Categories
Madrasah Diniyah Awwaliyah

Adakan Rapat Pembelajaran, Ponpes Darul Hikam Pilih Sistem Hybrid

Media Center Darul Hikam – Pasca berakhirnya liburan Ramadhan kemarin, Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember kembali mempersiapkan agenda rutinitas seperti ngaji kitab, sorogan, sholat berjamaah, sema`an quran dan kegiatan lainnya.

Hanya saja, untuk kegiatan ngaji kitab malam dan shubuh, Pondok Pesantren Darul Hikam yang semula dilakukan secara full daring, kini khusus pengajian malam akan dikembangkan dengan sistem hybrid (online dan offline). 

Ketetapan ini bukanlah tanpa pertimbangan, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam, Prof Kiai M Noor Harisudin menuturkan, keadaan pandemi global Covid-19 yang kini mulai mereda menjadi salah satu pertimbangan dikembangkannya proses pembelajaran secara hybrid.

“Beberapa sekolah/kampus juga sudah mulai offline dan pandemi Covid-19 mulai mereda. Jadi, para mahasantri mulai kembali berdatangan ke pesantren. Untuk itu kami coba fasilitasi dengan pembelaran model hybrid, supaya para mahasantri dapat belajar lebih maksimal,” tutur Prof Kiai Harisudin dalam agenda Rapat Pembelajaran bersama para pengurus di kediamannya “ndalem”, pada Senin, (23/05).

Kiai Haris (sapaan akrabnya) menambahkan, sistem pembelajaran secara hybrid ini bertujuan mengobati kerinduan santri kepada gurunya, serta berharap menambah keberkahan ilmu kepada para santri.

“Meskipun tidak secara intens, minimal dalam satu minggu sekali mereka bisa bertemu langsung (istifadzah)  dengan asatidz dan asatidzah. Untuk kedepannya, kita akan terus melakukan evaluasi apakah tetap menggunakan Hybrid atau secara Luring,” tutur Kiai Haris yang juga Director of World Moslem Studies Center Bekasi.

Teknis dari pembelajaran hybrid ini adalah bergantian, yaitu apabila kegiatan pembelajaran offline dilaksanakan di pondok pusat putri, maka pondok cabang putri dan cabang putra secara online, begitu sebaliknya.

Setiap pengurus pondok wajib mengecek peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Untuk pembelajaran offline membutuhkan papan, spidol, meja, dan mikrofon. Sedangkan untuk pembelajaran online membutuhkan laptop dan mikrofon.

Rencananya, dalam waktu dekat Ponpes Darul Hikam akan menyelenggarakan “akhirussanah” yang merupakan agenda rutin di akhir tahun ajaran. Biasanya kegiatan ini dimeriahkan dengan lomba cerdas cermat atau ujian kitab sebagai bentuk evaluasi santri selama proses pembelajaran.

Reporter: Lutvi Hendarawan

Editor: Erni Fitriani

Categories
Resensi Buku

 Ketika Allah Melipatgandakan Harta Dengan Sedekah

Judul Buku : Bersedekahlah, Anda akan Kaya dan Hidup Berkah

Penulis : Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M.Fil.I.

Penerbit : PW LTNU NU Jawa Timur / LTN Pustaka

Cetakan : Februari 2022

Jumlah Hal : xii + 112 halaman

Peresensi : Ekik Filang Pradana (Mahasiswa Semester 4 Hukum Keluarga Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan  (rezeki) dan kepada-Nya  lah kamu dikembalikan. QS: Al-Baqarah / Ayat: 245

Bersedekah adalah bentuk rasa syukur atas karunia nikmat yang diberikan Allah Swt. Pun, bahwa bersedekah adalah bentuk perbuatan  yang mengandung unsur hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia). Mengapa demikian?

Hubungan dengan Allah (hablum minallah) dilakukan dengan cara mengingat bahwa rizqi yang telah diberi adalah milik Allah. Oleh karena itu, setiap muslim harus bersyukur dengan memanfaatkannya di jalan Allah. Sedangkan hubungan dengan sesama manusia (hablumminnas) diwujudkan dalam bentuk saling memberikan pertolongan kepada sesama manusia.  Karena manusia adalah mahluk sosial yang saling bergantung dan membutuhkan bantuan dari manusia yang lain.

