


Media Center Darul Hikam – Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menjelaskan, lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Oleh karena itu, dalam undang-undang tersebut, calon Nazhir Wakaf Uang wajib mendaftarkan diri kepada BWI dengan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir sesuai peraturan dari Badan Wakaf Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nazhir Wakaf Uang.
Lembaga Wakaf Darul Hikam, yang berada di bawah naungan YPI Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, secara resmi menjadi Nazhir Wakaf Uang di Badan Wakaf Indonesia dengan Nomor 3.3.00428, setelah mendapatkan sertifikat pada Selasa, (06/02/2024).
Atas capaian tersebut, Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas kerja keras seluruh pihak yang terlibat.
“Setelah mendapatkan legalitas dari Badan Wakaf Indonesia, Kami sangat senang melihat perjalanan lembaga wakaf YPI Darul Hikam selama dua tahun terakhir dan saat ini, Tentu ini merupakan hasil perjuangan yang melelahkan, namun kami bersyukur atas keberhasilannya,” ucap Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember.
Proses mendapatkan legalitas tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dengan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir sesuai peraturan dari Badan Wakaf Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Nazhir Wakaf Uang.
“Dalam proses mendapatkan sertifikat legalitasnya, kami telah menempuh berbagai langkah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kami juga terus mengoptimalkan upaya untuk memenuhi standar dan persyaratan yang ditetapkan,” tambah Guru Besar UIN KHAS Jember tersebut.
Menyusul pemberian legalitas ini, Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam berkomitmen untuk menjadi lebih progresif dalam menghimpun dana wakaf dan sedekah dari masyarakat. Prof Haris menyebut, lembaga wakaf tersebut akan mengembangkan program-program inovatif yang membedakan YPI Darul Hikam dari lembaga wakaf lainnya.
“Ke depan, YPI Darul Hikam akan semakin progresif dalam menghimpun dana masyarakat melalui wakaf dan sedekah untuk kemakmuran umat. Kami akan menghadirkan program-program inovatif yang membedakan kami dari lembaga wakaf lainnya,” pungkas Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.
Salah satu Nazhir Wakaf Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Ustadz M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC, turut menyampaikan rasa syukur atas perolehan sertifikat tersebut.
“Setelah proses yang memakan waktu kurang lebih satu tahun lamanya demi mendapatkan legalitas Nazhir Wakaf Uang dari Badan Wakaf Indonesia, akhirnya kemarin kami secara resmi mendapatkan Surat Tanda Bukti tersebut,” ungkap Ustadz Irwan yang juga salah satu Pengajar di Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember itu.
Selain itu, Ustadz Irwan menjelaskan, ada banyak proses yang telah dilalui, seperti ujian kompetensi bagi para Nazhir Wakaf di Jakarta, Presentasi Kelembagaan dan Rencana Kerja di hadapan BWI, serta memenuhi segara persyaratan yang ada.
“Setelah mendapatkan sertifikat wakaf kompeten pada Desember 2023, kami langsung diundang untuk presentasi rencana kerja lembaga kami secara online kepada Badan Wakaf Indonesia. Kemudian, kami melakukan revisi dan penyempurnaan sebelum akhirnya kemarin resmi mendapatkan Surat Tanda Bukti tersebut,” pungkasnya.
Reporter : Akhmal Duta Bagaskara
Editor : Lum`atul Muniroh
Malang, Media Center Darul Hikam.
Di usianya yang ke-100 pada tahun 2045, Indonesia memiliki peluang menjadi lima besar sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Demikian disampaikan oleh Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, Prof. Dr. H M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., dalam acara Wisuda Ke-7 Universitas Islam Raden Rahmat Malang Tahun Akademik 2023/2024 diselenggarakan di Ijen Suites Resort & Convention Malang, pada Sabtu (03/02/2024).
