Categories
Kolom Pengasuh Opini

Kesulitan Haji Rakyat Palestina

Oleh: M. Noor Harisudin

Ketika Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Azis mengumumkan undangan haji gratis untuk seribu keluarga Syuhada Palestina (CNN/28/5/2024), maka situasi Palestina masih belum baik-baik saja. Gaza masih terus dibombardir Israel. Genosida manusia masih terus berlangsung di negara yang penduduknya mencapai 5 juta lebih tersebut. Bahkan, Rafah sebagai kota yang menghubungkan ke jalur luar Palestina, juga masih dikepung Israel, meski mereka harus mendapat perlawanan sengit dari pejuang Palestina.   

Bagaimana lalu hak beragama rakyat Palestina untuk berhaji di tengah porak-poranda negeri mereka? Jangan samakan mereka dengan penduduk negara Muslim yang damai dan di-support oleh pemerintahnya. Di tengah berkecamuknya perang, tentu tantangan berhaji di Palestina akan sangat berbeda dengan negara yang damai. Sebut misalnya masalah administrasi haji, hingga tantangan hambatan dicegah pasukan Israel menuju baitullah di Makkah.      

Tahun 2024 ini, sebanyak 1,650 jemaah haji Palestina berangkat dengan 33 bus pada 2 Juni 2024 melalui jalur darat dari Tepi Barat menuju Makkah Arab Saudi. Gelombang kedua sejumlah 3.350 jemaah haji Palestina akan berangkat dengan 67 bus. Sementara itu, 2.600 jemaah haji asal Gaza tahun 2024 ini tidak dapat melaksanakan kewajiban rukun Islam akibat agresi hebat penjajahan Israel yang terus menerus dilakukan sejak 7 Oktober 2023 yang silam.  

Haji tahun ini, jemaah Palestina melalui penyeberangan Karma, sebelah timur Kota Jericho menuju Kerajaan Hashemite Yordania. Dari sini, para jemaah haji Palestina berangkat ke Arab Saudi untuk melaksanakan haji dan umrah. Peraturan perjalanan ini dibuat bersama antara Presiden Palestina (Mahmoud Abas), Raja Jordania dan Raja Arab Saudi dengan tujuan untuk memudahkan jemaah haji Palestina. 

Kendatipun keadaan sulit, ghirah berhaji Rakyat Palestina tak pernah padam. Oleh karenanya, undangan haji gratis sebanyak seribu jemaah untuk keluarga Syuhada Palestina bagaikan oase di tengah padang pasir. Undangan ini disambut suka cita Rakyat Palestina di tengah keadaan duka cita mendalam yang tak berkesudahan. Seluruh pembiayaan haji mulai transportasi, konsumsi dan akomodasi diberikan gratis tanpa kecuali. Sebagai tamu undangan, seribu tamu kehormatan ini juga akan menikmati semua fasilitas secara gratis. 

Pada tahun-tahun sebelumnya, perjalanan haji rakyat Palestina ditempuh lama sekali, yaitu satu hari satu malam atau 24 jam lebih. Kesulitan ini semakin masyaqqat lagi karena sebagian jemaah haji adalah lanjut usia. Perjalanan haji dari Gaza ke Kairo di tempuh 20 jam perjalanan. Dari Kairo-Jedah-Makkah, perjalanan kurang lebih 4 jam. Tentu perjalanan yang sangat melelahkan bagi jemaah haji Palestina. Apalagi sebagian jemaah Palestina adalah jamaah haji lanjut usia dan penderita penyakit kronis.

Namun, dengan perubahan rute baru yang diajukan oleh Palestina, Kerajaan Yordania dan Kerajaan Arab Saudi, haji rakyat Palestina menjadi lebih mudah dan cepat. Apalagi ditambah transportasi yang lebih baik disediakan oleh Arab Saudi. Raja Arab Saudi sendiri pada tahun 2024 ini —sebagaimana tahun-tahun sebelumnya–menambah jatah haji dengan undangan haji gratis sebanyak seribu orang untuk keluarga korban syuhada Palestina.

Setidaknya, terdapat tiga pesan diplomasi undangan seribu haji gratis pada keluarga Syuhada Palestina, sebagaimana berikut:

Pertama, pesan dukungan Arab Saudi pada kemerdekaan Palestina yang tak pernah henti. Dukungan ini konsisten dilakukan Arab Saudi sejak 22-25 September 1969 ketika Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berdiri. OKI yang berkedudukan di Jedah didirikan oleh keprihatian  untuk mendukung Palestina dan kepentingan Islam dunia khususnya ketika pembakaran sebagian Masjid al-Aqsha pada 21 Agustus 1969. Tidak mungkin, Arab Saudi bertolak belakang dengan cita-cita OKI.  

Betapapun kelihatan ‘mendukung’ Israel dan sekutunya (Amerika Serikat), namun secara de facto, Arab Saudi tetap berkomitmen untuk kemerdekaan Palestina sebagaimana ditunjukkan dengan menjadi bagian 144 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina dalam sidang PBB pada tahun 2024 ini.  

Kedua, pesan bantuan yang bersifat ma la yudraku kulluhu. Dalam sebuah kaidah fiqih dikatakan: ma la yudraku kulluhu, la yutraku kulluhu. Kalau tidak dapat membantu seluruhnya, maka jangan tinggalkan semuanya. Kalau tidak bisa mencegah upaya genoside tantara Israel pada warga Palestina, maka at least Arab Saudi telah memberikan bantuan kemanusiaan yang lain yang sangat berarti: undangan seribu haji. Bantuan yang tidak bisa memberikan kecuali hanya oleh Kerajaan Arab Saudi. Bantuan yang sangat berarti di tengah antrian tahunan berhaji dan biaya yang tak terjangkau oleh umumnya rakyat Palestina.

Bantuan seribu haji gratis ini tidak kalah berartinya dengan bantuan kemanusiaan lain yang lain seperti makanan, obat-obatan, dan pembangunan infrastruktur yang hancur lebur. Juga tidak kalah dengan demonstrasi seluruh dunia melawan genosida oleh Israel. Bantuan haji gratis ini tidak kalah dengan bantuan-bantuan lain yang ‘menenangkan’ dan ‘membuat damai’ hati rakyat Palestina.  Memang rakyat Palestina butuh bantuan dalam kehidupan tenang dan damai, sebagaimana warga negara lain di dunia.      

Ketiga, pesan agar Israel tidak menghalangi haji rakyat Palestina. Demikian ini karena haji adalah soal hak beragama warga Palestina yang harus dijunjung tinggi Israel. Bukan hanya 1000 hajinya keluarga syuhada haji, namun juga haji reguler lain –yang kurang lebih berjumlah 5000 jemaah haji –pada tahun ini dari Palestina. Dan Kota Rafah yang menjadi pintu Palestina ke negara lain, jangan coba-coba Israel menguasainya dan apalagi jika kota ini digunakan Israel untuk menghambat haji rakyat Palestina. Semoga.   

* M. Noor Harisudin adalah Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Sidiq Jember, Direktur World Moslem Studies Center dan Dai Internasional Ramadlan 1445 H di Belanda dan Jerman.

Sumber: https://arina.id/perspektif/ar-c84xc/kesulitan-haji-rakyat-palestina

Categories
Kolom Pengasuh Opini

Diplomasi Seribu Haji Palestina

Oleh: M. Noor Harisudin

Setelah dikabarkan sakit, Raja Salman tiba-tiba muncul. Bahkan, Raja Salman muncul membawa kabar gembira untuk para keluarga syuhada Palestina. Tepatnya, Raja Salman memberikan undangan seribu 1000 pada keluarga Syuhada Palestina. Selain undangan haji keluarga Syuhada Palestina, Raja Salman juga memberikan 1300 undangan haji ada 88 negara dunia. (Jawa Pos/29/5/2024)

Pemberian undangan haji keluarga Syuhada Palestina tentu menggembirakan meski apakah benar undangan tersebut dibutuhkan oleh para keluarga Syuhada Palestina? Bukankah rakyat Palestina lebih membutuhkan bantuan kemanusian lainnya seperti makanan, obat-obatan, air bersih, rumah pengungsi, dan kebutuhan mendesak yang lain ?. Bukankah mereka juga lebih membutuhkan ketenangan dan kedamaian, layaknya warga dunia yang lain?. 

