Categories
Opini

Bagaimana Kedudukan Suami Istri Dalam Keluarga?

Oleh: Ekik Filang Pradana*

Setiap manusia pada umumnya akan melaksanakan pernikahan. Usia minimal dapat menikah adalah 19 tahun baik untuk pria dan wanita.  Sebelum melaksanakan pernikahan baik pria dan wanita diharapkan terlebih dahulu belajar tentang bagiamana ilmu berumah tangga, hal ini menjadi sebuah pondasi untuk menciptakan keluarga yang damai dan penuh ketenagan. Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk menjaga kehormatan diri dan terhindar dari fitnah.

Pernikahan adalah ikatan antara suami dan istri dengan akad ijab qabul, jadi dengan ikatan pernikahan antara suami istri sah untuk melakukan hubungan apapun termasuk hubungan intim. Dalam surat ar-Rum ayat 21 di jelaskan “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)- Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Kedudukan suami dalam keluarga sering kali dianggap paling tinggi mengalahkan kedudukan istri, dengan memaknai lafadz ar-rijaalu qawwaamuuna alan-nisaa dalam surat an-Nisa ayat 34. Bahwasanya artinya adalah suami adalah pelindung bagi istrinya. Kedudukan suami yang lebih tinggi, dianggap suami berkuasa kepada istrinya dari segala hal apapun.

Budaya patriarki di Indonesia yang menganggap laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kelurga yang berperan utama didalamnya. Budaya ini menempatkan perempuan sebagai mahluk kelas dua yang diposisikan secara  subordinat dengan batasan dimana mereka tidak dapat melampaui standart kedudukan peran utama laki-laki.

Pada konteks patriarki  menyebabkan ketidak seimbangnya kesetaraan gender laki-laki dengan perempuan. Laki-laki disematkan dalam status  kepala rumah tangga setelah menikah yang bertanggung jawab penuh atas kebutuhan rumah tangga, sementara perempuan terbatasi oleh lingkup domestik seperti mengasuh, melayani dan merawat rumah tangga. Dari pandangan tersebut, laki-laki akan dipandang negatif jika tidak memenuhi tuntutan ekonomi begitu juga perempuan yang tidak memiliki cukup ruang gerak untuk berpartisipasi dalam ranah kehidupan lainnya.

Budaya patriarki  yang mendarah daging di Indonesia, menyebabkan terjadinya kasus pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, penindasan, ketidakadilan  sampai pembunuhan, memperlihatkan tidak adanya kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan. Pola pikir yang terbangun atas budaya patriarki mengobjektifikasi perempuan sebagai makhluk yang tidak punya kontrol kuasa atas tubuhnya.

Memaknai arti Qawwam sebagai pemimpin, kuat, dan lain-lain.  Seperti yang dikatakan Gus Rifqil Muslim, bahwa lafadz qawwam tidak menunjukkan laki-laki atau suami menjadi superior kepada istrinya, namun yang benar adalah bahwa laki-laki haruslah mencukupi seluruh kebutuhan istrinya, bertanggung jawab baik secara lahiriyah maupun batiniyah.  Oleh karena itu kata pemimpin itu hanya menjadi sebuah sebutan, akan tetapi dalam pelaksanaannya atau pengamalan dari arti pemimpin itu sendiri, bisa dilakukan oleh suami ataupun istri dengan saling berkomunikasi.

Bisa kita teladani bagaimana keharmonisan rumah tanggah Rasulullah Saw dengan Aisyah, dalam berbagai kesempatan, Aisyah menjelaskan dengan gamblang tingginya posisi kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi  Rasulullah Saw menjawab pertanyaan  Amr bin Al-Ash R.A seputar masalah ini, beliau menjelaskan kepadanya bahwa mencintai  istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seseorang lelaki yang normal.

Keharmonisan Rasulullah Saw dengan Aisyah yang bisa diteladani dalam menjalani keluarga, antara lain; tidur satu selimut, makan dan minum bersama, sering mencium istri, menyuapi istri, membantu pekerjaan rumah tangga, mengajak istri melihat hiburan, tidur di pangkuan istri.