“Untuk mencapai proyeksi tersebut, semua pihak perlu bergandengan tangan mewujudkannya,” tegas Prof Haris di depan ratusan wisudawan UNIRA Malang. Hadir pada kesempatan itu, Kepala LLDIKTI, Prof. Dr. Dyah Sawitri, S.E.,M.M, Bupati Malang, Drs. H. M. Sanusi, M.M., Rektor UNIRA, K.H Imron Rosyadi Hamid, S.E., M.Si dan jajaran pimpinan UNIRA serta wali mahasiswa.
Menurut Prof Haris yang juga Pengurus Ikatan Sarjana NU Jawa Timur, ada banyak hal yang perlu disiapkan sebelum tahun 2045, meliputi tata kelola yang baik, keunggulan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang mumpuni, tata ruang wilayah yang teratur, sumber daya manusia yang berkualitas, efisiensi kemitraan, pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan, konektivitas daerah, dan kesiapan infrastruktur.
“Lantas pertanyaannya sekarang adalah, di mana letak para alumni UNIRA Malang? Akankah ia akan bersaing dengan para competitornya? Bagaimana agar para alumninya menjadi pemenang, the winner?,” ucapnya di hadapan ratusan wisudawan Universitas Islam Raden Rahmat Malang.
Dalam kesempatan itu, Prof Haris juga mengingatkan agar para wisudawan Universitas Islam Raden Rahmat Malang senantiasa memiliki kepribadian yang dikenal dengan Mabadi Khaira Ummah, yakni, Ash-shidqu, Al-amanah wal wafa bil ahdi, Al-adalah, At-taawun, dan Istiqamah.
“Dengan bersikap jujur, adil, tekun, kerja sama dan dapat diandalkan, bias meningkatkan kualitas para alumni Universitas Islam Raden Rahmat Malang,” tutur Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember.
Dalam konteks keunggulan alumni di perguruan tinggi, lanjut Prof Haris, mereka diukur dengan kriteria yang terukur (measurable), dapat dilaksanakan (aplicable), dan dapat dicapai (acheivable).
“Hal ini mencakup pencapaian prestasi yang dapat diukur secara objektif, keterampilan yang dapat diterapkan secara efektif, serta tujuan yang realistis dan dapat dicapai oleh alumni setelah lulus,” tambah Prof Haris yang juga Dewan Pakar Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP PTSI) Pusat.
Dirinya juga memberikan lima kunci sukses hidup ke pada para wisudawan, di antaranya integritas, kinerja, adaptasi, passion, dan spiritualitas.
“Dengan mengedepankan integritas, menjunjung tinggi kinerja, mampu beradaptasi dengan perubahan, memiliki passion yang tinggi dalam menjalani kehidupan, dan memperkuat dimensi spiritual, generasi emas diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia”, jelas Prof. Haris Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur.
“Ada sebuah kalimat luar biasa dari Ibnu Athaillah al-Iskandari dalam kitab Hikam, kaifa takhruqu laka al awaidu wa anta lam tukhriq min nafsika al awaida, bagaimana mungkin anda luar biasa sementara yang kau lakukan biasa-biasa saja. Saya yakin, alumni UNIRA tambah keren, dan menjadi pemimpin hebat di masa yang akan datang,” tambah Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember Periode 2019-2023 tersebut.
Reporter : Akhmal Duta Bagaskara
Editor: M. Irwan Zamroni Ali
Bekasi, Media Center Darul Hikam
Ada yang baru dalam lailatul ijtima NU Ranting Lambang Sari Bekasi. Karena Prof. Kiai MN Harisudin, Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember hadir dalam acara rutinan bulanan di kediaman Dr. KH. M. Faisal, yang juga Ketua PBNU Bidang OKK. Pada kesempatan itu, hadir sejumlah tokoh seperti Dr Yasir Fadli (Wakil Ketua PP ISNU), KH Ali Anwar (Pengasuh Ponpes Yapink Tambun Bekasi), Dr. KH Ali Usman Hakim (Wakil Ketua PCNU Bekasi), Dr. KH. Heri Kuswara (Instruktur Nasional PBNU dan Ketua PP Pergunu), Dr. KH. Ayi Nurdin, SH,MH (Katib Syuriyah PCNU Kota Bekasi), Kiai Deden (Ketua MWCNU Tambun Selatan), Rois Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah Ranting NU Lambangsari serta ratusan jamaah dari Ranting NU Lambangsari Kecamatan Tambun Selatan Bekasi. (23/1/2024).