Pandangan minor ini bisa dipahami karena selama ini, Arab Saudi –di mata publik—dipandang terlalu berpihak pada Israel. Selain pernah membuka hubungan diplomati dengan Israel (2018), serangan Iran ke Israel membuktikan positioning Arab Saudi tersebut. Umat Islam berharap Arab Saudi seperti Iran yang akan menyerang Israel. Nyatanya, Arab Saudi bukan Iran dan tidak sama dengan Iran.

Apalagi pada 16 Oktober tahun 2023 yang silam, ketika pertemuan KTT Oganisasi Kerja Sama Islam (OKI), Iran, Lebanon dan Algeria mengusulkan embargo pada Israel, maka sebagian negara anggota justru menolaknya. Penolakan ini dilakukan khususnya oleh negara yang menormalisasi hubungan dengan Israel seperti Mauritania, Maroko, Sudan, Bahran, Uni Emrat Arab, Yordania dan Mesir, termasuk Arab Saudi. Dengan kata lain, Arab Saudi termasuk yang menolak usulan embargo pada negara Israel.

Oleh karenanya, undangan 1000 haji pada keluarga Syuhada Palestina apakah hanya lip service belaka atau keseriusan Arab Saudi mendukung rakyat Palestina ? Saya menduga, ini cara Arab Saudi mendukung Palestina, tentu dengan caranya sendiri. Hemat saya, undangan haji ini bukan semata-mata mencari simpati publik dan berharap ‘citra positif’ dari dunia Islam.

Ada beberapa alasan mengapa Arab Saudi, saya anggap, serius dengan mendukung kemerdekaan Palestina, sebagaimana berikut:

Pertama, ini adalah undangan haji 1000 keluarga syuhada Palestina yang kesekian kalinya. Undangan ini bersifat gratis dan semua biaya; konsumsi, akomodasai dan transportasi ditanggung Arab Saudi. Undangan haji ini merupakan hal istimewa, karena selain rukun Islam yang kelima, biaya melaksanakannya tergolong mahal dan tidak semua orang dapat menjangkaunya.

Kedua, Arab Saudi menjadi tempat kantor Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). OKI adalah organisasi Islam internasional yang didirikan pada pada 22-25 September 1969 yang silam. OKI didirikan oleh keprihatian  untuk mendukung Palestina dan kepentingan Islam dunia khususnya ketika pembakaran sebagian Masjid al-Aqsha pada 21 Agustus 1969. Tidak mungkin, Arab Saudi bertolak belakang dengan cita-cita OKI.  

Ketiga, dalam satu dekade terakhir, Arab Saudi mulai menjalin hubungan diplomatik dengan China. Bahkan, Arab Saudi terlihat mulai meninggalkan Amerika Serikat dan sebaliknya mulai menggandeng Cina. Arab Saudi terlihat dekat juga dengan Iran yang bersekutu dengan Cina. Tentu, ini juga mengubah peta dan posisi politik internasional Arab Saudi di dunia.   

Keempat, sikap Arab Saudi terhadap Palestina telah dibuktikan sejak dahulu kala. Sikap tradisionalnya  yang terakhir ditunjukkan Arab Saudi menjadi bagian 144 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina. Sebagaimana diketahui, Majlis Umum PBB pada Jum’at (10/5/2024) telah menggelar voting untuk mengadopsi resolusi yang mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB. Sembilan negara menolak dan dua puluh lima negara memilih abstain.  

Kelima, bantuan Arab Saudi ke Palestina sesungguhnya banyak, hanya tidak sering dipublis ke media sehingga terkesan Arab Saudi tidak pernah memberikan bantuan kemanusiaan ke Palestina. Andaikan publikasi media berjalan masif, publik akan lebih mudah mengetahui ke mana arah dukungan Arab Saudi dalam peta politik global.    

Berdasarkan beberapa fakta ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Arab Saudi serius membantu kemerdekaan Palestina. Tidak sekedar membangun citra belaka seperti dibayangkan oleh banyak orang.  Meskipun suara Arab Saudi umumnya tidak bisa “satu komando” membela Palestina, namun –dalam pengamatan saya—tahun ini Arab Saudi dan negara Arab lain akan bersatu untuk Palestina.Ini karena genosida di Palestina telah memakan kurban 35 ribu lebih warga meninggal di Palestina.

Oleh karenanya, undangan 1000 haji ini menjadi penting kendatipun di lapangan, boleh jadi tidak seperti yang diharapkan. Rakyat Palestina memang membutuh bantuan pangan, obat-obatan, dan sebagainya. Rakyat Palestina juga membutuhkan ketentangan dan kedamaian hidup ,sebagaimana rakyat lainnya di dunia.

Dalam hemat saya, undangan haji Raja Saudi adalah solusi bagi rakyat Palestina. Betapapun ada yang sinis, undangan haji ini at least memberi dua pesan penting. Pertama, adalah bantuan yang bersifat ma  la yudraku kulluhu. Dalam sebuah kaidah fikih dikatakan: ma la yudraku kulluhu, la yutraku kulluhu. Kalau tidak dapat membantu seluruhnya, maka jangan tinggalkan semuanya. Begitu kira-kira. Kalau tidak bisa mencegah perang genoside Israel pada warga Palestina, maka Arab Saudi telah memberikan bantuan kemanusiaan yang lain yang sangat berarti: undangan haji.

Kedua, pesan agar Israel tidak menghalangi haji rakyat Palestina. Ini soal hak beragama warga Palestina yang harus dijunjung tinggi Israel. Bukan hanya 1000 keluarga syuhada haji, namun juga haji reguler lain –kurang lebih 4500 jamaah haji –yang tahun ini melakukan ibadah haji dari Palestina. Dan Rafah yang menjadi pintu Palestina ke negara lain, jangan coba-coba Israel menguasainya dan apalagi digunakan untuk menghambat haji rakyat Gaza dan Palestina. Semoga. ***

* M. Noor Harisudin adalah Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Sidiq Jember, Direktur World Moslem Studies Center dan Dai Internasional Ramadlan 1445 H di Belanda dan Jerman.

*Artikel ini telah dimuat di Jawa Pos, 4 Juni 2024.

Categories
Kolom Pengasuh

Work-Life Balance Ala Orang Belanda

Oleh: M. Noor Harisudin

Hari itu (24/8/2024), saya melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kota Den Haag. Ini saya lakukan setelah berkeliling kota Bremen dan Hamburg keduanya di Jermankarena tugas menjalankan safari dakwah di sana. Beberapa kolega menyampaikan informasi pada saya tentang ratusan ahli pesawat terbang Indonesia didikan BJ. Habibie yang tinggal di Bremen dan Humberg. Mereka bekerja di perusahaan pesawat terbang di Jerman.

Akhirnya, sampai juga saya ke dua kota di Jerman tersebut, bahkan berdakwah di sana. Setelah berdakwah dua hari di Musholla Breman dan KJRI Humberg Jerman, saya kembali ke Den Haag.

Mengapa harus ke Den Haag? Ya. Saya diundang untuk ikut serta kegiatan Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda yang hari itu mengadakan acara rapat kerja dan berbuka bersama di Masjid Al Hikmah Den Haag.

