Dan ini opini yang berkembang di masyarakat”, kata kiai muda yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember.

Sementara itu, lanjut doktor lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya tersebut, berbagai pembangunan fisik terus digencarkan di kampus hijau tersebut. “Sekarang juga, ada beberapa dosen yang sedang menempuh S3. Kita berharap, semua dosen bertitel doktor dalam beberapa tahun ke depan ini”, ujar Kiai MN. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember tersebut.

Selain itu, animo masyarakat Jember khususnya dan masyarakat Jawa Timur umumnya pada Universitas Islam Jember semakin baik. “Ada trust yang tumbuh dan meningkat drastis seiring dengan berbagai pembenahan dan pengembangan di UIJ. Buktinya, mahasiswa UIJ di tahun 2015, terdapat kenaikan 100 persen. Selain itu, ada beberapa mahasiswa dari Pattani Thailand yang kuliah di sini”.

Oleh karena itu, Universitas Islam Jember di tahun 2016 ini menggenjot mahasiswa baru yang selain mempertimbangkan kuantitas, juga yang penting lagi adalah kuantitasnya. “Dan sekarang, kita sudah siapkan Panitia Mahasiswa Baru yang diketuai Drs. H. Ahmadi, M. Pd.I (Dekan Fakultas Tarbiyah) untuk mendapatkan calon-calon mahasiswa berkualitas”, pungkas Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I,  yang juga Dosen Pasca Sarjana di berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur.

(Anwari/Kontributor NU Online)

Categories
Sains

Program Indonesia Menulis

Penerbit Pustaka Radja Jember mengadakan PROGRAM INDONESIA MENULIS 2016:

1. Pelatihan menulis di Jurnal Ilmiah-ber ISSN

2. Pelatihan PTK

3. Pelatihan Akselerasi Karir Guru

4. Pelatihan menulis buku ber-ISBN.

Anda yang ingin sukses dan cepat berkarir sebagai guru, kami bantu mewujudkan cita-cita anda. Hub kami: 082331575640. 085257806348. Email: cvsalsabilaputrapratama@gmail.com.

Categories
Dunia Islam

Perspektif Keliru Islam Nusantara

Oleh: Happy Hafidzoh Widyana

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”, mereka menjawab, “(tidak) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya)”. Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk. (Al-Baqarah[2]: 170).

Islam Nusantara yang belakangan ini marak diperbincangkan, bahkan Presiden Joko Widodo pun tak mau ketinggalan memperbincangkannya. Saat Musyawarah Nasional Nahdlatul Ulama di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada bulan mei lalu Jokowi mengatakan” Islam di Indonesia adalah Islam Nusantara”.

Islam Nusantara, menurut kebanyakan pandangan masyarakat berarti Islam yang berasal dari Nusantara dengan segala kekhasannya, Ia berbeda dengan Islam yang berasal dari Arab Saudi, juga berbeda dengan islam yang berasal dari negara-negara Timur Tengah lainnya.

Jika memang demikian, berarti arti dua kata tersebut berpotensi untuk salah logika. Sebab, ajaran Islam yang ada di Arab Saudi tentu sama dengan ajaran Islam yang berada di Nusantara. Apalagi kita tahu bahwa Islam bersifat rahmatan lil aalamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmat untuk Nusantara saja, bukan pula untuk Arab Saudi saja. Kalaupun ada yang berbeda, itu sekedar cara menerapkan syariat islam. Misal, Islam mengajarkan umatnya untuk menutup aurat, maka masyarakat Nusantara menerapkan syariat ini lewat kebiasaan menggunakan kain sarung, berbaju batik, plus kopiah. Tapi di belahan bumi lain masyarakatnya lebih suka menggunakan gamis.

Perbedaan culture dan budaya ini menjadi khas, namun tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi, jika di Masjidil Haram kita menemui orang dengan ciri khas tadi: mengenakan kain sarung, baju batik, dan memakai kopiah maka kita dengan mudah akan rnenebak bahwa ia muslim dari Indonesia.