Kiai Faisal, dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih pada para hadirin dan khususnya tamu Istimewa yang hadir yaitu Prof Haris. “Terima kasih Prof. Harisudin yang juga Wakil PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur dan Ketua Asosiasi Dosen Pergerakan yang berkenan hadir pada malam ini. Mohon nanti dapat memberi tausiyah setengah hingga satu jam untuk kami yang ada di sini”, tukas Kiai Faisal yang juga Dosen Universitas Negeri Jakarta tersebut.
Sementara itu, dalam tausiyahnya, Prof. M.N Harisudin menyatakan pentingnya ber-NU dengan niat memperbaiki diri. “Bahasa KH. Munasir Ali, Ndadani Awak atau memperbaiki diri. Karena itu, kita merasa kotor, bodoh dan sebagainya sehingga perlu berkumpul di NU dalam bimbingan ulama dalam rangka memperbaiki diri”.
Niat ini, lanjut Prof. Haris, selanjutnya ditindaklanjuti dengan menambah ilmu dan amal soleh. “La tafrahanna illa biziyadati ilmin waamalin shalihin. Jangan bangga benar, kata Imam al-Ghazali, kecuali karena tambah ilmu dan amal. Kalau dua hal ini, kita perlu bangga. Tapi kalau tambah mobil, tidak bangga. Tambah naik jabatan, jangan bangga. Dan lain lain, jangan bangga”, ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.
Kalau sudah mendapatkan ilmu, lalu diamalkan dan diistiqomahkan, maka tidak berhenti disini. Pengurus NU seharusnya berpikir naik kelas. “Berislam itu berkelas-kelas. Ibaratnya ada yang kelas SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tugas pengurus NU “naik kelas”, ujar Prof Haris, Guru Besar termuda di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri pada tahun 2018.
Dalam tauhid, menurutnya, ada tiga tingkatan, yaitu tingkatan imanul awam (iman orang awam), imanul mutakallimin (imannya para teolog dan filosof) dan imanul Arifin (imannya ahli ma’rif). “ Pengurus NU jangan berhenti di imannya orang awam, tapi harus naik minimal ke kelasnya iman para filosof. Jika iman orang awam tidak perlu bukti, makai man orang filosof harus berdasar dalil dan bukti”, ujar Prof Haris yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember.
Demikian juga dalam berfiqh, ada tingkatan taqlid, ittiba dan ijtihad. “Kalau taqlid, kita beragama cukup bersandar pada ustadz tanpa tahu dalil. Kalau ittiba’, kita beragama dengan tahu dalilnya. Kalau ijtihad, kita beragama dengan mencari dalilnya sendiri”, ujar Prof. Haris yang juga aktif berdakwah di luar negeri.
Sementara, menghadapi Ramadlan dua bulan lagi, Prof. Haris juga mengingatkan tiga kelas tingkatan puasa. “Insyaallah, kita semua hafal; puasa awam, khawas dan khawasul khawash. Yang belum adalah mempraktikkannya. Bertahun-tahun, kita puasa awam. Kita harus berpikir puasa di atas orang awam, yaitu puasa khawas,”.
Puasa khawash tidak sekedar puasa dengan tidak makan dan tidak minum, namun puasa dengan menutup mata, menutup telinga, menutup mulut, menutup pikiran dari sesuatu yang tidak bermakna atau tidak bermanfaat.