Soal transportasi yang nyaman di Eropa. Beberapa hari sebelumnya, dalam safari dakwah ke Jerman, saya menggunakan bus dari Amsterdam-Bremen. Bremen ke Humberg, saya diantar menggunakan mobil Pak Gery bersama anak dan istrinya. Dari Humberg-Amsterdam-Den Haag, saya kembali menggunakan bus. Saya menikmati perjalanan dengan bus ini karena meski jarak tempuh yang lumayan jauh, saya merasakan suasana bus yang mewah dan nyaman. Saking nyamannya, perjalanan 8,5 jam dari Humberg ke Amsterdam, juga tidak terasa.

Dari sekian perjalanan saya dari Belanda ke Jerman dan pulang dari Jerman ke Belanda, yang menarik adalah sopir bus-nya. Sekian bus disopiri langsung oleh orang Belanda. Sebagai driver, merangkap kondektur dan juga kernet. Ketiganya dirangkap dalam satu orang. Orang Belanda itu kerjanya cak cek, Prof. dan efesien kerja”, kara dokter Ikhwan pada saya. Dokter Ikhwan adalah putra pertama Mahfud MD yang sedang menempuh program Ph.D di Amsterdam bersama istrinya. Jika melihat sopir bus Belanda, maka apa yang dikatakan dokter Ikhwan tidak keliru. Bayangkan: ngerneti, menjadi kondektur dan sekaligus nyopiri. Pemandangan yang tidak kita peroleh di Indonesia. Di Indonesia sopir ya hanya sopir. Kondektur ya kondektur. Kernet ya kernet.

Mereka terbiasa dengan motto kerja; kalau bisa dilakukan oleh satu orang, mengapa pakai dua atau tiga orang. Tak heran jika di banyak sektor kerja orang Belanda, mereka hanya menggunakan sedikit orang atau minimal sesuai kebutuhan kerja.

Meski sedikit orang, namun tidak mempengaruhi kerja cepat orang Belanda. Satu orang Belanda sama dengan tiga orang Indonesia, Prof, kata dokter Ikhwan pada saya. Apalagi mereka memiliki pola kerja yang disebut dengan work-life balance.

Work-life balance adalah keadaan seseorang yang bisa mengatur dan membagi waktu dan energi untuk kehidupan pekerjaan dan pribadi yang baik. Artinya, ia bisa mengatur dan membagi waktu dengan seimbang untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti rekreasi, hobi keluarga, dan urusan lainnya.

Dalam work-life balance, orang Belanda menyelesaikan pekerjaan di tempat alias sisa pekerjaan tidak boleh dibawa pulang. Ketika pulang, mereka sudah hanya fokus bercengkerama dengan keluarga atau teman-temannya.

Praktis, orang Belanda menggunakan berbagai cara bagaimana pekerjaan selesai. Mereka selalu all out dalam bekerja. Oleh karena itu, tidak ada HP ketika mereka bekerja. Tidak sama dengan sebagian kita yang bekerja sambil bermain HP, di Belanda bermain HP ketika sedang bekerja dilarang keras. Tidak hanya HP, aktivitas lain juga dilarang dalam cara kerja mereka. Mereka hanya akan focus on the work. Sehingga pekerjaan orang Belanda selalu selesai pada waktunya.

Selain itu, mereka selalu bekerja on time. Misalnya ketika janjian sama Isha, seorang Belanda yang menjadi master Tapak Suci di Amsterdam, jam 9 pagi waktu Belanda untuk diantar ke Rijk Museum Amsterdam, 10 menit sebelumnya saya sudah menunggu di depan housing Habib. Jangan pernah terlambat menepati janji di Belanda kareana ini merupakan kesalahan fatal.

Dus, karakter lain orang Belanda adalah disiplin kerja. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghargai, menghormati, taat dan patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dan tidak mengelak dengan sangsi-sangsi yang berlaku apabila melanggara tugas yang diberikan. Selain datang dan pulang tepat waktu, orang Belanda dikenal mengerjakan semua pekerjaan dengan baik. Mereka juga mematuhi semua peraturan perusahaan dan kantor sesuai, dengan norma-norma sosial yang berlaku.

Kita juga bisa belajar cara kerja smart orang Belanda. Mereka akan menggunakan cara smart untuk menyelesaikan kerjanya. Bagaimana kerjaan cepat selesai dengan hasil yang maksimal. Sehingga, mereka akan menggunakan teknologi untuk membantu berbagai pekerjaan mereka sehingga cepat selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Sebetulnya, orang Indonesia bisa meniru cara kerja orang Belanda. Tinggal mau memulai apa tidak. Mau coba? Wallahualam. ***

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Penjara Belanda Kosong: Berkah atau Musibah?

Oleh: M. Noor Harisudin

Salah satu hal menarik di Belanda adalah banyaknya penjara yang terpaksa ditutup. Tahun 2009 misalnya, Belanda menutup delapan penjara. Demikian juga, tahun 2014 Belanda kembali menutup penjara. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung; 19 penjara. Alasan penutupan karena menurunnya kejahatan di Belanda.

Menurut laporan DutchNews.nl pada 1 Maret 2022, tingkat pencurian dan perampokan di Belanda menurun drastis dalam sepuluh tahun terakhir. Misalnya perampokan yang turun 71 %, perampokan rumah turun 74 % dan pencopetan turun 85 persen.

Menurunnya kejahatan berdampak pada minimnya jumlah tahanan. Jika dihitung mulai tahun 2005 hingga tahun 2022, jumlah tahanan di Belanda menurun drastis dari 50.650 menjadi hanya 30.380. Tentu saja, menurunnya angka kejahatan ini mengakibatkan penjara di Belanda banyak yang ditutup, bahkan sebagian disulap menjadi sekolah, pusat pengungsi, museum atau bahkan kantor.

Sekedar contoh, British School of Amsterdam yang menampung banyak permintaan pendidikan internasional hingga tahun 2021 menata ulang tempat yang sebelumnya merupakan penjara menjadi teater sekolah.

Demikian juga Penjara Nasional Veenhuizen di Propinsi Drenthe Belanda telah beralih fungsi sebagai museum sebagai upaya pemerintah Belanda membuka diskusi tentang kejahatan dan hukum serta ragam sejarah yang mengerikan yang mengitarinya. Sekarang namanya berubah menjadi Museum Penjara Nasional Veenhuizen.

Minimnya jumlah kejahatan dan tahanan di Belanda berkorelasi dengan jaminan sosial yang diberikan oleh negara pada rakyatnya.

Banyak penjara tutup. Karena sistem sosial sudah bagus. Jaminan sosial juga lancar. Kesenjangan orang kaya miskin tidak ada, kata dokter Ikhwan, putra Mahfud MD Habib pada saya. Ikhwan adalah mahasiswa S3 kedokteran di Amsterdam.

Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa pajak tinggi pada orang kaya membantu negara meratakan jaminan sosial pada seluruh warganya. Dengan cara ini, nyaris tidak ada orang yang miskin dan kekurangan karena semua telah difasilitasi negara.

Dengan kata lain, implementasi keadilan sosial telah menjadikan jumlah kejahatan nyaris tidak ada. Kalaupun ada, kejahatan dilakukan oleh sebagian kecil imigran dari luar Belanda. Karena mereka sudah sejahtera dan makmur semua, maka tidak ada kejahatan, tukas dokter Ikhwan kembali pada saya.

Pada sisi lain, kita perlu mendalami aspek humanisme soal penjara di Belanda. Pemerintah Belanda memang jarang atau tepatnya meminimalisir memasukkan orang ke dalam penjara.

Kiai Nur Ahmad, mahasiswa Ph.D Leiden University, kembali bercerita tentang seorang pencuri handphone temannya. Temannya lapor pada polisi Belanda. Tapi, polisi Belanda mengatakan untuk menunggu orang yang mencuri sadar dan mengembalikannya beberapa bulan lagi. Jadi, diminta bersabar, kata Kiai Nur Ahmad dalam diskusi sahur pada bulan Ramadlan 1445 H ini.