Kembali kepada definisi tadi, bila Islam Nusantara dimaknai cara menerapkan ajaran islam yang sesuai dengan culture dan budaya masyarakat Nusantara, bukan ajaran islam itu sendiri yang berbeda-beda, maka hal ini tentu boleh saja, selagi kita tidak mencela, memusuhi, apalagi menolak ajaran Islam dengan culture dan budaya yang berbeda.

Akan tetapi, jika Islam Nusantara dimaknai bukan sebagai cara penerapn ajaran Islam yang berbeda-beda, melainkan ajaran islam itu sendiri yang berbeda-beda berdasarkan wilayah, maka ini jelas keliru. Ajaran Islam semua sama yakni bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, di belahan bumi manapun ini sama.

Wallahu a’lam.

Categories
Keislaman

Wabah Selfie dan Grufie

Oleh: Happy Hafidzoh Widyana

Fenomena yang lagi mewabah dimana selfie dan grufie menjadi bagian dari hidup masyarakat saat ini. Wabah selfie dan gruvie tengah melanda masyarakat, khususnya bagi para pengguna jejaring sosial. Selfie adalah istilah untuk aktivitas untuk memfoto diri sendiri dengan menggunakan kamera digital atau kamera handphone. Sedangkan grufie adalah istilah untuk aktivitas memfoto diri dengan menggunakan kamera digital atau kamera handphone tetapi dilakukan oleh lebih dari dua orang atau secara berkelompok. Prilaku ini sangat digandrungi, khususnya para pemuda-pemuda Indonesia. Di manapun mereka berada, seolah tak ingin ketinggalan mengekspresikan diri dengan ber-selfie atau grufie. Berbagai macam pose mereka jepret, mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang over narsis.

Ironisnya, tidak sedikit dari muslimah yang ikut-ikutan budaya ini. Dengan menggunakan gaun penutup aurat, mereka berpose layaknya para model. Ada yang mengacungkan ibu jarinya, ada yang mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya (simbol perdamaian atau peace) dan bahkan yang paling parah ada yang mengacungkan simbol anak metal. 

Sudah jelas, pose-pose ini sangat tidak pantas dipertontonkan oleh seorang muslimah di depan publik. Memajang foto-foto pribadi di jejaring sosial itu kurang etis  karena bisa mengandung beberapa resiko, diantaranya:

Pertama, akan menimbulkan kesan suka memamerkan diri kepada orang lain, meski bukan mahram. Masyarakat jejaring sosial adalah masyaraka global. Itu artinya, semua orang yang memiliki akun di internet bisa memelototi foto-foto yang kita posting. Jelas tindakan ini tidak dibenarkan dalam islam. Allah Ta’ala dan Rosul-Nya menuntun muslimah untuk menjaga diri. Diwajibkan hijab juga bertujuan agar tubuh muslimah tidak terekspos ke pihak luar. Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan, sehingga tidak diperkenankan untuk diumbar di sembarang tempat. Akan pudar fungsi hijab bila muslimah gemar ber-selfie ria.

“…Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahliyah dahulu…” (Al-Ahzab: 33)

Ayat ini menjelaskan larangan bagi kaum muslimah bersolek ria di hadapan kaum lelaki karena bisa memancing kejahatan.       

Kedua, selfie dan grufie bisa mengundang pihak lain, terutama lawan jenis untuk menggoda atau bahkan merendahkan martabat muslimah. Misalnya, ada teman di facebook yang nakal (khususnya lawan jenis) lalu mengomentari foto-foto postingan dengan komentar menggoda, misalnya “ehem, cantiknya!!”. Sunguh tak elok seorang muslimah membuka ruang bagi orang lain untuk menggoda dirinya. Dan di jejaring sosial, orang diberi kebebasan untuk menulis komentar sekehendaknya.