Buku “Bersedekahlah, Anda Akan Kaya dan Hidup Berkah” ini ditulis dengan pendekatan fakta-fakta yang terjadi di lapangan, meski juga sesekali didasarkan pada teori-teori dan dalil-dalil sedekah.

Tegasnya, buku ini ditulis  berdasarkan pengalaman penulis, kisah pengalaman hidup  pengusaha, karyawan, pegawai negeri, mahasiswa bahkan  tukang becak. Penulis berharap bahwa buku ini akan memotivasi orang-orang untuk lebih banyak beramal dan bersedekah lebih dahsyat dalam  hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Pembaca diharapkan mampu meneladani pengalaman hidup sesuai dengan kisah didalam buku tersebut.

Ada tiga bab dalam buku ini. Masing-masing bab terdiri dari tulisan dengan beberapa tema dan kisah yang berbeda-beda.  

Pada Bab I, penulis menjelaskan bahwa sedekah bisa membuat seorang menajadi kaya dengan dibarengi usaha, kerja keras dan tentunya do’a. Dalam bab ini, penulis juga menguraikan bahwasanya apa yang ada di langit dan di bumi hanyalah milik Allah Swt. Penulis tidak setuju dengan konsep Karl Marx (pendiri sosialisme) yang memandang bahwa kehidupan komunal yang tanpa hak milik (hal. 18).

Pada Bab II penulis menjelaskan kisah  keajaiban setelah melakukan sedekah. Seperti kisah Pak Yanuar setelah beberapa tahun menikah belum dikaruniai anak, suatu saat di siang hari Pak Yanuar berjalan-jalan bersama istri disekitar rumah menjumpai orang tua renta yang berjualan bambu di pinggir jalan raya, kemudian Pak Yanuar memberikan nasi dan juga minuman untuk orang tua tersebut. Tiga bulan setelah kejadian tersebut, istri Pak Yanuar hamil dan diyakininya bahwa rezeki yang diperoleh adalah berkah dari sedekahnya. (hal 54).

Pada Bab III, penulis menjelaskan mengenai sedekah dapat membuat hidup menjadi berkah. Dalam bab ini dijelaskan bahwa bersedekah tidak harus menunggu kaya. Jika seumur hidup tidak kaya, maka ia tidak  bersedekah. Bagi orang yang tidak mampu atau kurang berkecukupan, ia masih tetap bersedekah. Bahkan senyum merupakan sedekah kita kepada kepada orang lain. Rasulullah bersabda: “Senyum pada wajah saudaramu  itu menjadi sedekah…” . (As-Shan’ani, Subul as-Salam, Juz 4, hal, 168).

Walhasil, buku ini adalah buku luar biasa yang menyajikan cerita kisah nyata bersedekah yang pernah dilakukan. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang mengalir seolah pembaca masuk dalam alur kisah tersebut. Dengan membaca buku ini diharapkan pembaca bisa mengambil hikmah, dan tentu saja bersegerak mengamalkan (Nggak Pake Lama) bersedekah untuk mendapat keberkahan dunia dan akhirat.

Wallahu’alam.  

Categories
Lembaga Pendukung Lembaga Wakaf Tunai

Laporan Wakaf Tunai PP Darul Hikam Periode 15 Januari-26 April 2022

 LAPORAN WAKAF TUNAI

Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam

Periode 15 Januari – 26 April 2022

Categories
Keislaman

Bertekad Lahirkan Ulama, UIN KHAS Jember Kaji Kitab Mbah Hasyim

Jember, NU Online Jatim

Majma Buhuts Al-Kutub Wal Fatwa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq  (UIN KHAS) Jember bekerja sama dengan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jember dan Pesantren Darul Hikam menyelenggarakan Kiswah Aswaja, Kamis (21/04/2022).

Tema yang diangkat adalah ‘Mengurai Makna Akidah Islam Ahlu Al-Sunnah wa Al-Jamaah an-Nahdliyah dalam kitab Al-Risalah al-Tauhidiyah karya Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kegiatan dipusatkan di aula VIP lantai dua Fakultas Syariah kampus setempat dengan menghadirkan dua narasumber yakni Kiai M Noor Harisudin dan KH Muhammad Sukri.

“KH Achmad Siddiq adalah ulama yang berguru pada Hadrastussyekh KH M Hasyim Asy’ari yang juga ulamanya para ulama. Karena hampir ulama Nusantara berguru pada pendiri Nahdlatul Ulama tersebut,” kata Kiai M Noor Harisudin.