Bagaimana dengan hak orang yang kehilangan? Bukankah Hp nya juga hal yang penting bagi dia? Bagaimana jika ternyata tidak dikembalikannya.

Ketika teman yang kehilangan kembali ke kantor polisi menanyakan Hp-nya, maka Polisi kembali menghimbaunya untuk bersabar. Karena, lanjut polisi, jika dia dipaksa untuk mengembalikan, maka besar kemungkinan dia akan melakukan kejahatan yang lebih besar lagi.

Walhasil, hingga artikel ini Hp masih belum kembali. Entah, sampai kapan. Namun, itulah model penanganan kejahatan di Belanda yang superhumanis.

Tidak hanya ketika penanganan kejahatan, namun ketika ada dalam penjara, Belanda juga memperlakukan narapidana secara humanis. Lihat misalnya bentuk penjara yang luas dan tidak sempit, seperti penjara-penjara di Indonesia.

Penjara Belanda ini bahkan memberikan layanan dua jam setiap enam minggu agar para tahanan bisa melepas rindu dengan keluarga atau pasangannya di kamar khusus yang telah disediakan. Luar biasa bukan.

Selain tentu saja, penjara bekerja sama dengan instansi lain memberikan ketrampilan agar narapidana bisa kembali bekerja saat bermasyarakat. Berbagai ketrampilan diajarkan dan tentu saja agar mereka tidak asing lagi di tenga-tengah masyarakat Belanda. Tegasnya, mereka dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Penjara-penjara di Belanda, oleh karenanya, menyiapkan program reintegrasi para narapidana agar bisa diterima kembali dengan baik saat kembali dan selanjutnya narapidana diharapkan dapat berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat.

Gambaran ini semua menujukkan sikap humanisnya pemerintah Belanda pada para nara pidana baik sebelum, pada saat dan paska penjara di negeri kincir angin tersebut.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia yang terus overload kapasitas penjaranya? Nampaknya, Indonesia masih perlu banyak belajar lagi ke Belanda. *** (Bersambung)*

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Ziarah ke Makam Snouck Hourgronye

Oleh: M. Noor Harisudin

Di sela-sela gemerlap intelektual Leiden University yang melegenda, saya berkesempatan berkunjung ke rumah Snouck Hourgronye. Siapa yang tidak kenal dengan Snouck Hourgronye? Seorang orientalis Belanda yang masyhur dan memiliki reputasi dunia. Pahlawan bagi Belanda, namun tokoh munafik yang dibenci oleh rakyat Indonesia. Oleh Belanda, Snouck Hourgronye diminta untuk menaklukkan perlawanan rakyat Indonesia. Studinya tentang Islam luar biasa. Dikagumi, namun juga dibenci. Itulah sosok Snouck Hourgronye.

Hari Rabu itu (20/3/2024), Hengki, Ketua Lembaga Talif wan Nasyr Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda yang juga seorang alumni magister Universitas Islam Negeri Sahida Jakarta mengajak saya keliling ke Universitas Leiden. Setelah berkeliling kesana-sini, saya lalu diajak ke rumah Snouck Hourgronye. Ini rumah Snouck Hourgronye, Prof. Rumahnya ada di pinggir kanal yang lain. Rumah Snouk Hourgronye tampak kecil, namun asri. Di atas pintu tertulis namanya, meski tidak kelihatan jelas.

Nama lengkapnya Christian Snouck Hourgronye. Dilahirkan 8 Pebruari 1857dan meninggal 26 Juni 1936. Snouck Hourgronye menjadi mahasiswa teologi Kristen di Unversitas Leiden tahun 1874. Gelar doktornya diperoleh tahun 1880 dengan disertasinya Het Mekkaansche feest (Perayaan Mekah). Tahun 1881, Snouck Hourgronye diangkat menjadi professor di Sekolah Pegawai Sipil Leiden.

Snouck Hourgronye dikenal sebagai sarjana Belanda bidang budaya Oriental dan Bahasa. Snouck Hourgronye yang fasih Bahasa Arab ini masuk ke kota suci Mekkah tahun 1885, setelah berhasil menyelesaikan pemeriksaan untuk diizinkan ziarah ke kota Mekah. Untuk masuk ke kota Mekah, Snouck Hourgronye melalui Kerajaan Ottoman yang masih berkuasa di dunia Islam saat itu. Selain itu, Snouck Hourgronye harus menjadi mualaf. Nama mualafnya Haji Abdul Ghafar.

Tahun 1889, Snouck Hourgronye menjadi profesor Melayu di Universitas Leiden. Selain itu, ia juga menjadi penasehat resmi pemerintah Belanda urusan Kolonial. Ia mengambil peran aktif dalam bagian akhir Perang Aceh (1873-1913). Dengan pengetahuannya tentang Islam, Snouck Hourgronye merancang strategi untuk menghancurkan perlawanan rakyat Aceh dan mengakhiri perang 40 tahun dengan korban kurang lebih 100.000 dan satu juta terluka. Tahun 1906, Snouck Hourgronye kembali ke Belanda dan melanjutkan karir akademisnya.

Selain ke rumah Snouck, saya juga diajak ke patung para tokoh Universitas Leiden. Sejumlah guru besar dan tokoh penting. Salah satunya, orang Indonesia yang pertama kali kuliah disana, yaitu Prof Hussein Djayadiningrat yang asal Serang Banten. Tertulis pada prasasti di bawah arca Prof Hussein: The first scholar to receive a Ph.D converred on 3 may 1913 by Le Converred Leiden University. Orang yang pertama kali lulus kuliah di Leiden University.

Tak terasa, hari sudah sore, dan kami harus pulang ke housing Kiai Nur Ahmad. Tadi belum ke makam Snouck Hourgronye, Prof. Besok saya akan antar ke sana, kata Kiai Nur Ahmad ketika buka bersama saya dan Hengki di housingnya. Buka puasa hari itu spesial banget. Ada sop buntut yang disiapkan untuk kita semua dengan sambal terasi jeruknya. Maknyus. Belum dengan gorengan bakwan, tahu isi dan lain sebagainya serasa buka bersama di Indonesia.

Hari Kamis, (21/3/2024), sesuai janjinya, saya diajak Kiai Nur Ahmad ke makam Snouck Hourgronye. Kurang lebih setengah jam, kami sudah sampai di lokasi yang dituju. Sebelumnya, kami harus naik sepeda lima kilometer dari housing Kiai Nur Achmad. Sepanjang jalan, kami juga berhenti di spot-spot kota Leiden yang indah dan menawan. Tentu sambil foto-foto selfi bersama kiai muda asal UIN Walisongo Semarang tersebut.

Makamnya, lanjut Kiai Nur Ahmad, indah sekali. Tak heran jika menjadi tempat pelarian muda-mudi yang pacaran. Atau sekedar menjadi tempat baca-baca. Sama sekali tidak ada kesan seram seperti makam-makam di Indonesia. Sama dengan pemakaman yang lain di Belanda, gerbang pemakaman Snouck Hourgronye tampak indah dari depan. Ada parkir sepeda pancal yang disiapkan.

Kiai Nur Ahmad yang menunjukkan dimana makam Snouck Hourgronye. Ini makamnya Snouck Hourgronye. Dia bersama tiga orang keluarganya yang lain, kata Kiai Nur Achmad pada saya.

Saya langsung jujug ke makam Snouck Hourgronye. Ada kotak persegi empat yang cor-coran. Di sana tertulis nama-nama orang yang dikuburkan, meski tulisan juga terlihat samar-samar. Dalam makam ini, ada empat keluarga Snouck yang dikubur. Saya berdiri di sebelah makam saja, Kiai Nur Ahmad, pinta saya pada Kiai Nur Ahmad. Jepret-jepret, foto di sebelah kuburan Snouck Hourgronye.