Ketiga, perilaku seperti ini sama sekali tidak membawa manfaat, bahkan cendrung membuahkan kemadharatan. Padahal Rasulullah bersabda, “Sebagian dari kebaikan keislaman  seseorang adalah meninggalkan suatu hal yang tidak berguna baginya.”(Riwayat Timizi)

Rawan Penyakit Hati

Selain yang disebutkan diatas, muslimah yang gemar ber-selfie dan grufie juga rawan terjerat beberapa penyakit hati seperti riya’, ujub, dan takabur.

Riya’ adalah melakuan sesuatu yan didasari niat untuk medapatkan perhatian orang lain. Penyakit ini akan mnjangkiti manakala postingan foto tersebut ditujukan atau diniatkan agar mendapatkan perhatian dari para pegguna jejaring sosial, baik berupa komentar yang memuja-muji atau minimal klikan ‘like’ yang mereka berikan.

Ujub adalah prilaku mengagumi diri sendiri, yaitu ketika merasa diri kita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Penyakit ujub ini akan menimpa muslimah saat melakukan proses pemilihan foto yang akan di posting. Sudah tentu foto yang dipilih adalah foto-foto yang terbaik. Ketika telah ditemukan foto itu, maka akan lebih percaya diri ketika me-mostingnya. Ini akan memancing tumbuhnya sifat ujub.

Kemudian, puncaknya selfie ini bisa menumbhkan kesombongan (takabur) dalam diri. Ini akan terjadi bila terbesit di dalam hati muslimah perasaan menjadi sosok yang paling keren, bekeneksis, gaul dan sebagainya. Allah Ta’ala dan rasul-Nya sangat tidak menyenangi bahkan mengancam dengan siksa yang pedih orang-orang yang terbesit di dadanya kesombongan meski hanya sebesar dzarrah (atom). “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang ang sombong”. (An-Nahl 23)  

Dalam hadist juga  dijelaskan, dari Ibnu Mas’ud dar Nabi saw bersabda, “ Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarrah sekalipun”. (Riwayat Muslim dan At-Tirmizi).

Sungguh, ketiga penyakit itu sangat berbahaya bagi keselamatan iman. Iman akan sehat bila hati selamat dari ketiganya. Agar terhindar dari ketiga penyakit hati tersebut sebaiknya para muslimah menjauhi segala jenis pemotretan yang berpotensi merusak harkat dan martabat muslimah itu sendiri, baik di hadapan manusia lebih-lebih di sisi Allah. Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk. Aamiin. Wallahu a’lamu bish-shawab. 


Categories
Dunia Islam

Warga NU Diminta Legowo Menerima Hasil Pilkada

Setelah secara jam’iyyah PCNU Jember menyatakan sikap netral terhadap pasangan calon Bupati Jember, maka tak dapat dihindarkan bahwa warga NU menjadi terbelah. Pilkada di Jember secara serentak memang dilaksanakan bersamaan dengan kabupaten dan kota lain se-Indonesia pada 9 Desember 2015.  Bagaimanapun demikian ini menjadikan sedikit agak ada gesekan baik antar sesama warga Nahdliyyin atau dengan bukan Nahdliyyin di Kabupaten Jember.   

 “Diakui atau tidak,  warga NU menjadi terbelah. Ada yang milih no 1: H. Sugiarto dan Dwi Karyanto. Ada yang memilih no: 2, dr. Hj. Faida dan KH. A. Muqith Arif. Saya harap, warga NU legawa dengan hasil apapun Pilkada 09 Desember 2015 ini”, demikian seruan Katib Syuriyah PCNU Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil.I. di Kantor Ponpes Darul Hikam Mangli Jember.

Kiai Harisudin berharap  agar apapun hasil PIlkada diterima dengan baik. “ Pilihan boleh beda, namun mari kita jaga ukhuwah Nahdliyah. Dan kita berdoa’, semoga calon terpilih dapat amanah. Kita sebagai warga NU juga turut mengawalnya agar pemimpin ini dapat bekerja secara maksimal selama lima tahun ke depan untuk perubahan yang lebih baik”, pungkas  Kiai Muda yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.