Disinilah, para pengurus NU harus mulai berpikir “naik kelas”. “Saya kita, keberagama Pengurus NU disini lima atau sepuluh tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Artinya sudah meningkat. Tentu meningkatnya ada yang pelan, tapi juga ada yang drastis. Semoga Ramadlan nanti momentum naik kelas kita semua”, ujar Prof Haris mengakhiri pengajian pada malam Rabu tersebut.
Kontributor: M. Irwan Zamroni Ali
Editor: Akhmad Kamil Rizani
Jakarta Pusat, 24 Januari 2024
Media Center Darul Hikam – World Moslem Studies Center atau dikenal dengan Womester melakukan kunjungan kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri RI dalam rangka sosialisasi buku pedoman fiqih di luar negeri. Kerjasama tersebut berlangsung di Kantor Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta Pusat, pada Selasa, 23 Januari 2024.
Womester merupakan salah satu NGO di Indonesia. Womester bergerak di bidang penelitian, pendidikan, pengabdian masyarakat dan juga kerja sama. Pembentukannya dirintis oleh sekelompok dosen dan peneliti dari kultur Islam progresif -tradisional yang intens berdiskusi dan mengembangkan pemikiran ke arah yang lebih terbukan dan toleran dengan isu-isu global. Meski tujuannya untuk masyarakat Indonesia dan negara Indonesia.
Dalam acara kerja sama tersebut, pihak Womester yang terdiri dari Direktur Womester, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M. Fil.I, CWC., bersama para anggotanya, Khanif, SH., M.Kn., Moh. Romli, M.Pd.I. dan Moh. Abdur Rauf, SH, M.H.,.diterima langsung oleh Kementerian Luar Negeri yang terdiri dari, Direktur Direktorat Diplomasi Publik, Ani Nigeriawati, Koordinator Dialog Lintas Agama Kemlu RI, Mohammad Nur Salim dan Bapak Yasfi Yahya.
Dalam pertemuan kerjasama tersebut, Womester dan Kemlu RI berkolaborasi untuk menyusun dan mensosialisasikan buku pedoman fiqh di luar negeri. “Buku pedoman ini sangat penting dan dibutuhkan masyarakat Indonesia di luar negeri dengan berbagai profesinya”, jelas Prof Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur.
Selain program penyusunan, lanjut Prof Haris, juga akan ditindaklanjuti dengan program sosialisasi buku tersebut ke luar negeri. “ Tidak hanya penyusunan, nanti juga akan ditindaklanjuti dengan sosiaslisasi ke luar negeri. Isi buku ini adalah bentul lain dari moderasi Islam yang selama ini juga menjadi program dari Kemlu RI dan Kementrian Agama RI”, tukas Prof Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara.
Sementara itu, Ibu Ani Negeriawati, Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI sangat menyambut baik program ini. “Ini program baik dan bisa dikolaborasikan dengan Kemlu RI. Saya harap, draft buku segera diselesaikan dan lalu kita diskusikan di Kementrian Luar Negeri. Tepatnya di ruang ini”, ujar Bu Ani.
Tidak hanya itu, Bu Ani berharap buku ini juga dikolaborasikan dengan Kementrian Agama RI. “Di sana ada Balitbang Kemenag RI. Kita bersama-sama menangani isu moderasi beragama khususnya bagi WNI di luar negeri”, tukas Bu Ani Nigerawati.
Sementara itu, Mohammad Nur Salim, Koordinator Dialog Lintas Agama Kemlu RI turut mendukung penyusunan buku ini. “Pengalaman saya ketika bertugas di Bangkok dan beberapa negara lain, muslim yang di luar negeri sangat butuh buku pedoman fiqh ini. Masih banyak yang belum tahu dan buku ini sangat membantu muslim ketika berada di luar negeri”, tukas alumni S1 al Azhar Mesir tersebut.