Sekitar setengah jam kemudian, saya berdiri di pusara Snouck Hourgronye. Entah, apa yang saya pikirkan. Namun, saya reminder pada masa kejayaan saat Snouck Hourgronye diangkat oleh penjajah Belanda. Bagaimana orientalis jenius ini bisa menjadi penasehat Belanda dan sangat berpengaruh di bumi Indonesia. Memori saya pun kembali pada teori Knowledge and Power. Hubungan antara pengetahuan dan kekuasaannya, Michael Foucault. *** (Bersambung)

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember

Categories
Kolom Pengasuh

Hikmah Ramadhan 2024, Islam yang Diamalkan

Ra aitul al-islaama ‘amalan laa iimaanan fil gharbi. Wa raitul al-Islaama iimaanan laa ‘amalan fis syarq.

Saya melihat Islam yang diamalkan bukan Islam yang diimani di Barat.

Sementara, saya melihat Islam yang diimani dan bukan Islam yang diamalkan di Timur.

Demikian perkataan Muhammad Abduh ketika berkunjung ke Paris pada tahun 1884 M.

Muhammad Abduh takjub dengan amaliyah Islam di Paris (Eropa) yang tampak dalam berbagai sendi kehidupan.

Itulah yang saya rasakan ketika mendapat tugas berdakwah di Belanda mulai tangagl 12 hingga 26 Maret 2024.

Saya diundang Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Belanda untuk berdakwah keliling di sejumlah kota di Belanda dan juga Jerman, mulai Amsterdam, Den Haag, Wageningen, Leiden, Bremen dan Hamburg.

Keempat kota pertama adalah kota-kota di Negeri Belanda dan dua yang terakhir adalah dua kota di Jerman.

Sembari berdakwah selama lima belas hari di negeri kincir angin, secara kasat mata, saya melihat Islam yang diamalkan, bukan Islam yang diimani di sana.

Penduduknya non-muslim, namun amaliyahnya justru Islam.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Setidaknya, ada sejumlah amaliyah Islam yang kita lihat dan rasakan ke Negara Kincir Angin tersebut, sebagaimana berikut:

Pertama, kota-kota di Belanda bersih.Ruas-ruas jalan yang rapi dan bersih kita lihat di hampir semua sudut jalan.Kita sulit mendapati sampah di jalanan, kafe, housing, airport, stasiun, dan sebagainya. Hadits an-nadlaftu minal iman (kebersihan sebagian dari iman) benar-benar mewujud dalam semua bidang kehidupan.

Kedua, Negeri Belanda sangat mempedulikan lingkungan. Udara yang segar benar-benar dijaga. Jalanan rapi, tertib dan bersih. Sebisa mungkin, orang menggunakan transportasi publik. Bahkan sepeda pancal adalah transportasi utama orang Belanda.

Dengan demikian, selain antimacet, juga tidak membuat polusi udara yang menyesakkan dada. Belanda melarang menggunakan aqua gelasan, namun menggunakan air isi ulang. Ini sejalan dengan pesan Alquran untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sebaliknya melarang berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. Al-Araf: 85).

Ketiga, jalanan di Belanda nyaris tanpa macet. Kecuali Amsterdam kota besar di Belanda, semua jalanan berlangsung tertib. Semua juga tertib berlalu lintas.

Demikian juga, parkir mobil dan kendaraan teratur. Ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW: la dlarara wa la dlirara. Artinya: Tidak boleh ada madlarat pada diri sendiri dan juga pada orang lain.

Keempat, penegakan hukum di Belanda sangat memanusiakan manusia. Tak heran jika sejumlah penjara di Belanda, ada yang tutup.

Dengan kata lain, kejahatan tidak ada atau bahkan zero. Juga tidak ada korupsi. Penegakan hukum tidak serta merta langsung babibu hantam kromo, namun dicari dulu akar masalahnya. Sejauh bisa tidak dihukum, maka jangan dihukum.

Apalagi jika dihukum malah justru berdampak negatif dan semakin meluas kejahatannya di masa itu dan masa yang akan datang.

Ini selaras dengan maqasidus syariah yang berorientasi pada kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat (mashaalihul ‘ibaad fil ma’asyi wal ma’aad).

Kelima, pendidikan yang mencerahkan. Sejak kecil, anak-anak dididik dengan model critical thinking yang mencerahkan.

Mereka tidak dicekoki sederet hafalan apalagi pekerjaan rumah (PR) yang membosankan, namun mereka dicerahkan dengan cara berpikir kritis sejak sekolah dasar (basic school).

Demikian ini selaras dengan pesan Alquran, afala ya’qiluun (apakah kalian tidak berakal), afalaa yafatakkaruun (apakah kalian tidak berpikir) dan afala yatadabbarun (apakah kalian tidak berpikir).

Keenam, Belanda adalah welfare state (negara kesejahteraan). Oleh karenanya, di Belanda tidak ada orang kaya dan juga orang miskin. Orang kaya takut dengan pajak yang tinggi hingga 52 persen dari penghasilannya.

Orang miskin akan mendapat jaminan sosial dari selisih pajak orang kaya, meski ia tetap berkewajiban membayar pajak minimal 33 persen.

Negeri Belanda memang menggantungkan penghasilan dari pajak warganya.

Apa yang dilakukan di negeri Belanda sejalan dengan QS. Al-Hasyr ayat 7: kay la yakunan dulatan bainal aghniya minkum. Artinya, agar harta itu tidak berputar di antara orang kaya kalian.

Ada banyak hal amaliyah Islam lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu di negara bekas penjajah tersebut.

Semuanya juga menjadikan Negara Belanda sebagai 10 negara dengan tingkat kebahagian tertinggi dunia.

Seperti kata Muhammad Abduh, saya menduga, demikian ini karena Belanda mengamalkan ajaran Islam.

Momentum Ramadan 1445 H ini seyogyanya menjadi refleksi kritis atas keberislaman kita.

Benarkah kita sebagai muslim sudah mengamalkan ajaran Islam?

Berapa ayat Alquran yang sudah kita praktikkan dalam hari-hari kita?

Berapa hadits Nabi yang sudah juga kita praktikkan dalam hari-hari kita?

Ataukah justru kita semakin jauh dari amalan Islam?

Dalam Hikam, Ibnu Athailah al-Iskandari mengatakan ‘khairul ‘ilmi ma kaanat al khasyah ma’ahu’.

Sebaik-baik ilmu, adalah ilmu yang dibarengi al-khasyah (rasa takut pada Tuhan).

Tidak hanya itu, sebaik-baik ilmu, adalah juga ilmu yang diamalkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Islam bukanlah ajaran teoritis yang melangit, namun Islam adalah agama yang harus membumi dalam praksis kehidupan.

Kekuatan Islam bukan kata-kata indah, namun praksis kehidupan yang dirasakan manfaatnya dalam berbagai sektor kehidupan.

Itulah makanya, para ulama yang mengamalkan ilmunya mendapat tempat terhormat dalam Islam, seperti doa-doa yang kita lantunkan dan selalu ditujukan pada mereka al-ulamaa al-‘aamilin’. Alfatihah.

(*)Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim. Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara.

Categories
Kolom Pengasuh

Beasiswa LPDP dan Bargaining Position Indonesia

Oleh: M. Noor Harisudin***

Hari itu (19/3/2024), saya bertemu teman-teman penerima beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) di Wageningen University and Research, kota Wageningen, Belanda. Ada 300 lebih awardee LPDP di kampus ini. Jumlah yang lumayan banyak. “Satu angkatan magister saja 130 orang, Prof”, kata Syahril Imron pada saya dalam perbincangan ringan di kampus siang itu.

