Categories
Kolom Pengasuh

Suara Schura Bremen Untuk Pemakaman Muslim

Oleh: M Noor Harisudin

Jum’at 22 Maret 2023 jam 10.00 pagi, saya berangkat dari Amsterdam ke Bremen Jerman. Saya mendapat dua tugas dari KH. Hasyim Subadi yang juga Rois Syuriyah PCI NU Belanda: pengajian di KMI Bremen dan juga Konsulat Jenderal RI Hamburg Jerman.

Dari Amsterdam, saya ditemani Habib, seorang pengurus PCI NU Belanda. Namun, entah mengapa jadwal bis hari itu molor satu jam. Jam 11.00 waktu Belanda, bis baru berangkat. Saya sampai ke Bremen jam 16.00 sore. Gery Vidjaja, yang juga Ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen –KMI Bremen–yang sedianya menjemput saya. Hanya saja, karena ada kegiatan, Fadlan, putra Gery yang menjemput saya.

Saya dijemput di terminal Bremen. Fadlan langsung mengajak saya ke mobil menuju tempat kegiatan sore itu. Sayapun tiba di Musholla ar-Raudhah. Musholla milik Gery dan digunakan sebagai pusat kegiatan muslim Bremen. Tak lama kemudian, Gery Vidjaja datang. Ia memperkenalkan dirinya pada saya. “Saya dulu yang membawa ke sini BJ Habibie. Saya dan 100 orang Indonesia ke sini membuat pesawat disini. Dulu eks IPTN Indonesia”, Gery Vidjaja mengenalkan diri.

Sedikit demi sedikit orang berdatangan di Musholla berkururan 8×8 meter tersebut. Tak lama kemudian, terkumpul kurang lebih 50 orang jamaah Keluarga Muslim Indonesia Bremen.

Setelah dimulai yasin dan tahlil jam 17.30, saya mulai berceramah tentang pentingnya meningkatkan kualitas muslim Eropa. Muslim Eropa mesti meningkatkan kualitasnya dengan tiga hal pokok, yaitu Knowing, Doing dan Being.

Pada level awal, seorang harus mengetahui Islam (knowing). Amal seorang muslim yang tanpa Islamic knowledge akan ditolak oleh Allah Swt. Tentang sholat, bersuci, puasa, haji, zakat, jual beli, munakahat, dan sebagainya harus dimulai dengan knowing.  

Level selanjutnya (kedua) adalah doing. Bahwa apa yang diterima tentang Islam harus ditindaklanjuti dengan perbuatan. Tak ada gunanya ilmu jika tidak diamalkan dalam kehidupan. Para ulama yang hebat-hebat, karena ilmu yang diamalkan. Mereka disebut al-ulama al-amilin. Ulama yang mengamalkan ilmu.

Ketiga, level menjadi (being). Ilmu yang diamalkan berulang-ulang akan menjadikan ilmu tersebut mandarah daging dalam diri seseorang. Dia disebut ahli shodaqah karena berulang-ulang memberikan shodaqah. Dia disebut ahli ibadah karena berulang-ulang melaksanakan ibadah. Dia disebut ahli puasa karena melakukan puasa. Demikian seterusnya.

Setelah ceramah, cara berbuka puasa bersama para jamaah yang berdatangan dari berbagai tempat. Saya menemukan orang Indonesia, Belanda, Turki, dan sebagainya datang ramai-ramai untuk berbuka puasa disini. Ada berbagai makanan Indonesia seperti bakwan, pisang goreng, dan sebagainya. Juga ada bakso khas Bremen yang dibawa ibu-ibu pengajian. Malam harinya, dilanjut dengan sholat tarawih bersama para jama’ah.

Esok paginya, saya diajak Gery Vidjaja untuk jalan-jalan ke alun-alun Bremen. “Di sini ada makam seorang muslim. Namanya Muhammad. Ayo kita lihat”, kata Gery pada saya. Tak lama, kami masuk di pemakaman Bremen. Ternyata, nisan Muhammad tidak ada di sana. Kami keliling ke semua sudut pemakaman, ternyata tidak ketemu. Makam Muhammad berdiri bersama makam warga Bremen yang non-muslim. Sama dengan Belanda, pemakaman di Jerman didesign indah dengan taman-taman dan pohon-pohon rindangnya.  

Gery lalu menceritakan tentang Schura Bremen, nama organisasi kumpulan komunitas muslim di Bremen. “Schura Bremen berisi beberapa organisasi muslim di Bremen: Indonesia, Maroko, Turki, dan sebagainya. Schura Bremen mengusulkan agar ada pemakaman khusus muslim. Demikian juga, Schura Bremen mengusulkan agar di beberapa tempat publik, ada mushollanya. Alhamdulillah, suara kami didengar dan Bandara Bremen memiliki musholla. Demikian juga, di Bremen ada pemakaman muslim”, ujar Gery yang asal Surabaya Jawa Timur.