Sekretaris Forum Dekan Fakultas Syariah dan Hukum PTKIN se-Indonesia yang juga Pengasuh Pesantren Darul Hikam tersebut menyampaikan bahwa Fakultas Syariah dan UIN KHAS  adalah kampusnya para ulama. 

“Ini kampusnya para ulama. Dosennya banyak ulama yang aktif di organisasi keulamaan seperti Majlis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al-Irsyad dan sebagainya. Nama Kiai Achmad Siddiq juga ulama besar. Sudah sewajarnya, hari ini kita mengaji kitab karyaHadratus Syaikh yang juga ulamanya para ulama,” ujar Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur ini.   

KH Muhammad Sukri dalam kajiannya menjelaskan identitas seorang Muslim Aswaja  al-Nahdliyah. Kiai Sukri menjelaskan bahwa setiap orang mukallaf wajib yakin bahwa Allah itu Maha Esa, tiada sekutu, tiada penolong, tidak butuh tempat dan bantuan makhluk.

“Kalau ada yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di Arsy, maka jelas tidak benar. Maksud dalam ayat tersebut adalah Allah selalu mengawasi semua makhluk tanpa batas tempat dan waktu,” ungkapnya.

Kiai Sukri menyebutkan ada tiga syarat seorang hamba agar bisa mengenali dan dekat kepada Allah dengan mengilustrasikan sebuah kaca. Pertama, kaca tidak boleh pecah dalam arti keyakinan kepada Allah harus sepenuh hati tanpa ragu. Kedua, kaca harus bersih, artinya harus bersih dari segala kotoran hati yang mengakibatkan jauh dari Allah. Ketiga, tidak boleh ada penghalang apapun termasuk diri sendiri.

“Allah ada tanpa tempat, meski ahli surga akan dijamin dapat melihat dzat Allah, tapi sekali-kali akal tidak akan bisa menjangkaunya,” urai kiai yang juga aktif di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jember tersebut.

Sedangkan pada paparan sebagai narasumber, Kiai M Noor Harisudin menjelaskan biografi Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.  Bahwa Mbah Hasyim adalah tokoh ulama yang terkenal dengan kealimannya, sifat wara’ dan ketinggian akhlak. 

“Lahir pada 14 Februari 1871 M di lingkungan pesantren membuat Mbah Hasyim tumbuh menjadi ulama yang intektual. Sebagai warga NU, ada tiga sanad yang diwariskan dari ulama kita salah satunya Kiai Hasyim Asy’ari, yakni sanad keilmuan, ideologis dan biologis,” tuturnya.

Memulai jalan dakwah dengan mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang, Mbah Hasyim berpegang teguh dengan terus menyebarkan Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah dan menepis paham yang sesat kala itu. Termasuk setuju pada gagasan pembaruan pemikiran Muhammad Abduh pada beberapa hal, namun tidak setuju yang menolak madzhab fiqih.

Dirinya menjelaskan posisi pembaharuan Hadratussyekh yang membuka sistem klasikal di Tebuireng. Dan merupakan pesantren pertama menerapkan sistem reformasi pendidikan dengan sistem klasikal pada saat itu. 

“Dakwah yang ditempuh Mbah Hasyim di pesantren banyak melewati jalan terjal, namun itu malah menambah semangatnya untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Jombang,” pungkas Guru Besar UIN KHAS Jember itu.

Penulis: Siti Junita dan Arinal Haq

Sumber : https://jatim.nu.or.id/tapal-kuda/bertekad-lahirkan-ulama-uin-khas-jember-kaji-kitab-mbah-hasyim-HRZP1

Categories
Keislaman

Ponpes Darul Hikam Gandeng PC IPNU-IPPNU Jember Adakan Seminar dan Bedah Buku Pentingnya Bersedekah

Media Center Darul Hikam- Sedekah adalah pemberian seorang Muslim kepada suka rela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta, namun sedekah mencakup amal atau perbuatan baik. Dalam rangka mengajak semangat bersedekah, Pondok Pesantren Darul Hikam kolaborasi bersama PC IPNU-IPPNU Jember dan Masjid Raudlatul Muchlisin adakan kolaborasi bedah buku berjudul, “Bersedekahlah, Anda akan Kaya dan Hidup Berkah” pada Ahad (17/04), pukul 08.30-11.00 WIB, bertempat di Masjid Raudlatul Muchlisin, Jember.