Sebagaimana kita ketahui, ada banyak prestasi Kemlu RI yang menjadikan kebanggaan Indonesia. Misalnya, telah menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional UNESCO, Kementerian yang paling aktif promosikan moderasi beragama di kancah internasional dan terutama peran Indonesia dalam perdamaian Palestina. Belum dengan prestasi-prestasi lain yang membanggakan Indonesia di kancah internasional.
Sementara, Womester sendiri selama ini telah banyak melakukan kegiatan baik seminar-seminar, focus groups discussion, penelitian dan pengabdian masyarakat di luar negeri. Buku pedoman fiqh di luar negeri ini tentu menjadi pintu masuk untuk membawa manfaat lebih banyak lagi khususnya masyarakat diaspora yang ada di luar Negeri. **
Kontributor: M. Irwan Zamroni Ali
Editor: Akhmad Kamil Rizani
Jakarta – Direktur World Moslem Studies Center (WMSC), Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag, S.H., M.Fil, melakukan kunjungan kerja ke kantor Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Dalam kunjungan kerja ini, Direktur WMSC diterima langsung oleh 2 (dua) orang Anggota Komisioner BNSP, yaitu Prof Amilin dan Muhammad Nur Hayid, S.Th.I, M.M. (23/01/24).
Prof. Amilin, merupakan Putra Indramayu Asli, selain sebagai Komisioner BNSP, saat ini masih menjabat sebagai Guru Besar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan KH. Muhammad Nur Hayid, S.Th.I, M.M., selain menjabat sebagai Komisioner BNSP, juga statusnya sebagai ulama, dakwah-nya yang sering di berbagai media, termasuk di media TV nasional. Selanjutnya, Prof. Dr. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil, saat ini, selain menjabat sebagai Direktur World Moslem Studies Center, juga tercatat sebagai Guru Besar, dan menjabat sebagai Dekan pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember (2019-2023).
Banyak hal positif yang dihasilkan dari pertemuan ini, salah satunya adalah eksplorasi tentang peluang-peluang kegiatan pengembangan ketrampilan SDM yang tersertifikasi kompetensi BNSP bagi para diaspora Indonesia, yang nantinya dapat dikolaborasikan antara WMSC dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang terlisensi BNSP. Kolaborasi ini tentu bertujuan untuk memberikan pengakuan keahlian yang tersertifikasi BNSP bagi para diaspora Indonesia yang berkarir baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dalam kunjungan ini, Prof. M. Noor Harisudin mendapat penjelasan dari Prof Amilin, mengenai hasil pertemuannya mewakili BNSP dalam kerjasama bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Federal Jerman pada tanggal 8 Januari 2024 terkait Proyek Green Jobs Social Inclusion and Sustainable Transformation (GESIT).
Mengutip pernyataan CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai, Prof. Amilin menyatakan “akibat climate change, pada tahun 2025 akan banyak muncul pekerjaan baru yang berhubungan dengan Green Job”. Diprediksi akan ada lebih dari 20.000 jenis pekerjaan baru terkait industri dan energi bersih. Informasi ini penting untuk disikapi agar Indonesia segera menyiapkan SDM kompeten di berbagai sektor untuk menangani pekerjaan berbasis Green Job.
Selain itu, Prof Amilin juga menceritakan hasil kunjungan kerjanya ke Hongkong pada bulan Desember 2023 lalu. “Dalam kunjungan kami, diperoleh informasi dari Departemen Imigrasi Hong Kong bahwa per tanggal 30 November 2023, terdapat 146.954 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Hongkong pada sektor domestik. Data ini juga menjadi peluang bagi WMSC untuk bekerja sama dengan LSP terlisensi BNSP dalam rangka meningkatkan kualifikasi keahlian para diaspora Indonesia yang ada di Hong Kong”, ujar Prof Amilin.
Selanjutnya, hasil kunjungan kerja Komisioner BNSP, Nur Hayid, ke Korea Selatan pada tanggal 29-31 Desember 2023, diperoleh data mengenai jumlah jenis jabatan yang ditawarkan oleh Negara tersebut kepada Indonesia.