Musholla ini sangat penting. Karena, berlakunya rukhsah untuk muslim di negara Eropa karena tiadanya tempat sholat di tempat-tempat publik. Rukhsah dalam bentuk sholat jama’ qashar dan wudlu menggunakan mashul khuffain (mengusap dua kaos kaki). Demikian juga, tentang adanya pemakaman muslim. Muslim Eropa yang meninggal hukumnya boleh dikubur bersama makam non-muslim karena tiadanya pemakaman muslim. Ini namanya ‘Fikih Aqalliyat’. Dengan adanya pemakaman muslim ini, maka hukum pemakaman bersama non muslim dalam Fikih Aqalliyat bisa berubah.

Setelah naik bis, saya dan Gery sampai di alun-alun Bremen. Ada gereja St. Petri-Dom yang telah berdiri pada tahun 789 Masehi. Ada restoran yang berdiri sejak 1405 M. Demikian juga, banyak bangunan kuno yang masih mewah berdiri mentereng di sekitar alun-alun ini.

“Di sini orang bebas demonstrasi. Yang penting tidak ada kekerasan.”, kata Gery pada saya. Apa yang dikatakan Gery benar. Hari itu, saya melihat lima orang berdemonstrasi mendukung Israel di depan gereja. Sementara, di samping gereja, ada belasan orang membawa bendera Palestina mendukung Palestina. ***(Bersambung)     

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.           

Categories
Opini

Belanda, Negeri Yang Islami?

Oleh: M. Noor Harisudin

Di Belanda, tidak ada orang kaya. Karena begitu terlihat kaya, dia harus dipotong pajaknya 52 persen. Begitu pernyataan Hasanul Hasibuan, Ketua PPME Masjid al-Ikhlas Amsterdam pada saya dalam perjalanan pulang tarawih dari Masjid ke housing Habib yang saya tempati. Hasanul sudah berpuluh tahun tinggal di negara Belanda. Di Belanda, tidak ada gap yang tinggi antara orang kaya dan orang miskin. Kalaupun ada gap, nanti gaji yang tinggi akan dipotong pajak dengan prosentase tinggi. Pada akhirnya jarak keduanya tidak tinggi.

Memang, fasilitas hidup di Belanda cukup menggiurkan. Warga negara Belanda –termasuk para student Indonesia—bisa mendapatkan banyak jaminan sosial dari pemerintah Belanda. Apalagi mereka yang memiliki anak kecil yang baru lahir hingga umur 17 tahun. Anak kecil ini juga sangat dimanjakan, baik saat di sekolah, transportasi, atau lainnya. Anak-anak kecil ini mendapat berbagai fasilitas gratis. Karena, bagi Belanda, anak kecil ini adalah aset yang sangat berharga untuk bangsa.

Apa saja fasilitas gratis anak kecil? Mereka bebas biaya untuk sekolah dasar (basic school) dan sekolah menengahnya (midlle school). Sementara, jika kuliah, mereka harus membayar dengan subsidi dari pemerintah. Demikain juga, anak kecil mendapatkan gratis fasilitas transportasi publik dan jaminan kesehatan sejak mereka lahir hingga dewasa.

Tidak hanya berhenti disini. Anak kecil mendapatkan tunjangan gratis 100 euro atau 1.700.000 rupiah setiap bulannya. Jumlah yang tidak sedikit, meski jumlahnya masih kalah dengan negara Jerman yang memberikan tunjangan anak kecil sebesar 250 euro.  

Fasilitas lainnya adalah tunjangan rumah satu keluarga sebesar 200 euro. Sementara, warga Belanda juga mendapatkan asuransi kesehatan 175 euro untuk suami dan 140 euro untuk istri. Demikian kata Habib pada saya dalam perjalanan ke Amsterdam Centraal.

Hanya saja, tidak semua orang Belanda mendapatkan tunjangan ini. Hanya mereka yang memiliki BSN di Belanda yang berhak mengakses semua tunjangan ini. BSN adalah KTP- nya orang Belanda yang digunakan untuk mendapatkan semua fasilitas yang telah dijaminkan negara. Tanpa ini, mereka tidak bisa mengakses semua jaminan tersebut.   

Pertanyannya lalu, darimana fasilitas gratis ini diperoleh? Fasilitas ini berasal dari pajak yang dibayarkan oleh warganya. Pajak di negara ini cukup tinggi. Pajak penghasilan mencapai 33 persen hingga 52 persen. Tergantung gaji yang diterima selama satu tahun. Jika dalam setahun di atas 63 ribu euro atau US$ 74.500, maka dia wajib mengeluarkan pajaknya hingga 52 persen. Namun jika tidak sampai, maka hanya mengeluarkan 33 persen.

Semua warga negara Belanda tanpa kecuali harus membayar pajak. Pemerintah mewajibkan warganya untuk bertansaksi secara cashless (non-tunai) sehingga pergerakan uang warganya terpantau dan mudah dihitung pajaknya. Sebagian orang yang ‘non documented’ melakukan transaksi secara tunai sehingga harta mereka tidak terkena pajak. Non-documented adalah istilah halus untuk orang-orang yang illegal masuk ke negeri Belanda. Pengusaha yang nakal juga melakukan transaksi secara tunai agar sebagian hartanya tidak terkena pajak.

Bagi orang yang menengah ke bawah, sistem yang demikian ini menguntungkan pada mereka. Karena mereka mendapat subsisi dari selisih pajak yang tinggi yang dibayarkan orang-orang kaya. Nyaris, semua fasilitas ini mereka dapatkan pajak orang kaya selain dari apa yang telah mereka bayarkan pada negara.