Beasiswa LPDP sendiri merupakan beasiswa untuk warga Indonesia baik untuk kuliah S2 (magister) maupun S3 (doktor) di dalam maupun luar negeri. Beasiswa ini dikelola Kementerian Keuangan RI. Pada kementerian lain, kita mengenal Beasiswa Indonesia Bangkit yang juga disingkat BIB. Beasiswa ini dikeluarkan oleh Kemenag RI. Sementara itu, Kemendikbud RI juga mengeluarkan beasiswa yang disebut dengan Beasiswa Unggulan. Penerima beasiswa LPDP –dan juga yang  lain–harus memenuhi syarat tertentu misalnya maksimal 35 tahun.  

Beberapa tahun terakhir, problem beasiswa LPDP juga muncul. Misalnya awardee LPDP yang tidak mau kembali ke Indonesia dengan cara memperlama tinggal di negara penerima beasiswa. Demikian juga, problem klasik minimnya dana beasiswa mahasiswa sehingga menyebabkan mereka harus mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun demikian, beasiswa LPDP masih jauh lebih tinggi daripada yang lain.

Di Belanda, penerima beasiswa LPDP Kementrian Keuangan, Kemenag RI, Kemendikbud dan sebagainya menyebar ke berbagai kota pilihan. Misalnya Amsterdam, Leiden, Wageningen, Utrecth, Den Haag, Harlem, dan sebagainya. Jumlahnya mencapai ribuan dan lebih banyak dari jumlah penduduk yang lain.

Sore ini, saya memang berencana mengisi ceramah di Pengajian Wageningen. Pengajian ini diketuai seorang anak muda, Rio yang juga penerima beasiswa LPDP. Saya bersama Syahril Imron merapat ke kampus terbaik dunia bidang pertanian tersebut. Malam sebelumnya, saya juga menjadi imam sholat tarawih di salah satu housing mahasiswa.

Pengajian sore itu berlangsung gayeng. Acara pengajian dimulai jam 17.30 waktu Belanda. Sembari menunggu buka puasa  jam 19.00, saya menyampaikan urgensi Fikih Aqalliyat untuk mahasiswa yang tinggal di Belanda dan juga Eropa. “Hukum-hukum yang berkaitan dengan muslim di negara non-muslim”, saya kutip pernyataan Bin Bayah terkait definisi Fikih Aqalliyat.

Umat Muslim di Belanda dan Eropa cukup menggunakan Fikih Aqalliyat untuk beribadah sehari-hari. “Dalam Fikih Aqalliyat, karena kondisi darurat dan hajat, maka umat Islam mendapat rukhsah (dispensasi) dalam beragama. Misalnya bolehnya mengusap dua kaos kaki ketika berwudlu tanpa harus membuka dan membasuhnya yang disebut dengan mashul khuffain. Demikian juga kondisi sulitnya mensucikan Najis Mughaladlah boleh mensucikannya dengan sabun, tidak menggunakan campuran debu dan air dari tujuh kali basuhan karena sulitnya keadaaan”, demikian saya sampaikan dalam forum yang dihadiri ratusan mahasiswa tersebut.

Peserta acara ini rata-rata adalah awardee beasiswa LPDP. “Di sini, banyak yang mendapat beasiswa, Prof. Rata-rata beasiswa LPDP. Dari Sabang sampai Merauke “, kata Syahril Imron pada saya setelah selesai acara. Saya dengan Syahril Imron adalah satu almamater di Pondok Salafiyah Kajen Pati Jawa Tengah.   

Sistem penerimaan beasiswa LPDP di kampus Wageningen University berbeda dengan kampus lain. Pembayaran LPDP ditransfer ke kampus dan baru didistribusikan pada awardee LPDP. “Belanda sangat senang dengan beasiswa LPDP. Termasuk Wageningen University ini sangat peduli dengan LPDP karena dianggap menguntungkan Belanda”, kata Syahril Imron dalam perjalanan pulang ke housingnya malam itu.

Keberadaan LPDP, bagi Syahril Imron, sangat berarti bagi Belanda. Dan ini sesungguhnya dapat menjadi bargaining position Indonesia di mata Belanda. Karena Belanda tidak pernah bersalah meski 300 tahun menjajah Indonesia. Pelajaran untuk anak-anak Belanda sejak kecil juga tidak dianggap bermasalah bagi Belanda. Sehingga, Belanda merasa tidak perlu memberi privilege pada Indonesia. Belanda memperlakukan sama Indonesia dengan negara lain. Padahal, sesungguhnya bisa dilakukan Belanda untuk memberi kemudahan pada orang Indonesia sebagai bentuk balas jasa pada Indonesia yang dijajahnya.

Dalam konteks inilah, maka beasiswa LPDP dapat menjadi salah satu kekuatan Indonesia untuk melakukan tekanan pada pemerintah Belanda. Apalagi mereka sangat membutuhkan LPDP yang jumlahnya ribuan di negara kincir angin tersebut. Kita bisa membayangkan bagaimana jika Belanda tanpa mahasiswa beasiswa LPDP dari Indonesia. *** (Bersambung)     

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Berkunjung Ke Rijk Museum Amsterdam

Oleh: M. Noor Harisudin

Menjelang pulang ke Indonesia, tepatnya Senin, 25 Maret 2024, saya diajak seorang teman Belanda yang juga aktivis pencak silat Tapak Suci. Namanya Isha Sward. Dia mengajak bertemu saya di Sentral Amsterdam. “Bapak harus ketemu saya, “ katanya pada saya dalam handphone. Isha Sward teman Abah Sukarno, dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Akhirnya saya ketemu Mr Isha setelah berkeliling ke sana kemari. Mr. Isha juga muter berkeliling di sekitar sentral karena mobilnya tidak dapat berhenti. Saya bersama Habib, Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda. Memang, hari itu, saya minta ditemani Habib untuk beli oleh-oleh Belanda. Ahmad Eidward Said, anak kecil saya di Jember berkali-kali telpon minta dibawakan oleh-oleh dari Belanda. Saya pun merogeh kocek uang euro untuk membeli beberapa kaos dan souvenir Belanda. Harganya memang lumayan murah.

Jadi, ketika bertemu Mr.  Isha, saya menenteng tas oleh-oleh. “Ayo kita kemana”, kata Isha. Saya dan Habib minta tolong diantar Isha ke housing. Isha pun membawa mobil mewahnya mengantar kita ke housing. Dan Isha menawarkan saya dan Habib untuk berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam esok hari Selasa. Malamnya, Mr. Isha mengirim saya tiket Museum. Harganya 22,5 euro. Untuk dua orang, jadi bayar 45 euro. Super banget, piker saya.  

“Besok pagi jam 9, saya antar ke Rijk Museum Amsterdam. Tapi setelah itu, saya tinggal. Karena saya ada acara”, kata Mr. Isha dalam Bahasa Indonesia. Mr. Isha pandai Bahasa Indonesia karena ia lama tinggal di Indonesia. Mr. Isha juga belajar Tapak Suci di Indonesia. Di Belanda, Mr. Isha sudah jadi Master Tapak Suci di Belanda.

“Jangan lupa, kalau sudah keliling Rijk Museum, agar keliling naik kapal di kanal”, kata Isha pada saya dan Habib. Naik kapal di kanal depan Rijk Museum memang indah dan mengasyikkan.

Selasa, 26 Maret 2024, tepatnya  Jam 9.30, saya dan Habib masuk Rijk Museum. Mr Isha yang mengantar kami ke Rijk Museum menggunakan mobil mewahnya jam 09.00 pagi on time. Begitulah orang Belanda, selalu on time. Tradisi yang harus kita tiru.

Sampai di museum, saya benar-benar kaget. Antrean museum begitu banyak. Padahal, Museum baru buka. Ketika saya pulang, jumlah yang masuk juga bertambah banyak. Ratusan orang antrian di luar. Petugas museum menjaga antrian Panjang agar para pengunjung masuk dengan tertib.