Kiai Nur Hayid menyatakan “Pihak Pemerintah Korea Selatan menawarkan 118 jenis jabatan pekerjaan untuk skema khusus kepada para profesional Indonesia agar dapat bekerja di Korea Selatan”. Pola kerja sama ini tidak bersifat resiprokal. “Dari 118 jenis pekerjaan tersebut, sekitar 80%-nya berhubungan dengan pekerjaan yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”, ujar Hayid yang juga Kiai Muda NU.
Selanjutnya, Prof. Harisudin menjelaskan “World Moslem Studies Center memiliki jejaring yang sangat luas dengan para diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara”. Oleh karena itu, ini menjadi peluang yang sangat bagus untuk program pengakuan kompetensi bagi pada diaspora melalui sertifikasi BNSP.
“WMSC melalui jaringannya yang sangat luas di berbagai negara, dapat mensosialisasikan kepada para diaspora, tentang pentingnya sertifikasi kompetensi profesi”, ujar Prof Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur. Sedangkan, LSP terlisensi BNSP, dapat melakukan proses pengujian sertifikasi kompetensi kepada para diaspora Indonesia melaljui jejaring MWSC di seluruh dunia, sehingga kolaborasi ini sangat strategis dan penting untuk direalisasikan.
Reporter: Akhmal Duta Bagaskara
Editor: M. Irwan Zamroni Ali
Oleh: M. Noor Harisudin*
Meski kecelakaan Kereta Api Pandalungan Minggu, 14 Januari 2024, jam 07.57 pagi di Tanggulangin Sidoarjo tidak memakan korban jiwa, tetap saja banyak pihak yang dirugikan. Para penumpang yang tidak bisa on time ke tempat tujuan, hingga perjalanan KA yang dicancel atau ditunda. Karena praktis, sehari penuh kereta api yang melewati jalur tersebut tidak bisa berangkat. Jadwal keberangkatan KA yang berlanjut ke penerbangan bisa juga dicancel. (Republika, 14 Januari 2024)
Di berbagai media, anjloknya gerbong Pandalungan pagi itu sudah ramai. Media online sudah banyak memberitakan terkait anjloknya gerbong Kereta Api tersebut. Beberapa Televisi juga mensyiarkan musibah kereta api dengan rute Stasiun Gambir Jakarta – Stasiun Jember tersebut.
Biaya Kereta Api Pandalungan Jakarta-Jember sendiri cukup mahal 680 ribu. Hanya saja, PT Kereta Api Indonesia harus membarengi dengan sarana prasarana yang memadai. Betapa kecewa para penumpang ketika subuh pagi hari itu masuk ke beberapa toilet Kereta Api, air di toilet benar-benar habis. Bagaimana mungkin, Kereta Pandalungan yang eksekutif dalam toilet tidak ada air sama sekali. Naif, bukan.
KA Pandalungan Belum Siap
Nampaknya, Kereta Api Pandalungan belum siap melakukan perjalanan jauh; Jember-Jakarta atau Jakarta-Jember. Buktinya, masih sering terjadi kecelakaan. Salah satunya karena akibat mesin-mesin yang tidak dicek and re-cek. Perjalanan jarak jauh yang ditempuh 14 jam memang seharusnya dipersiapkan sedini mungkin segala perlengkapan perjalanan, khususnya mesin-mesin. Semua dipastikan ‘sehat’ dan siap berangkat.
Perjalanan panjang tersebut, dalam pandangan saya, selayaknya dipotong alias diberhentikan dalam sepertiga perjalanan. Misalnya berhenti 15 menit untuk cek mesin-mesin selama perjalanan selama dua tahap sembari –menurut hemat saya–memberikan kesempatan untuk ibadah sholat lima waktu bagi para muslim. Perjalanan Jember-Jakarta mulai jam 14.55 sd 04.45 WIB pagi misalnya, bagi seorang muslim, ia harus meninggalkan tiga sholat; Maghrib, Isya dan Subuh. Atau perjalanan Jakarta-Jember 20.05 sd 10.45 WIB ia harus meninggalkan Sholat Subuh.