Sementara, bagi orang kaya, pajak ini memang kembali pada mereka. Namun jumlah yang mereka bayarkan tersisa banyak untuk mensubsidi orang-orang miskin. Keadaan ini yang kadangkala membuat orang kaya di Belanda tidak mau bekerja lebih keras lagi. Karena, semakin kaya, maka semakin banyak pajak yang harus disetorkan ke negara.

Jika dilihat dari perspektif Islam, apa yang dilakukan oleh Belanda sangatlah Islami. Sistem ini menjadikan Belanda sebagai apa yang saya sebut dengan “negara tanpa konglomerasi”. Karena memang tidak ada konglomerat yang tajir di negeri ini. Harta kekayaan warganya terus merata sesuai tujuan zakat yang disebut dalam QS al-Hasyr ayat 7:  “kay la yakuna dulatan bainal agniya minkum”. Artinya: agar harta itu tidak beredar hanya dikalangan mereka saja.

Meski mayoritas warga Belanda adalah non-muslim yang tidak membayar zakat, namun prinsip yang dibangun di negeri sesuai dengan zakat. Apakah yang demikian ini tidak negara yang Islami, Prof? Tanya Hasanul Hasibuan pada saya setelah menjelaskan sistem pajak yang membiayai seluruh penyelenggaraan negara tersebut. *** (Bersambung)

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                    

Categories
Keislaman

Batalkah Puasa karena Terluka dan Berdarah?

Assalamu’alaikum wr wb. Maaf izin bertanya, ketika sedang berpuasa lalu tidak sengaja terluka karena pisau terus berdarah, hukum puasanya bagaimana? batal atau tidak. (Hamba Allah)

Jawaban:

Wassalamu ’alaikum wr wb. Terimakasih kami sampaikan pada penanya, semoga kita dan seluruh pembaca NU Online senantiasa dalam lindungan Allah swt.  

Hukum puasa orang yang tidak sengaja terluka dan berdarah adalah tetap sah. Karena luka dan keluarnya darah tidak termasuk dari 10 hal yang dapat membatalkan puasa, seperti yang disebutkan dalam kitab Matan Abi Syuja’, sebagaimana berikut :

  1. Masuknya benda ke dalam tubuh dengan sengaja melalui lubang yang terbuka seperti mulut, hidung, dan lainnya,
  2. Masuknya benda ke dalam kepala,
  3. Mengobati orang yang sakit melalui qubul dan dubur,
  4. Muntah dengan sengaja, 
  5. Bersetubuh dengan sengaja, 
  6. Keluar mani karena bersentuhan kulit, 
  7. Haid,
  8. Nifas,
  9. Hilang akal/kesadaran, seperti gila, dan
  10. Murtad.  

Dalam permasalahan yang ditanyakan di atas, yaitu masuknya pisau ke dalam bagian tubuh yang tersayat tidak termasuk hal yang membatalkan puasa, karena bagian kulit atau daging yang tersayat pisau tersebut bukan tergolong lubang yang terbuka. Sebagaimana keterangan yang dijelaskan oleh Syihabuddin Ahmad Al-Qulyubi:  

Artinya, “Jika dia memasukkan obat karena luka pada betis ke dalam daging, atau menusukkan pisau ke dalamnya hingga sampai ke sumsum, maka tidak batal puasanya, karena itu bukan rongga badan. Jika dia menusuk dirinya sendiri, atau ada orang lain yang menusuknya atas seizinnya, dan pisaunya ditancapkan sampai pada bagian rongga dalam perut, maka hal itu membatalkan puasa.” (Syihabuddin Ahmad al Qalyubi, Hasyiyah Qalyubi wa Umairah [Mesir: Dar Iḥya’il Kutub al-Arabiyah: 1950] Juz II, Halaman 56)

Sedangkan untuk permasalahan keluarnya darah, juga tidak termasuk hal yang membatalkan puasa. sama seperti orang yang melakukan bekam saat puasa, yaitu pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari sayatan kecil dalam tubuh. Mayoritas ulama berpendapat bahwa bekam tidak membatalkan puasa dan tidak dimakruhkan bagi orang yang puasa.

Artinya, “Adapun bekam, tidak membatalkan puasa orang yang berpuasa, dan tidak di-makruh-kan, demikian pendapat sebagian besar sahabat dan ahli fiqih.” (Abul Hasan Ali Al Mawardi, Al-Hawil Kabir, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1994] Juz III, Halaman 461)   

Adapun pendapat yang memakruhkan bahkan melarang bekam bagi orang yang puasa, itu karena akan membuat tubuh menjadi lemas, sehingga dikhawatirkan bisa membatalkan puasa, bukan karena bekam itu sendiri termasuk hal yang dapat membatalkan puasa.     \

Dari penjelasan di atas, dapat di pahami bahwa tersayatnya tubuh hingga mengeluarkan darah tidak membatalkan puasa, karena pisau yang melukainya tidak sampai masuk pada bagian rongga dalam tubuh, serta keluarnya darah dari tubuh juga tidak termasuk hal yang membatalkan puasa.