Demokrasi seperti dalam Pilkada ini, diakui oleh Kiai Harisudin memang memiliki beberapa kelemahan. Namun, dibanding dengan sistem yang lain, demokrasi ini jauh lebih baik, Karena itu, domokrasi sebagaiman terejawentah dalam Pilkada ini diharapkan akan terus dievaluasi sehingga menjadi lebih matang. “Jadi, jangan kita rusak demokrasi. Apa yang sudah ada, kita sempurnakan sehingga sesuai dengan harapan kita semua”, kata Kiai MN Harisudin yang juga Ketua Puan Amal Hayati PP Nuris Jember tersebut. 

(Anwari/Kontributor NU Online)     

Categories
Sains

Bersama HH. Atmanivedena Swami dari London, Universitas Islam Jember Promosikan Islam Damai

Pada hari Sabtu, 5 Desember 2015, Universitas Islam Jember yang menjadi tuan rumah kunjungan HH. Atmanivedena Swami dari Institute Isckon London Inggris.  HH. Atmanivedena Swami yang tokoh Bhaktivedanta agama Hindu itu hadir bersama sejumlah rombongan Sakkhi tepat jam 09.00 Wib. Sementara, dari kalangang UIJ, hadir sekretaris  YPNU Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I., Drs. H. Moh Qurthubi, M.Pd.I (Wakil Rektor UIJ Bidang Akademik), Drs. H. Saiful Bahri, M.Si (Wakil Rektor Bidang Sumberdaya Manusia) dan Drs. H. Lukman Yasir, M.Si  (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan). Tak kurang, 200 orang hadir dalam dialog agama tersebut.  Acara meriah ini dilaksanakan di auditorium Universitas Islam Jember.

Dalam sambutannya, Sekretaris  Yayayasn Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I menyatakan bangga dan terima kasih atas kunjungan HH. Atmanivedena Swami dari London ini. “Atas nama Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember, mewakili keluarga besar Universitas Islam Jember,  kami mengucapkan selamat datang atas kehadiran HH. Atmanivedena Swami dan rombngan Sakkhi. Kami insya’allah sama misinya pada dengan anda”.

“Dalam ajaran Islam kami, seperti yang disampaikan oleh KH. Achmad Shidiq, Rois ‘Am PBNU (1984-1989) yang berasal dari Jember, ada Trilogi Ukuhuwah yang dikembangkan di Nahdlatul Ulama. Pertama, ukuhwah Islamiyah, yaitu persaudaraan yang didasarkan atas sama-sama Islam. Kedua, ukhuwah Wathaniyah, yaitu persaudaraan atas dasar satu bangsa dan Negara. Dan ketiga,  ukhuwah Basyariyah. Dalam misi perdamaian ini, kita menggunakan ukuhwah basyariyah ini ”, kata Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember ini.

Sementara, Kiai Harisudin yang juga Katib Syuriyah PCNU Jember ini juga menyitir syair Ibnu Arabi dalam Tarjuman al-Aswaq. “ Adinu bidinil hubbi aina tawajahat rakaibuhu fal hubbu dini waimani. Saya beragama dengan agama cinta. Kemana saja berlabuhnya kendaraan cinta, maka cinta adalah agama dan iman saya. Berawal dari cinta inilah, kami orang-orang Islam dan juga agama lain termasuk hindu, mari kita ciptakan perdamaian di dunia”, kata Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut.

Sementara itu, HH. Atmanivedena Swami ini menekankan keharmonisan dan kedamaian untuk membangun peradaban manusia.” Di tengah-tengah peradaban manusia yang diambang kehancurannya ini, sudah selayaknya kita menyuguhkan keadaan sosial yang dipenuhi harmoni dan kedamaian. Kita melihat, dunia yang dipenuhi konflik: antar negara, antar agama, antar suku, makanya agama Hindu dan saya kira juga Islam ingin menghadirkan keadaan damai pada dunia”, kata HH. Atmanivedena Swami yang berasal dari Institut Isckon London tersebut.   