Pun, bahwa PT Kereta Api Indonesia selayaknya menyediakan fasilitas ibadah yang memadai di gerbong atau stasiun. Ini sebagai kewajiban PT KAI memberikan kesempatan pada warga negara menjalankan agama sesuai denganUUD 1945 Pasal 29 ayat 2:” Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk meneluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya”.
Dalam hemat saya, pelayanan tersebut belum diberikan oleh PT KAI baik di stasiun maupun dalam gerbong-gerbong kereta yang dijalankannya. Apalagi bahwa Indonesia adalah negara Pancasila dengan Sila Ketuhanan yang Maha Esa yang semestinya dijunjung tinggi. Sekali lagi, sudah semestinya PT KAI menyediakan fasilitas yang memadai bagi para penumpang kereta api di semua jalur perjalanan yang ada.
Penangangan yang Lamban
Dalam konteks anjloknya Kereta Api Pandalungan pada Minggu tersebut, tampak sekali penanganan Kereta Api yang lamban. Ketika kereta anjlok jam 07.57 pagi, tidak ada informasi terkait pada para penumpang dan juga stasiun terdekat (Sidoarjo). Para penumpang semestinya memiliki hak untuk mendengar apa yang terjadi. Padahal, di luar gerbong kereta api sepanjang rel Tanggulangin, masyarakat Sidoarjo sudah ramai menyaksikan apa yang terjadi di kereta api Pandalungan.
Baru jam 10-an, para penumpang diberi tahu apa yang terjad terkait KA Pandalungan. Jam 10.30, kereta api ditarik dari Tanggulangin menuju Stasiun Sidoarjo. Evakuasi juga mulai dipikirkan, meski tidak semudah yang dibayangkan. Para petugas KA juga baru menyampaikan opsi-opsi terkait keberangkatan para penumpang kereta api selanjutnya. Terdapat dua opsi: Pertama, melanjutkan naik kereta api jika dimungkinkan. Kedua, naik bis menuju Jember.
Solusi dua opsi tersebut dibayangkan para penumpang sudah disiapkan di Stasiun Sidoarjo. Nyatanya, sampai sana, bus belum ada. Para penumpang harus menunggu di pojok dekat warung di sekitar Stasiun Sidoarjo. Hanya ada air minum, tidak ada snack apalagi makan berat yang disediakan, sebagaimana diberitakan. Baru satu jam, ada informasi tentang refund 100 persen dan keberangkatan bis. Antrean ratusan orang untuk refund juga menjadi masalah tersendiri. Karena selain antrean refund KA Pandalungan, juga ada antrian refund kereta api lokal yang tidak jadi berangkat karena kecelakaan Kereta Api Pandalungan.
Ah, beginikah Kereta Api yang kita banggakan? Tragedi Pandalungan semoga tidak dijadikan hal biasa-biasa saja, namun menjadi pelajaran berharga untuk perbaikan Kereta Api di masa yang akan datang. Bukan hanya untuk perbaikan Kereta Api Pandalungan namun juga untuk kereta apa lainnya di negeri ini. Wallahu’alam.***
*Ketua Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam Mangli Jember dan Guru Besar UIN itu KHAS Jember
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan fundraising Lembaga Wakaf Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, dibutuhkan 3 Staff Fundraiser dengan ketentuan sebagai berikut:
KETENTUAN UMUM
WAKTU DAN TEMPAT PENDAFTARAN
Waktu Pendaftaran : 17 Januari – 01 Februari 2024 (09.30-16.00 WIB)
Tempat Pendaftaran : Kantor Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam Perum Pesona Surya Milenia C7 No. 8 Mangli Kaliwates Jember
TAHAPAN SELEKSI
No | Tahapan | Pelaksanaan |
1 | Pengumuman dan Penerimaan Berkas Lamaran | 17 Januari – 01 Februari 2024 |
2 | Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi | 02 Februari 2024 |
3 | Pelaksanaan Tes Wawancara | 03 Februari 2024 |
4 | Pengumuman Hasil Akhir | 05 Februari 2024 |
DOKUMEN ADMINISTRASI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Media Center Darul Hikam – Periode awal tahun seringkali menjadi momen seseorang untuk meningkatkan progres dalam berbagai aspek kehidupannya. Sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC, dalam acara “Ngaji Bersama” oleh Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi pada Kamis, (11/01/2024).