Wallahu a’lam.  

Sumber: https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/batalkah-puasa-karena-terluka-dan-berdarah-pbBie

Categories
Berita

Ceramah di KJRI Hamburg Jerman, Begini Penjelasan Guru Besar UIN KHAS Jember tentang Dzikir dalam Islam

Media Center Darul Hikam – Umat Islam di Jerman harus banyak bersyukur. Karena di Jerman relatif tidak banyak masalah, lebih makmur dan lebih sejahtera dibandingkan dengan negara lain dunia. Demikian pernyataan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil, dalam pengajian menjelang berbuka puasa di Konsulat Jenderal RI Hamburg Jerman, Sabtu, 23 Maret 2024. Hadir Konsul Jenderal RI Jerman, Renata Siagian, Konsul I Nanang dan tiga ratusan jamaah yang memadati Gedung KJRI tersebut.  

Prof. Haris mengutip hadits: ‘Ajaban liamril mu’min idza ashabathu sarra syakara wa idza ashabathu dlarra’ shabara. Betapa mengagumkan orang-orang mukmin. Ketika mereka itu mendapat kesenangan dan kebahagiaan, mereka bersyukur. Dan ketika mereka dikenai bencana, maka mereka itu bersabar. Orang Jerman pasti lebih banyak bersyukur berada di tengah-tengah negara Jerman yang banyak memberikan fasilitas pada warganya dengan baik.

Sebagai bentuk rasa syukur, maka umat Islam Jerman harus banyak-banyak melaksanakan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Salah satunya perintah Allah Swt dalam bentuk puasa di bulan Ramadhan ini.

“Puasa ini diwajibkan pada umat Islam sebagaimana diwajibkan pada umat sebelum kita agar kita bertakwa. Nah, ibarat kupu-kupu yang indah dan disenangi banyak orang, kita puasa dari ulat menjadi kupu-kupu dengan cara menjadi kepompong. Untuk menjadi kupu-kupu, ulat harus puasa selama 1-2 minggu,” ujar Prof. Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center.

Untuk menjadi bertakwa, lanjut Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawab Timur, umat Islam dianjurkan untuk berbanyak dzikir atau ingat pada Allah Swt. Dzikir dianjurkan dalam kehidupan muslim seperti membaca istigfar, hamdalah, bismillah, tasbih, tahlil dan sebagainya. Waktunya bisa pagi, sore atau malam. Bacaannya juga banyak, sehingga kita tinggal memilih sesuai dengan kemampuan kita.

“Silahkan berbanyak dzikir pada Allah Swt. Itu pointnya. Jangan setelah sholat lima waktu, kita langsung cepat pulang tanpa dzikir pada Allah Swt.”, ujar Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Ada tiga manfaat dzikir. Pertama, menghilangkan kesempitan. Allah Swt berfirman: Barang siapa yang berpaling dari dzikir padaku, maka baginya kehidupan yang sempit. (QS. Thaha: 124). Kedua, membuat tenang jiwa. Allah berfirman: Ingatlah. Dengan dzikir pada Allah Swt, hati menjadi tenang. (QS. Ar-Rad: 28). Ketiga, mensucikan jiwa. Allah berfirman: Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa. Dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwa. (QS. as-Syams: 9). Maksudnya mensucikan jiwanya dengan berdzikir pada Allah Swt.

Selanjutnya, lanjut Prof. Haris, ada minimal empat level orang berdzikir pada Allah Swt. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Athilah al-Iskandari dalam Kitab Hikam:

“Jangan kau tinggalkan dzikir karena kamu belum hadir dihadapan Allah Swt. Karena kelalaianmu dari dzikir itu lebih buruk daripada kelalaianmu pada wujud dzikir tersebut. Barangkali Allah mengangkatmu dari dzikir yang lalai menuju dzikir yang sadar. Dari dzikir yang sadar menuju dzikir yang hudur di hadapan Allah. Dari dzikir yang hudlur menjadi dzikir disertai tidak ada yang diingat selain Allah Swt yang kita dzikiri tersebut,” ujar Prof. Haris yang juga Dewan Pakar Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Dengan kata lain, lanjut Prof. Haris, ada empat tingkatan dalam dzikir. Pertama, dzikir dengan kelalaian. Kedua, dzikir dengan kesadaran. Ketiga, dzikir dengan hadirnya hati. Keempat, dzikir dengan hanya mengingat Allah Swt dan tidak ada yang lain. 

“Dalam konteks Eropa, banyaknya orang bunuh diri dengan menabrak ke kereta api atau lainnya, ini karena mereka terasing. Kendati mereka Sejahtera dan berkecukupan, namun jiwanya gersang. Ini karena mereka tidak punya ajaran dzikir yang mengarahkan hidup ini sampai ke akhirat nanti,” ujar Prof. Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember. 