Al-Quran sangat bijaksana dengan menyebutkan bahwa hubungan suami istri harus dibangun dengan cara mu`asyarah bi al-ma`ruf. Suami yang baik adalah suami yang dapat menyenangkan, menjaga dan membantu seorang istrinya. Dengan hal ini, tidak lah elok ketika kedudukan suami dalam keluarga disebut pemimpin tetapi memperlakukan istrinya dengan rendah. Sikap tanggung jawab dan mampu memenuhi kebutuhan lahir batin istri sebenarnya yang menjadi tugas dari seorang suami.

*Mahasantri Putra Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember dan juga Mahasiswa Semester 6 Hukum Keluarga Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Categories
Opini

OPEN RECRUITMENT

Categories
Artikel Kegiatan

Kiai Haris: Jangan Pernah Mengeluh Menjadi Manusia

Media Center Darul Hikam– Manusia harus bersyukur kepada Allah SWT. pada setiap waktu dan dalam keadaan apapun. Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I. saat kajian pagi pada Jumat (1/9).

Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah atau Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Islam, syukur sangat ditekankan sebagai bentuk ibadah dan kesadaran akan kebesaran Allah.  Di dalam Al-Qur’an perintah bersyukur dijelaskan didalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Kiai Haris menuturkan bahwa merasa kekurangan terhadap nikmat menjadi  salah satu faktor yang mengakibatkan hati tidak bersyukur. Padahal, orang yang tidak tidak bersyukur, akan hilang nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya.

من لم يشكر النعم فقد تعرض لزوالها ومن شكرها فقد قيدها بعقالها

Barang siapa tidak bersyukur, maka ia ingin hilang nikmatnya. Dan barang siapa bersyukur, maka ia akan menali nikmat tersebut.

“Ada beberapa orang yang setiap hari selalu mengeluh, setiap waktu dan keadaan tidak mampu menerima nikmat, sehingga dalam hati nya tidak bisa bersyukur, ” tutur Kiai Haris yang juga sebagai Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember

Lanjut Kiai Haris menjelaskan bahwa orang yang bersyukur dibagi dua tingkatan

“Ada dua tingkatan  orang yang bersyukur, yaitu orang yang bersyukur (syakira) dan orang banyak bersyukur (syakura). Kalau syakira bersyukurnya biasa saja, kalua syakura banyak bersyukurnya,” jelas Kiai Haris dalam kultumnya

Dalam penutup nya, Kiai Haris mengajak agar para mahasantri bisa menjadi orang yang bersyukur. “Mari kita menjadi hamba yang mampu bersyukur di setiap waktu agar mendapatkan nikmat tambahan dari Allah SWT , ” tutup Prof. Haris yang juga Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN) tersebut.

Kegiatan kultum pagi merupakan kegiatan rutinan Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli yang bertempat di Pondok Putra Ajung Jember sebagai motivasi kultum pagi dan pencerahan untuk mendekatkan diri Kepada Allah SWT.

Penulis: Ekik Filang Pradana

Editor: Siti Junita

Categories
Artikel Kegiatan

Masa Taaruf Santri Baru 2023, PP Darul Hikam Mengusung Tema Literasi, Billingualistik Dan Scholarship

Media Center Darul Hikam – Dalam rangka pengenalan budaya pesantren, PP Darul Hikam mengadakan MATASBA (Masa Ta’aruf Santri Baru) 2023 pada Sabtu (2/9). Acara berlangsung pada pukul 12.00-21.00 WIB di Pondok Cabang Putra Ajung dengan tema “Mencetak Mahasantri Literasi, Bilingualistik, Dan Scholarship”.

Ketua Panitia, Lum’atul Muniroh menjelaskan bahwa acara Matasba ini bertujuan untuk mengembangkan “Acara ini bertujuan agar dapat mengembangkan dan menjadi pandangan mahasantri agar lebih percaya diri kedepannya dan mengetahui tata tertib yang berlaku dipondok pesantren Darul Hikam,” jelasnya yang juga Mahasiswa UIN KHAS Jember itu.