Saya dan Habib masuk ke museum jam 9.45 pagi. Terlihat bangunan museum yang tinggi, mewah dan megah. Tingginya mencapai 15 meteran. Tembok kanan kiri juga indah dilihat. Para penjaga di dalam museum juga terlihat full menjaga Rijk Museum. Ada lift di setiap lantai, selain disediakan juga tangga manual yang cukup melelahkan bagi kita yang tidak terbiasa berjalan kaki.   

Di dalam museum, para pengujung juga membludak. Orang dewasa dan anak muda. Bahkan anak kecil juga masuk ke dalam museum. Anak-anak basic school bersama guru dan juga guide nya. Jika kita memesan guide di Rijk Museum, maka kita harus membayar 7,5 euro.

Rijk Museum terdiri empat lantai yang dimulai dari angka nol. Masing-masing lantai menunjukkan tahun peradaban Belanda. Apa saja diperoleh informasinya di sini. Misalnya lantai 3 memuat peradaban Belanda 1900-1950 M dan 1950-2000 M. Di sini, segala bentuk peradaban abad ke – 20 dan 21 ada di sini.

Jika masuk ke lantai 2, kita juga akan bertemu dengan peradaban Belanda pada 1600-1650 M dan 1650-1700 M. Di sini, banyak lukisan yang menggambarkan peradaban pada saat itu. Di samping produk peradaban saat itu.

Masuk ke lantai 1, kita akan bertemu peradaban Belanda periode 1700 M-1800 Mdan 1800 M-1900 M. Pernik-pernik peradaban saat itu terlihat di sepajang ruang lantai 1. Semua pengunjung asyik membawa imaginasi-nya ke abad masa lampau. Museum di Belanda benar-benar tempat rekreasi yang mengasyikkan dan tidak membosankan.  

Menuju ke lantai 0 yang paling bawah, kita akan bertemu peradaban Belanda  periode 1100 M- 1600 M. Di lantai 0 ini, selain periode awal Belanda, kita juga akan menjumpai special collections.

Rijk Museum dilengkapi dengan WIFI, restoran dan café yang membuat pengunjung semakin nyaman. Ada juga perpustakaan yang hanya bisa diakses sedikit orang. Selain itu, ada juga tempat pembelian souvenir dan juga buku-buku terutama yang berkaitan dengan Rijk Museum. Ada juga buku-buku berisi lukisan para pelukis ternama di Belanda dan juga dunia. Seperti halnya negara eropa yang lain, dalam museum kita juga melihat lukisan vulgar gambar orang yang bertelanjang.

Jam 12.00 siang, saya dan Habib lalu keluar museum. Berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam serasa berkunjung ke peradaban Belanda 900 an tahun lamanya (1100-2000 M). Museum ini seolah ingin menunjukkan, bahwa ‘kami orang-orang berperadaban tinggi dunia. Anda bisa melihat wajah bangsa kami melalui museum ini’. Kira-kira, ini yang tergambar dalam pikiran saya dua jam berkeliling museum yang keren ini.  

Di belakang Rijk Museum, ada kebun indah yang bisa dinikmati semua orang. Saya benar-benar menikmati akhir di Belanda dengan bersantai ria di kebun Rijk Museum sembari melihat bunga tulip dan Sakura yang mulai bermekaran indah. ***

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember

Categories
Kolom Pengasuh

Negeri Rawan Banjir Yang ‘Tak Pernah’ Banjir

Oleh: M. Noor Harisudin

“Belanda dikenal sebagai negara rawan banjir”, kata Syahril Imron, mahasiswa Wageningen University and Research, Belanda pada saya suatu ketika dalam perjalanan mengelilingi kampus terbaik dunia bidang pertanian tersebut.

Mengapa? Saya mengejar penjelasan Syaril Imron. Karena, lanjut Syahril Imron, Belanda adalah negeri yang sepertiga wilayahnya di bawah permukaan laut dan dua pertiganya rentan banjir. Jika satu kota banjir, maka bisa dipastikan kota-kota yang lain akan banjir. Tentu ini lebih riskan daripada Indonesia yang beberapa kota bisa saja banjir, namun tidak dengan kota-kota lainnya.

Ketika saya di Belanda dalam acara safari dakwah Ramadlan 1445 H pada 12-26 Maret 2024, beberapa kota di Indonesia sedang dilanda banjir seperti Demak, Kudus dan Pati. Rumah-rumah terendam karena banjir mencapai satu hingga satu setengah meter lebih. Saya ikut check keadaan keluarga saya di Demak Jawa Tengah yang juga terkena banjir. Masyaallah. Banjir meluber bukan hanya di kota, namun juga ke desa-desa. Tahun 1993 yang silam, Demak pernah banjir. Tapi tidak separah tahun 2024 ini.  

Ini tentu tidak terjadi di Belanda. Karena Belanda telah membangun proyek Delta Works, rantai besar struktur penahan banjir Sungai Rhine.  Proyek Delta Works terdiri dari 13 bendungan, termasuk penghalang, pintu air, pengunci, dan tanggul untuk melindungi daerah di dalam dan sekitar delta sungai Rhine, Meuse, serta Scheldt dari banjir Laut Utara. Proyek yang dikerjakan Dinas Perairan dan Pekerjaan Umum ini akhirnya selesai pada 1997 dengan biaya 5 miliar dollar AS.

Selain melindungi dari banjir, Delta Works juga berfungsi menyediakan air minum segar dan irigasi. Dan yang keren, risiko banjir negeri ini berkurang menjadi satu dalam 4.000 tahun.

Sebelum memiliki Delta Works, Belanda mengatasi banjir dengan aliran air kincir angin yang menjadi ikon negara tersebut. Kincir angin memompa air dari rawa dan menciptakan petak lahan kering (polder). Ada sekitar 3 ribu polder yang dikelilingi tanggul saat itu. Pada tahun 1953, datang banjir besar akibat terjangan Laut Utara yang menerobos dinding penahan banjir. Akibatnya, 8.361 korban jiwa dan menggenangi 9 persen lahan pertanian di Belanda. Belajar dari ini, Belanda lalu membangun Delta Works. Delta Works ini masuk dalam tujuh keajaiban dunia versi American Society of Civil Engineers.

Tentu penjelasan saya tentang Delta Works hanya garis besarnya saja. Sesungguhnya Delta Works lebih rumit dan lebih detail. Dan satu hal, pembangunannya tidak satu dua tiga kali, melainkan berkali-kali selama berpuluh tahun dengan biaya yang tidak murah. Artinya, Belanda mengeluarkan investasi besar untuk proyek Delta Works yang hasilnya bisa dirasakan seluruh warga Belanda.     

Delta Works pun kini memiliki banyak kegunaan. Misalnya Delta Works memberikan pengairan pada seluruh pertanian di negeri Belanda. Nyaris, tidak ada lahan pertanian yang kekurangan air. Pertanian menjadi simbol kemakmuran di Belanda. “Ini rumah pada petani bagus-bagus, Prof”, kata Parjo ketika dalam perjalanan Masjid al-Ikhlas Amsterdam menuju ke tempat tinggal kami di Amsterdam. Petani di Belanda merasakan kemakmuran dan kesejahteraan.

Bukan hanya pertanian, kanal-kanal di Belanda juga mendapat suplai air yang memadai. Jika air surut, maka Delta Works menambahkan air. Sebaliknya, jika air terlalu banyak, maka Delwa Works mengambil air agar genangan air di kanal menjadi normal. Itulah makanya kanal-kanal di Belanda terlihat indah dan bersih. Kanal ini juga ‘menjadi hidup’ karena dilewati perahu, kapal dan speed boot yang lalu lalang menjadi destinasi wisata kanal yang menawan di negeri kincir angin tersebut.