Reporter: M. Irwan Zamroni Ali

Editor: Siti Junita

Categories
Berita

Ceramah Di KMI Bremen Jerman, Gubes UIN KHAS Jember Dorong Peningkatan Kualitas Muslim Eropa

Media Center Darul Hikam  – Seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas keislamannya. Termasuk Muslim Eropa agar terus meningkatkan kualitas Islam-nya. Demikian disampaikan Guru Besar UIN KH. Ahmad Shiddiq (KHAS) Jember Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, dalam ceramah menjelang berbuka puasa yang diselenggarakan oleh Keluarga Muslim Indonesia (KMI) Bremen Jerman, Jum’at, 22 Maret 2024. Acara yang diselenggarakan di Musholla ar-Raudlah ini dihadiri puluhan muslim berbagai negara; Indonesia, Jerman, Turki dan sebagainya. Hadir juga Ketua KMI Bremen Gery Vidjaja dan segenap jajarannya.

Peningkatan kualitas seorang muslim, lanjut Prof. Haris, dimulai dari komitmennya untuk terus menambah pengetahuan muslim. “Ini yang disebut dengan knowing. Jadi, dimulai dari tahu dulu (knowing). Waman bighairi ‘ilmin ya’malu. A’maaluhu marduudatun la tuqbalu. Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak dan tidak diterima. Katanya Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad. Saya pernah bertemu dengan anak muda semangat tinggi sholat dua rakaat setelah subuh. Setelah selesai sholat, saya tanya sholat apa. Dia menjawab dengan tenang, sholat ba’diyah Subuh. Mana ada ba’diyah Subuh ya”, jelas Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Ilmulah, kata Prof. Haris, yang menjadi pondasi keberislaman seseorang.  Ilmu juga yang menjadi kebanggaan seorang muslim, bukan pangkat, jabatan, kedudukan ataupun popularitas. La tafrahanna illa biziyaadati ‘ilmin wa ‘amalin shaalihin. Jangan kau bangga, kecuali karena ilmu dan amal shalih. Demikian pernyataan Imam al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah. Mengapa? Karena ilmu dan amal shalih yang mengantarkan seseorang sampai pada Allah Swt.    

Kalau sudah ada ilmu, maka selanjutnya ilmu itu harus diamalkan. “Suatu saat, Kiai Hamid Pasuruan (Allahu yarhamu), berhenti mengaji kitab kuning padahal baris kitab yang dibaca masih sedikit. Biasanya membaca 15 baris dan saat itu dibaca 4 baris. Biasanya beliau membaca kitab satu jam, saat itu beliau hanya membaca kitab seperempat jam. Para jamaah heran. Mereka dari berbagai tempat: Pasuruan, Malang, Bangil, Surabaya, Jember dan sebagainya. Lalu sebagian santri senior berinisiatif untuk bertanya ke dalem (rumah) Kiai Hamid, mengapa pengajian hari itu sebentar. Kiai Hamid mengatakan, bahwa dia tidak apa-apa. Hanya, beliau belum mengamalkan baris yang dibaca sehingga pengajian dihentikan dulu”, tukas Prof. Haris yang juga Dewan Pakar Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.

Disini, adanya amal –seperti yang dilakukan Kiai Hamid Pasuruan–menjadi penting dilakukan setelah mendapat ilmu. Setelah knowing adalah doing atau mempraktikkan ilmu yang diperoleh. Seperti yang dilakukan oleh seorang sahabat Rasulullah Saw. Ketika disampaikan ayat. Lan tanaalul birra hatta tunfiquu mimmaa tuhibbuun. Sekali-kali, kau tidak akan mendapat kebajikan hingga kau menginfakkan apa yang kau cintai. Sahabat ini berhari-hari tidak dapat tidur hingga ia akhirnya menemukan yang dicintainya pada Rasulullah Saw. “Wahai Rasul, ini barang yang aku cintai. Kebun kurma. Saya berikan untuk dakwah dan syiar Islam”, ujar Prof. Haris menirukan perkataan sahabat tersebut pada Rasulullah Saw.

Amal yang dilakukan berulang-ulang (repeatedly) akan menghasilkan being. Being artinya menjadi. Orang yang berulang kali sedekah akan menjadi ahli sedekah. Orang yang berulang kali ibadah akan menjadi ahli ibadah. Orang yang berulang kali puasa sunah akan menjadi ahli puasa. “Dalam hadits Rasulullah Saw disebutkan kaana khuluquhu al-Qur’an. Akhlaq Rasulullah adalah al-Qur’an. Mengapa? Karena seluruh isi al-Qur’an sudah dipraktikkan semua oleh Rasulullah. Nabi juga mengulang-ulangnya hingga al-Qur’an mendarah daging dalam kepribadian beliau”, jelas Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan Majlis Ulama Indonesia Jawa Timur.

Dalam konteks ini, lanjut Prof. Haris, maka umat Islam –khususnya di Eropa—dapat meningkatkan keislamannya dengan tiga hal diatas. “Dari dulu hingga sekarang, kita sering berdoa untuk al-ulama al-amilin yaitu orang-orang alim yang mengamalkan ilmunya. Karena disini kedahsyatan ‘ulama yang ‘amilin. Bukan hanya ilmu saja, namun juga mempraktikkan ilmu hingga menjadi bagian dari diri orang tersebut”, ujar Prof. Harisudin yang juga Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pergerakan.

Oleh karena itu, Prof.  Haris mendorong keluarga muslim Indonesia untuk sering-sering ke Musholla ar-Raudhah Bremen untuk mengikuti majlis taklim sehingga mendapatkan ilmu keislaman yang dapat digunakan menjadi bekal meningkatkan ketakwaan pada Allah Swt.