Acara tersebut diikuti oleh 43 mahasantri baru yang terbagi atas 5 kelompok dengan dipimpin oleh Pendamping Kelompok (PK). Pengasuh PP Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, M.Fil.I. menyampaikan sambutan dan pesan kepada kepada mahasantri baru.

“Di Pondok ini, seluruh mahasantri minimal belajar untuk meraih tiga kualitas. Pertama, kualitas intelektual. Kedua, kualitas social. Ketiga, kualitas spiritual. Tiga kualitas ini yang Insya Allah menjadi bekal mahasantri Darul Hikam untuk meraih sukses di masa yang akan dating. Selamat pada para mahasantri baru Darul Hikam,” tuturnya yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember itu.

Selanjutnya, penyampaian materi pertama yang disampaikan oleh Pengurus PP Darul Hikam, Siti Junita, S.Pd mengenai Selayang pandang pondok, perkenalan para asatidz dan kurikulum di PP Darul Hikam.

“Pondok Pesantren Darul Hikam ini berdiri pada tahun 2015 dan masih satu Gedung dengan rumah ndalem. Atas izin Allah, saat ini pondok kita sudah memiliki dua unit cabang yang terdiri dari pondok pusat putri, pondok cabang putra dan putri. Dengan kesederhanaan namun tinggi harapan kami untuk bisa mencetak mahasantri yang berkualitas, baik dalam agama maupun sains, ” ujarnya yang juga Mahasiswa Pascasarjana UIN KHAS Jember.

Kurikulum pesantren terbagi atas dua, yakni Madin Awaliyah dan Wustho. Sebelum pembelajaran, diadakan tes baca kitab dan Al-Quran untuk menentukan kelas awaliyah atau wustho. “Pembelajaran digelar secara hybrid karena digelar oleh tiga unit pondok sekaligus. Kitabnya pun disesuaikan dengan tingkatan kelasnya,” lanjutnya.

Program ekstrakurikuler pesantren dijelaskan oleh Erni Fitriani, S.Pd. (Jurnalistik), Lutvi Hendrawan (Tahfidz), dan Azza Naqdan (Languange Center).

“Program literasi  merupakan program jurnalistik yang mana mahasantri dapat mengembangkan dan belajar menulis dengan program ini. Seperti berita, artikel, skripsi dna jurnal”, ujar Erni. Lutvi sebagai pemateri program tahfidz menyampaikan bahwa” program tahfidz dilaksanakan dengan dua teknis.

Pertama, dilaksanakan pada setiap hari Jum’at dalam 2 Minggu sekali. Kedua, bil ghaib merupakan program yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang dibimbing langsung oleh pengasuh.

Program selanjutnya yang merupakan program pengembangn bahasa Inggris dan bahasa Arab. “Kegiatan program language center diantaranya berbicara menggunakan bahasa Inggris dan Arab dan setiap 2 Minggu sekali dihari yang ditentukan mempunya kegiatan menonton film yang mengandung bahasa inggris dan bahasa arab. Dengan harapan mereka dapat menguasai bahasa tersebut dengan metode auditori dan visual,”jelas Naqdan.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Wildan Rofikil Anwar, M.H. dan Izza Afkarina tentang  budaya Jember dan pentingnya adab. “Di kota Jember inilah kisah perjuangan kalian dimulai, maka harus ada ikhtiar dan doa yang maksimal agar keberkahan dalam ilmu bisa dirasakan,” ujar Mahasiswa Pascasarjana Universitas Jember itu.

Dilanjutkan oleh Izza Afkarina tentang adab santri yang diutamakan, terutama kepada pengasuh.“Sebagai santri, Kiai dan Bu Nyai adalah orang tua kita disini, sehingga adab ketika berjabat tangan, lewat di depannya dan senantiasa tawadhu ketika berbicara dengannya,” jelas Izza, Mahasantri Cabang Putri Darul Hikam itu.