“Kita sesungguhnya hanya beda nama. Seperti kita menyebut benda ini dengan Orange dalam bahasa Inggris, sementara orang India menyebut dengan Musambi dan orang Indonesia menyebutnya dengan jeruk. Sesungguhnya  kita sama, hanya beda nama. Karena itu, mari atas kesamaan ini, kita bangun dan ciptakan dunia yang lebih harmoni  dan lebih damai. Jangan perbesar perbedaan, namun kuatkan persamaan-persamaan kita sebagai manusia”, pungkas HH. Atmanivedena Swami tersebut.

Di akhir acara, Drs. H. Lukman Yasir, M.Si, selaku Wakil Rektor III Univ. Islam jember menguatkan pandangan HH. Atmanivedena Swami bahwa dalam Islam dianut ajaran Islam rahmatan lil alamin. “Termasuk di UIJ ini, tidak mungkin ada yang ekstrem seperti di Timur Tengah’, kata Lukman Yasir mengakhiri dialog tersebut setelah sebelumnya peserta banyak berdialog dengan HH. Atmanivedena Swami.

Acara dialog inipun ditutup dengan doa oleh sekretaris YPNU Jember, Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I.

(Anwari/Kontributor NU Online).

Categories
Dunia Islam

Jaga Ukhuwah Islamiyah, Belajar pada KH. Idham Khalid dan Buya Hamka

“Kita harus jaga ukhuwah Islamiyah, yakni ukhuwah yang didasarkan pada nilai-nilai Islam”. Demikian taushiyah yang disampaikan Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, Katib Syuriyah PCNU Jember,  dalam rangka pengajian di Masjid al-Islah Perumahan Kebonsari d’Village, Senin, 30 Nopember 2015. Pengajian ini dihadiri tidak kurang dari 200 jama’ah majlis  taklim yang terdiri dari muslimin dan muslimat se-Kabupaten Jember.

Kiai MN. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember menyatakan betapa pentingnya menjaga ukhuwah yang dilandasi nilai-nilai Islam.  Sebagai misal, yang sering abai adalah persaudaraan yang dijalin atas dasar kekerabatan. “Seringkali gara-gara masalah dalam internal keluarga, kita tidak menyapa saudara kita. Kita bermusuhan dengan keluarga.  Bahkan ironisnya kita berkata ‘Tidak usah Pakai Saudara-an segala’”, tutur  Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember.

Menurut Kiai MN. Harisudin, meski Abu Lahab adalah musuh besar Islam, namun Nabi Muhammad tetap baik pada pamannya tersebut. Ketika seorang sahabat murka dan berwirid “QS. Al-Lahab” karena jengkelnya pada Abu Lahab, maka ketika Rasulullah Saw. bertemu dengan orang ini, beliau serta merta melarang orang ini untuk membenci Abu Lahab. “Bagaimanapun, Abu Lahab adalah paman saya”, sabda Nabi Saw ini menyejukkan.  Biarlah urusan QS. Al-Lahab itu urusan Abu Lahab dengan Allah Swt, kata Nabi lebih lanjut. 

Sementara, membangun ukhuwah antar ormas yang satu dengan yang lain, maka kita bisa belajar pada cara KH. Idham Chalid dan Buya Hamka menyikapi perbedaan. KH. Idham Chalid adan Ketua Umum PBNU dan Buya Hamka adalah tokoh besar dalam organisasi Muhammadiyah yang juga Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia. “Ketika dalam perjalanan haji menuju Mekah menggunakan kapal laut yang berlangsung beberapa bulan, ketika sholat subuh, KH. Idham Chalid memilih untuk tidak doa qunut karena jama’ah dibelakangnya adalah Buya Hamka. Sebaliknya, ketika jadwal Buya Hamka yang imam sholat shubuh, maka beliau memilih untuk doa qunut karena di belakangnya ada jama’ah dari NU, yakniKH. Idham Chalid”, kata Kiai MN. Harisudin yang juga penulis  buku yang berjumlah kurang lebih 25-an tersebut.  