 

Reporter: M Irwan Zamroni Ali

Editor: Siti Junita

Categories
Kolom Pengasuh

Legenda Universitas Leiden

Oleh: M. Noor Harisudin

Setelah dari Waginengin, saya ditemani Syahril Imron bergeser ke Kota Leiden. Perjalanan dari Waginengin ke Leiden kurang lebih tiga jam naik kereta api dan bis. Di sini, Kiai Nur Ahmad, Ketua Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Belanda tinggal. Kiai Nur Ahmad adalah mahasiswa Ph.D Universitas Leiden. Ia bersama istri dan dua putranya. Satunya baru tujuh bulan, satunya baru kelas 1 basic school di Leiden. Ithaf nama putra pertama Kiai Nur Ahmad. Nama putra keduanya Mishka Sirri Ahmad.

Hari Rabu (20 Maret 2024), saya dan Hengki berkeliling kota Leiden. Hengki adalah Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr PCI NU Belanda. Betapa senang saya. Sudah sejak lama, saya hanya mendengar legenda Universitas Leiden. Kini, saya berkeliling ke kota Leiden dan bahkan berkeliling ke Universitas Leiden yang melegenda, meski hanya dua hari di sini.

Universitas Leiden didirikan tahun 1575 oleh Pangeran Willem van Oranje. Universitas ini adalah universitas tertua di Belanda. Banyak tokoh Indonesia yang mengenyam pendidikan di Universitas Leiden. “Kampus di sini terpencar dan berdempetan dengan rumah penduduk, Prof”, kata Hengki yang alumni S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Memang, kompleks Universitas Leiden berpencar.

Kampus Leiden antar fakultasnya terpisah satu dengan lainnya. Dan itu disekat dengan rumah penduduk dan sungai yang bersih nan indah.  Namun, demikian ini tidak membuat Universitas Leiden tidak mentereng. Beberapa bangunan yang bertuliskan Universitas Leiden, itulah yang punya kampus. Sementara bangunan yang tidak ada tulisan, maka ya milik orang kampung. Selain di kota Leiden, Universitas Leiden juga berada di kota Den Haag.

Universitas Leiden masyhur dengan perpustakaan yang nyaman dan modern. Dus, perpustakaan Leiden terkenal paling lengkap koleksi manuskrip dan arsipnya di dunia. Mahasiswa, akademisi, peneliti, sejarawan dan budayawan dari berbagai negara silih berganti ke perpustakaan ini. Tentu kondisinya berbeda dengan perpustakaan Indonesia.

Dengan menggunakan sepeda pancal, siang itu saya bersama Hengki menuju Perpustakaan Leiden. Disini, banyak manusrkrip karya para ulama Indonesia. Demikian juga arsip-arsip kenegaraan Indonesia, semua ada disini. Semua dapat diakses baik oleh mahasiswa atau non-mahasiswa. Untuk yang non-mahasiswa, mereka harus memiliki library card dulu dengan membayar 40 euro per tahun atau 680 ribu rupiah. Dengan memiliki library card, maka semua akses dibuka layaknya mahasiswa Leiden.

Artinya, dengan memiliki library card, kita bisa membawa buku-buku ke housing kita. Kita juga bisa masuk berjam-jam di perpustakaan yang melegenda tersebut. “Biasanya saya malam, Prof. Karena sepi dan bisa sampai jam setengah 12 malam”, kata mas Hengki pada saya. Perpustakaan Leiden buka jam 09.00 pagi hingga jam 11.30 malam. Perpustakaan ini selalu ramai. Perpustakaan ini cukup menggunakan digital. Kita tinggal memesan buku, manuskrip atau arsip yang kita. Nanti kita ambil di rak. Dan jika mengembalikan, kita menggunakan mesin pengembalian buku. 

Sebagian buku sudah tertera dalam kotalog computer. Cara mencari buku, kita tinggal memesan buku yang hendak dilihat, kemudian paling cepat satu ham buku tersebut sudah ada. Buka diambil sendiri dalam loker. Komputer memberi tahun berapa buku yang sedang kita pesan. Untuk membuka loker, kita harus menggunakan anggota. Bagi yang berlama-lama di perpustakaan, disediakan loker. 

Sayangnya, ketika saya dan Hengki ke sana, perpustakaan Leiden tutup untuk umum. Karena sedang ada exam mahasiswa. Perpustakaan hanya digunakan untuk para mahasiswa Leiden yang sedang fokus dengan ujian mereka. Saya hanya bisa melihat dan mengamati dari luar.

Di sekitar Universitas Leiden, kita akan menemukan rumah Snouk Hourgronye. Rumahnya ada di pinggir sungai. Terlihat, rumah yang masih terawat dengan baik. Snouk Hourgronye dikenal sebagai seorang orientalis yang pertama kali mencetuskan hukum adat. Snouk Hourgronye dianggap sebagai pemecah belas umat Islam dan menjadi mualaf di Mekah. Kuburan Snouk Hourgronye juga ada di kota Leiden. Konsep kuburan di Leiden tidak sama dengan Indonesia. Di sini, pemakanan dibuat indah dan asri dengan berbagai pohon yang rindang serta taman-taman yang indah. Beruntung sekali saya bersama Kiai Nur Ahmad yang menunjukkan pada saya makam Snouk Hourgronye.    