Dalam ceramahnya, Prof Haris setuju dengan pernyataan Kiai Mustofa Bisri tentang kelas-kelas dalam Islam. Meski Tuhannya sama, berimannya sama, tapi kualitas atau kelas imannya beda-beda. “Iman kepada Allahnya sama, tapi kualitas iman saya dengan anda beda-beda. Demikian juga dengan keberislaman. Tingkatan Islamnya ada yang SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi”, tukas Prof Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center Depok.
Pada sisi lain, denga nada kelas berislam, Prof Haris mengajak pengurus MWC NU Tarumajaya untuk instropeksi dan juga selalu meningkatkan kualitas diri.
“Sebagai anggota NU dan pengurus NU, tahun baru adalah momen yang strategis bagi para pengurus NU untuk introspeksi, mengevaluasi, dan juga meningkatkan diri guna memberikan kontribusi lebih besar kepada NU dan Indonesia,” ujar Prof Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.
“Hasibu anfusakum qabla antuhasabu,” ucap Prof Haris sembari mengingatkan tentang urgensi introspeksi diri. Menurutnya, evaluasi terhadap diri sendiri, pengakuan terhadap kesalahan yang telah terjadi, dan perencanaan perbaikan untuk masa depan adalah langkah-langkah yang tidak boleh diabaikan.
Namun demikian, tidak cukup dengan instropeksi. Seorang muslim mestinya menjadikan tahun baru sebagai momentum untuk peningkatan kualitas diri.
“ Dalam hadits disebutkan Man kana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa rabihun, barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia orang yang beruntung.Makanya, orang NU harus lebih baik dari yang kemarin. Sukur-sukur bisa meninggalkan legacy untuk umat”, ujar kiai milenial yang sering berceramah di TV tersebut.
Pada sisi lain, Prof Haris menekankan Kembali dakwah Nahdlatul Ulama yang penuh kasih sayang. Ulama NU adalah mereka yang alim (berilmu), abidan (ahli ibadah), dan zahidan (zuhud atau tidak terikat dengan dunia) serta mengetahui kemaslahatan manusia.
“Ulama dikenal sebagai alim, yang berarti mereka memiliki pengetahuan agama Islam yang mendalam, mereka ahli ibadah, tidak terikat dengan dunia material, dan mengetahui apa yang terbaik untuk ummat,” ucap Prof. Haris yang juga Pengasuh PP Darul Hikam Mangli Jember.
Selain itu, ulama NU dalam pandangan Prof Haris adalah para kiai yang melihat umat dengan pandangan kasih sayang (bianir rahmah).
“Ini yang membedakan dakwah NU yang sejuk dan santun. Berbeda dengan Sebagian yang ekstrem dan kasar”, tukas Prof Haris mengakhiri dengan contoh dakwah pada umat melalui strategi pelayanan pada saat ada keluarga jamaah yang meninggal.
Selain dihadiri para pengurus dan warga NU, acara ini dihadiri para tokoh KH Cecep Romli (Pengurus MUI Pusat), Kiai Lahmudin (Rois Syuriyah MWC NU Tarumajaya) dan KH Abid (Syuriyah PCNU Kabupaten Bekasi) dan Kiai Rifal Mahalli (PCNU Kota Bekasi).
Reporter : Akhmal Duta Bagaskara
Editor : M. Irwan Zamroni Ali