Bahkan, sebagian kanal diisi rumah-rumah penduduk. “Di Amsterdam, prof bisa lihat kapal yang di pinggir kanal, itu rumah penduduk”, kata Kiai Nur Ahmad, Ketua PCI NU Belanda, dalam perjalanan keliling kota Leiden saat itu. Mereka, lanjut Kiai Nur Ahmad, ijin pada pemerintah untuk bisa menempati rumah tersebut. Rumah ini layaknya rumah di daratan yang dilengkapi berbagai alat-alat rumah tangga. Bedanya, rumah ini berada di pinggi kanal-kanal Belanda.    

Dus, air minum penduduk juga berasal dari Delta Works. Kita mendapatkan minum air segar di seluruh kota di Belanda tanpa harus membeli. Beli air botolan justru sulit di negeri ini. Sebaliknya, minuman segar gratis kita dapatkan dimana-mana. Di semua kota yang dikunjungi, saya minum dari kran hotel atau rumah-rumah warga Belanda. Airnya pun segar, bersih dan jernih. Mak nyus.

Lebih dari itu, kesadaran untuk bersama-sama membangun sistem air yang nyaman untuk warga Belanda benar-benar. Selain infrastruktur yang memadai, kesadaran ini menjadi penting dalam mewujudkan negeri Belanda yang tidak banjir. Misalnya dengan kesadaran tidak membuang sampah di kanal-kanal Belanda. Tanpa kesadaran ini, saya kira, jauh sekali kiranya mewujudkan negeri kincir angin tersebut menjadi ramah lingkungan dan tidak banjir. Wallahu’alam***     

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                    

Categories
Kolom Pengasuh

Suara Schura Bremen Untuk Pemakaman Muslim

Oleh: M Noor Harisudin

Jum’at 22 Maret 2023 jam 10.00 pagi, saya berangkat dari Amsterdam ke Bremen Jerman. Saya mendapat dua tugas dari KH. Hasyim Subadi yang juga Rois Syuriyah PCI NU Belanda: pengajian di KMI Bremen dan juga Konsulat Jenderal RI Hamburg Jerman.

Dari Amsterdam, saya ditemani Habib, seorang pengurus PCI NU Belanda. Namun, entah mengapa jadwal bis hari itu molor satu jam. Jam 11.00 waktu Belanda, bis baru berangkat. Saya sampai ke Bremen jam 16.00 sore. Gery Vidjaja, yang juga Ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen –KMI Bremen–yang sedianya menjemput saya. Hanya saja, karena ada kegiatan, Fadlan, putra Gery yang menjemput saya.

Saya dijemput di terminal Bremen. Fadlan langsung mengajak saya ke mobil menuju tempat kegiatan sore itu. Sayapun tiba di Musholla ar-Raudhah. Musholla milik Gery dan digunakan sebagai pusat kegiatan muslim Bremen. Tak lama kemudian, Gery Vidjaja datang. Ia memperkenalkan dirinya pada saya. “Saya dulu yang membawa ke sini BJ Habibie. Saya dan 100 orang Indonesia ke sini membuat pesawat disini. Dulu eks IPTN Indonesia”, Gery Vidjaja mengenalkan diri.

Sedikit demi sedikit orang berdatangan di Musholla berkururan 8×8 meter tersebut. Tak lama kemudian, terkumpul kurang lebih 50 orang jamaah Keluarga Muslim Indonesia Bremen.

Setelah dimulai yasin dan tahlil jam 17.30, saya mulai berceramah tentang pentingnya meningkatkan kualitas muslim Eropa. Muslim Eropa mesti meningkatkan kualitasnya dengan tiga hal pokok, yaitu Knowing, Doing dan Being.

Pada level awal, seorang harus mengetahui Islam (knowing). Amal seorang muslim yang tanpa Islamic knowledge akan ditolak oleh Allah Swt. Tentang sholat, bersuci, puasa, haji, zakat, jual beli, munakahat, dan sebagainya harus dimulai dengan knowing.  

Level selanjutnya (kedua) adalah doing. Bahwa apa yang diterima tentang Islam harus ditindaklanjuti dengan perbuatan. Tak ada gunanya ilmu jika tidak diamalkan dalam kehidupan. Para ulama yang hebat-hebat, karena ilmu yang diamalkan. Mereka disebut al-ulama al-amilin. Ulama yang mengamalkan ilmu.

Ketiga, level menjadi (being). Ilmu yang diamalkan berulang-ulang akan menjadikan ilmu tersebut mandarah daging dalam diri seseorang. Dia disebut ahli shodaqah karena berulang-ulang memberikan shodaqah. Dia disebut ahli ibadah karena berulang-ulang melaksanakan ibadah. Dia disebut ahli puasa karena melakukan puasa. Demikian seterusnya.

Setelah ceramah, cara berbuka puasa bersama para jamaah yang berdatangan dari berbagai tempat. Saya menemukan orang Indonesia, Belanda, Turki, dan sebagainya datang ramai-ramai untuk berbuka puasa disini. Ada berbagai makanan Indonesia seperti bakwan, pisang goreng, dan sebagainya. Juga ada bakso khas Bremen yang dibawa ibu-ibu pengajian. Malam harinya, dilanjut dengan sholat tarawih bersama para jama’ah.

Esok paginya, saya diajak Gery Vidjaja untuk jalan-jalan ke alun-alun Bremen. “Di sini ada makam seorang muslim. Namanya Muhammad. Ayo kita lihat”, kata Gery pada saya. Tak lama, kami masuk di pemakaman Bremen. Ternyata, nisan Muhammad tidak ada di sana. Kami keliling ke semua sudut pemakaman, ternyata tidak ketemu. Makam Muhammad berdiri bersama makam warga Bremen yang non-muslim. Sama dengan Belanda, pemakaman di Jerman didesign indah dengan taman-taman dan pohon-pohon rindangnya.  

Gery lalu menceritakan tentang Schura Bremen, nama organisasi kumpulan komunitas muslim di Bremen. “Schura Bremen berisi beberapa organisasi muslim di Bremen: Indonesia, Maroko, Turki, dan sebagainya. Schura Bremen mengusulkan agar ada pemakaman khusus muslim. Demikian juga, Schura Bremen mengusulkan agar di beberapa tempat publik, ada mushollanya. Alhamdulillah, suara kami didengar dan Bandara Bremen memiliki musholla. Demikian juga, di Bremen ada pemakaman muslim”, ujar Gery yang asal Surabaya Jawa Timur.

Musholla ini sangat penting. Karena, berlakunya rukhsah untuk muslim di negara Eropa karena tiadanya tempat sholat di tempat-tempat publik. Rukhsah dalam bentuk sholat jama’ qashar dan wudlu menggunakan mashul khuffain (mengusap dua kaos kaki). Demikian juga, tentang adanya pemakaman muslim. Muslim Eropa yang meninggal hukumnya boleh dikubur bersama makam non-muslim karena tiadanya pemakaman muslim. Ini namanya ‘Fikih Aqalliyat’. Dengan adanya pemakaman muslim ini, maka hukum pemakaman bersama non muslim dalam Fikih Aqalliyat bisa berubah.

Setelah naik bis, saya dan Gery sampai di alun-alun Bremen. Ada gereja St. Petri-Dom yang telah berdiri pada tahun 789 Masehi. Ada restoran yang berdiri sejak 1405 M. Demikian juga, banyak bangunan kuno yang masih mewah berdiri mentereng di sekitar alun-alun ini.

“Di sini orang bebas demonstrasi. Yang penting tidak ada kekerasan.”, kata Gery pada saya. Apa yang dikatakan Gery benar. Hari itu, saya melihat lima orang berdemonstrasi mendukung Israel di depan gereja. Sementara, di samping gereja, ada belasan orang membawa bendera Palestina mendukung Palestina. ***(Bersambung)     

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.