Di Universitas Leiden, kita juga akan menemukan patung mahasiswa pertama Indonesia di Belanda. Namanya Husein Jayanegara. Patungnya spesial karena berdiri dengan sejumlah guru besar dan akademisi kenamaan di Universitas Leiden.   *(Bersambung) 

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Bersepeda Di Negeri Pemuja Sepeda

Oleh: M. Noor Harisudin

Setelah Amsterdam dan Den Haag, saya tiba di kota tempat safari dakwah selanjutnya, yaitu Waginengin (18/3/2024). Kota kecil yang indah dan penuh pesona di negeri Belanda. Kota ini dikenal dengan Wagenengin University and Research, kampus terbaik dunia bidang pertanian. Di sini, riset-riset bidang pertanian dunia dilakukan. Beberapa perusahaan dunia juga menempatkan kantor risetnya di kampus ini.  

Hari Selasa (19/3/2024), saya diajak Syahril Imron, mahasiswa Masgiter Universitas Waginengin,  berkeliling kota Wageningin. Dan yang seru, kami menggunakan sepeda. Syahril Imron meminjami sepedanya pada saya. Sementara, Syahril Imron sendiri menggunakan sepeda punya teman. Jangan membayangkan sepedanya seperti di Indonesia. Sepeda bermerk polygon, dan lain sebagainya. Sepeda disini asal sepeda.

Berdasarkan data Dutch Cycling Vision (2018), negara Belanda memiliki dua puluh dua juta jumlah sepeda. Ini berarti lebih banyak dari total populasi penduduknya yang berjumlah kurang lebih tujuh belas juta (2018). Negara Belanda sendiri memiliki luas wilayah 41.543 km2 atau sekitar tujuh kali luas pulau Bali. Menurut data dari laman Dutch Review, Belanda memiliki 32.000 km jalur sepeda. Tidak hanya itu, secara keseluruhan, Belanda memiliki parkir sepeda terluas dunia.   

Sepeda adalah transportasi utama warga Belanda. Selain menyehatkan, sepeda juga ekonomis dan tentu saja lebih ramah lingkungan. Di student housing Imron, ada banyak sepeda yang diparkir disini. Di Belanda, jika bersepeda, kita harus menggunakan lajur kanan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan lajur kiri. Karena itu, untuk bersepeda di Wagenengin, saya harus menyesuaikan jalanan di Belanda.  

Pagi jam 10.00, saya dan Imron mulai keliling. “Jalan warna merah ini untuk sepeda, Prof”, kata Imron pada saya. Sepanjang jalan, kita bisa melihat jalan-jalan Waginengin yang dipenuhi para pesepeda. Saya juga melihat lalu lalang orang pakai sepeda. Jumlah orang yang menggunakan mobil dan sepeda motor bisa dihitung jari terpaut jauh dengan jumlah yang menggunakan sepeda.

“Kalau mau belok kiri, pakai tanda tangan kiri Prof”, tukas Imron pada saya. Kami lalu melanjutkan ke berbagai sudut kota Waginengin.

Jalanan tampak rapi dan indah. Sepanjang jalan, kami juga lewat jalan yang berwarna merah khusus untuk sepeda. Meski tidak ramai seperti Amsterdam, kota ini termasuk jujugan banyak mahasiswa Indonesia khususnya mereka yang belajar ilmu pertanian. Ada sekitar tiga ratusan lebih mahasiswa yang kuliah di Universitas Waginengin, mulai bachelor, magister hingga doktor.

Kami mampir di beberapa spot kota Waginengin misalnya di gereja Waginengin, bar-bar, cafe dan tempat  eksotik lain yang menawan. Demikian juga, sungai panjang yang kami lalui, membuat saya berdecak kagum. Saya sampai di persawahan desa Waginengin yang indah dan sejuk.  Domba-domba dipinggir jalan sepanjang desa menunjukkan animal welfare (kesejahteraan hewan) sangat diperhatikan oleh pemerintah Belanda.

Bersepeda merupakan keseharian orang Belanda, Anehnya, orang Belanda yang sudan lanjut usia yang misalnya berumur enam puluh bahkan tujuh puluh pun masih juga bersepeda. Mereka seperti tak mau kalah dengan yang muda. Orang kaya dan orang miskin juga bersepeda. Orang Belanda tidak membeda-bedakan kelas ekonomi dalam semua hal, termasuk bersepeda. Semua enjoyable dengan sepeda masing-masing. Ketika saya tanya berapa harga sepeda, mas Syahri Imron menjawab “ Paling murah, 70 euro atau sekitar 1,2 juta rupiah”, katanya. Toko-toko yang menjual sepeda juga mudah didapati di Belanda.   