Betapa indahnya, jika perbedaan ini disikapi dengan toleransi antar sesama. Dengan tujuan untuk mengokohkan Islam, maka  ukhuwah ini adalah pondasi yang pertama dan utama untuk menegakkan panji-panji Islam ke seantero dunia.

(Kontributor NU Online/Anwari)     

Categories
Dunia Islam

Tradisi Khitan Mengikuti  Sunah Ibrahim

“Keluarbiasan Nabi Ibrahim adalah kemauan untuk mengikuti perintah Tuhan dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangan-Nya. Itu yang menyebabkan Nabi Ibrahim diberi tempat terhormat di sisi Allah Swt”, kata Dr. Kiai MN. Harisudin, M. Fil. I, pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember dalam acara Walimatul Khitan dan Aqiqah Aris Putra Septiyanto , Sabtu, 3 Oktober 2015 di Perumahan Bumi Tegal Besar Blok CC. 27 A Kaliwates Jember. Tak kurang, seratus orang menghadiri walimatul khitan dan aqiqah yang dilaksanakan setelah Maghrib tersebut. 

Allah Swt. Berfirman: “Waidzibtala ibrahima rabbuhu bikalimaatin faatammahunna qala inni jailuka linnasi imama. Qala wamin dzurriyati. Qala la yanalu ahdidzdlalimin”. Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji dengan beberapa kalimah (suruhan dan larangan) dan lalu ia menyempurnakannya, maka setelah itu, Allah Swt berfirman” Sesungguhnya aku akan jadikan kamu pemimpin manusia”. Ibrahim menjawab: “(Jadikanlah juga) termasuk keturunanku”. Allah Swt. berfirman:  Janjiku tidak meliputi orang yang dzalim. (QS. Al-Baqarah: 124).   

Sesungguhnya, lanjut Kiai Harisudin, tidak hanya perintah menyembelih Ismail yang luar biasa. Perintah yang lain seperti khitan juga luar biasa. Karena perintah ini diberikan saat Nabi Ibrahim berumur 80 tahun. Kita bisa membayangkan, bagaimana Nabi Ibrahim berkhitan dengan kapak yang keras untuk melaksanakan titah Allah Swt tersebut.

Pada sisi lain, Kiai Harisudin yang juga Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember tersebut, mengatakan dalam khitan ada tradisi mendidik anak-anak menjadi anak yang soleh.  Ini bersambung dengan permintaan Nabi Ibrahim agar diberi anak-anak yang soleh sebagaimana diabadikan dalam al-Qur’an. Rabbi habli minas shalihin. Nabi Ibrahim tidak meminta anak yang kaya raya, tidak meminta anak yang pandai, tidak meminta anak yang punya jabatan tinggi atau kedudukan terhormat. Nabi Ibrahim hanya ingin anak yang soleh.

Dalam Islam, harapan memiliki anak yang soleh adalah tujuan tertinggi karena dengan anak soleh semuanya akan “ikut”. Apa artinya anak yang kaya, tapi tidak soleh. Juga, apa artinya anak yang punya jabatan tinggi, tapi tidak soleh. Tetapi, betapa bahagianya orang yang punya anak soleh dan sekaligus punya kekayaan yang melimpah. Karena kekayaan itu akan digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Jabatan juga akan berguna kalau ia menjadi anak yang soleh. Demikian seterusnya. Karena itu, passwordnya, kata Kiai Harisudin yang juga Katib Syuriyah NU Jember, adalah anak soleh, anak soleh dan anak soleh.

(Humas PP Darul Hikam/Ulum)