Materi terakhir disampaikan oleh M. Irwan Zamroni Ali, M.H., tentang Kiat Sukses menjadi mahasiswa dan mahasantri PP Darul Hikam.

“Tentu yang pertama adalah mengenali tipe dosen dan guru kita, serta sering mengkaji mata kuliah atau kitab yang akan diajarkan oleh guru kita. Bergaul dengan teman yang mengajak kebaikan dan Bersama komunitas yang mendorong untuk terus maju,” pungkasnya.

Acara ditutup dengan penobatan mahasantri baru dan pertunjukan seni oleh setiap kelompok Matasba.

Reporter: Siti Fitriatus Sholikhah

Editor: Siti Junita

Categories
Artikel Kegiatan

Pengenalan Lingkungan Pesantren, Darul Hikam Gelar Masa Ta’aruf Santri Baru 2023

Media Center Darul Hikam – Dalam rangka mengenalkan budaya di lingkungan pesantren,  PP Darul Hikam akan menyelenggarakan acara MATASBA (Masa Taaruf Santri Baru) Tahun Ajaran 2023-2024 pada Sabtu (2/9/2023) bertempat di pondok Cabang Putra, Ajung, Kabupaten Jember.

MATASBA  ialah masa orientasi bagi mahasantri baru untuk pengenalan program, sistem pembelajaran, ciri khas, dan budaya yang ada di lingkungan pesantren. Acara ini juga dapat memberikan informasi bagi mahasantri baru dalam mengembangkan potensi dan mendorong untuk beradaptasi menyeimbangkan keilmuan saintifik dan agama.

Lum’atul Muniroh yang juga sebagai Ketua Panitia dalam acara MATASBA mengungkapkan bahwa ada beberapa tahapan dan persiapan dalam menyusun rangkaian acara MATASBA pada tahun ini.

“Pertama kami sowan kepada pengasuh bersama dengan ketua pondok, setelah itu kami lakukan rapat perdana bersama panitia sekaligus  mendiskusikan tentang susunan acara MATASBA, ” ujar Lum’ah yang juga Mahasiswi UIN KHAS Jember tersebut.

Lebih Lanjut, Lum’ah menyampaikan bahwa dalam MATASBA akan disampaikan beberapa materi diantaranya, selayang pandang pesantren Darul Hikam, Program pembelajaran, kiat-kiat sukses dan budaya Jember.                                                                 

“Adanya materi tersebut mempunyai tujuan yang berbeda, ada yang untuk menumbuhkan semangat santri dengan memberikan tips untuk mengatur waktu disela-sela kuliah, organisasi, dan sebagai santri, setelah itu juga mmperkenalkan budaya pesantren kepada santri baru,” ungkap Lum’ah yang juga peraih juara 1 terbaik tingkat wustho di PP Darul Hikam tersebut.

Sementara itu, Pengasuh PP Darul Hikam, Prof Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil I., menjelaskan latar belakang acara MATASBA ini diselenggarakan

“Agar santri baru sukses belajar di pondok Darul Hikam dan juga UIN KHAS Jember, harus mengenalkan budaya pondok, juga mengatur waktu, karena diniatkan untuk belajar, agar tahu strategi sukses dan hal ini ada di MATASBA,” tutur Kiai Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember tersebut

Kiai Haris (Sapaan Akrabnya) juag berharap dan berpesan agar acara MATASBA ini adalah langkah awal untuk meraih kesuksesaan dalam menuntut ilmu di pondok pesantren.

“Serius mengikuti acara MATASBA ini dan dapat menerima materi materi dengan baik karena ini sebagai kunci untuk mencapai kesuksesan dengan mengenal lingkungan pesantren,”Pungkas Kiai Haris yang juga sebagai Direktur  World Moslem Studies Center (Womester) tersebut.

Reporter: Lutvi Hendrawan

Editor: Siti Junita