Pada kesempatan tersebut turut hadir, Prof Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I. (Pengasuh  Ponpes Darul Hikam dan Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember) sebagai narasumber, Sigit Laksmono Bimantoro, S.Tp. Cht sebagai narasumber pembanding dan dihadiri oleh segenap takmir masjid dan salah satu Manager Bank BSI.

Kiai Syamsul Arifin sebagai Takmir Masjid Raudlatul Muchlisin dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini merupakan kegiatan positif dan mengajak semua peserta untuk senantiasa bersyukur kepada Allah Swt.

“Semua manusia punya rencana, tapi tidak semua apa yang direncanakan bisa dikabulkan oleh Allah Swt. Kita syukuri hari ini rencana kita untuk bisa menghadiri kegiatan seminar dan bedah buku dikabulkan oleh Allah Swt,.” tutur pengurus Masjid Raudlatul Muchlisin.

Selanjutnya, Alfan sebagai Ketua (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jember menyampaikan pengantar dan apresiasi yang tinggi untuk buku yang di bedah kali ini. “Buku ini tidak hanya ditulis secara teoritis namun juga secara aplikatif. Penulis buku ini juga seorang Kiai dan akademisi, patut jika buku ini sangat menarik untuk dibaca,” ungkapnya.

Prof. Dr. Kiai M. Noor Harisudin, M. Fil. I., dalam sambutannya menyampaikan, bahwasanya Masjid bisa diramaikan oleh anak-anak muda dengan berbagai kegiatan positif.

“Sudah saatnya masjid-masjid diramaikan dengan anak-anak muda yang semangat dengan  mengadakan berbagai kegiatan yang positif, perlu ditanyakan jika anak-anak  muda tidak mau meramaikan masjid,” tutur  pengasuh Ponpes. Darul Hikam Mangli, Jember.

Dalam acara inti, narasumber pertama, Prof. Dr. Kiai M Noor Harisudin, M. Fil.I menyampaikan, buku ini diambil langsung dari kisah nyata yang ada di lapangan. Prof Haris (sapaan akrabnya) menjelaskan cerita yang ditulis dalam buku terinspirasi dari sahabat-sahabatnya yang senang bersedekah.

“Cerita yang saya tulis dalam buku ini terinspirasi dari beberapa teman saya seperti; Bapak Hobri, Dosen FKIP UNEJ yang setiap tahunnya selalu berkurban sapi dan dagingnya diolah kemudian dibagi-bagikan kepada tetangga. Selanjutnya Bapak Yanuar yang senang membagikan nasi kepada para penjual. Dengan suka bersedekah impian mempunyai anak yang bertahun-tahun terkabulkan, terakhir saya terinspirasi dari kisah Bapak Teguh yang senang membagikan baju takwa, mukena kepada para jamaahnya,”tutur Prof Haris Dekan Fakultas Syariah UIN Jember.

Bersedekah tidak hanya memberikan manfaat kepada orang yang diberi, namun juga kepada orang yang memberikan sedekah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, “Tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang di bawah”. Yang berarti kedudukan orang yang bersedekah jauh lebih baik dari pada orang yang diberi sedekah.

Sigit Laksmono Bimantoro, S.Tp. Cht sebagai narasumber pembanding menyampaikan kelebihan dari buku ini yang disajikan sangat menarik.

“Buku disampaikan dengan bercerita jadi membuat pembaca merasa ingin tahu dari awal sampai akhir dari buku ini” ungkap Sigit.

Sigit Laksmono Bimantoro dalam ulasannya juga membagikan bagaimana tips agar bisa bersedekah.

“Prinsip bersedekah ada tiga yaitu Punya, Bawa dan Ikhlas. Jadi jika ingin bersedekah langsung ambil uang dan sisihkan berikan kepada orang yang membutuhkan jangan berfikir panjang,” ungkap Sigit Laksmono.

Acara seminar dan bedah buku berjalan dengan lancar, dikuti oleh kurang lebih 80 peserta dari IPNU-IPPNU, Mahasiswa, Mahasantri, Jamaah Masjid Raudlatul Muhlisin dan masyarakat umum.

Reporter: Ekik Filang Pradana

Editor: Erni Fitriani