Di negeri Belanda, sepeda juga boleh dibawa ke kereta api. Hanya, kalau membawa sepeda harus menambah biaya. Meski membayar, mereka tetap menggunakan sepeda sebagai sarana transportasinya. Karena bersepeda dianggap lebih praktis dan ekonomi alias cepat sampai ke tujuan. “Kalau dari housing saya ke Masjid Al Ikhlas Amsterdam menggunakan sepeda 20 menit, menggunakan mobil atau transportasi publik bisa lebih lama”, kata Habibus Salam, warga Indonesia yang tinggal di Amsterdam.

Malam hari (19/3/2024), ketika mengisi ceramah di Universitas Waginengin, saya bersama Syahril Imron juga juga menggunakan sepeda. Dari Housing Imron ke kampus Wagenengin, jika kita berjalan kaki harus menempuh waktu 15 menit, sementara jika menggunakan sepeda, hanya membutuhkan waktu 3 menit.  

Tentang sepeda, Indonesia harus banyak belajar pada Belanda. Para pesepada yang dimanjakan dengan jalan yang available adalah tugas negara yang memfasilitasinya. Sebetulnya, demikian ini tidak sulit. Hanya, maukah negara kita? ***(Bersambung)

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                    

Categories
Berita

Ceramah Di Masjid Al Hikmah Den Haag, Prof. Haris Jelaskan Karakteristik Beragama Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Beragama di Belanda, lebih banyak pahalanya. Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, dalam safari dakwah kerjasama World Moslem Studies Center (Womester) dengan Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda di Masjid Al-Hikmah Den Hag Belanda (19/Maret 2024).

Menurut Prof Haris, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan seseorang. Tentu kadar kesulitan dan kepayahan beragama di Belanda lebih berat daripada di negara Indonesia. Ini salah satu ciri khas beragama di negara Belanda dan negara Eropa lainnya.

Acara ceramah agama dimulai jam 17.30 hingga jam 18.45 waktu buka puasa. Hadir pada kesempatan itu KH Hasyim Subadi (Rois Syuriyah PCI NU Belanda), Kiai Nur Ahmad, Ph.D (Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda), para pengurus Masjid Al Hikmah dan ratusan jamaah masjid. Ratusan orang hadir menyimak ceramah guru besar UIN KHAS Jember tersebut.   

Mengapa? Karena  di sini lebih masyaqat dibanding di Indonesia. Padahal, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan orang. “Al-ajru biqadrit ta’abi. Pahala itu bergantung pada kadar kepayahan. Kalau kepayahan orang puasa di Belanda 17 jam, tentu lebih banyak dari puasa yang hanya 14 jam seperti di Indonesia,” ujar Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Selanjutnya, Prof Haris menjelaskan tentang tingkatan beragama. Dalam beragama, ada tingkatannya seperti tingkatan dalam berfikih ada yang pakai taqlid, ittiba dan ijtihad.

“Kalau praktik beragama itu, ya tiga itu. Taqlid, ittiba dan ijtihad. Jadi, jangan dicaci orang awam yang beragama secara taqlid. Namun, orang yang punya kapasitas harus didorong untuk melakukan ijtihad. Kalau tidak bisa ijtihad sendiri, maka dilakukan ijtihad jama’i,” terang Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dari aspek tauhid, beragama juga bertingkat, yaitu tauhidnya orang awam, orang filosof dan orang ahli ma’rifat sebagaimana disebut dalam kitab ihya Ulumudin.

“Tauhidnya orang awam ya ikut pada ustad, kiai atau ulama tentang keyakinan pada Allah. Sementara, tauhidnya orang filosof atau ahli teologi butuh dalil. Dan tauhidnya orang ahli makrifat, mereka langsung melihat langsung hadirat Allah Swt,” ujar Prof Haris yang berdakwah di Eropa sejak tanggal 10 sampai dengan 26 Maret 2024 ini.

Demikian juga dalam hal puasa. Ada tingkatan orang berpuasa. Tingkatan puasa orang awam. Selanjutnya tingkatan puasa orang khawas. Dan terakhir tingkatan orang khawasul khawash.

“Seperti disampaikan Kiai Subadi dalam kitab Durratun Nasihin, tingkatan ini ada. Dan paling banyak tingkatan orang awam. Makanya, kalau bisa, kita menaikkan tingkatan puasa kita dari awam ke khawash,” ujar Prof. Harisudin yang telah berdakwah ke berbagai negara seperti Taiwan, Australia, Singapura dan New Zealand.   

Cara untuk menaikkan kelas, salah satunya adalah dengan puasa orang khawas. Puasanya dengan puasa yang tidak hanya tidak makan dan tidak minum. Sabda Navi Muhammad Saw: Rubba shaimin laisa lahu min shiyamihi illal jua’ wal athas. Banyak sekali orang berpuasa tidak mendapat apa-apa dalam puasanya, kecuali lapar dan dahaga.

“Puasa khawas belajar tidak hanya sekedar itu. Namun puasa mata dari melihat yang tidak bermanfaat. Puasa telinga dari mendengar yang tidak berguna. Puasa bicara dari bicara yang tidak bermanfaat. Puasa pikiran dari pikiran kotor. Kita belajar puasa ini biar naik kelas”, ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

 

Reporter :M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Berita

Prof Haris: Fikih Aqalliyat Menjadi Solusi Berislam Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Ada fikih rukhshah (dispensasi) untuk orang-orang Muslim di luar negeri. Karena keadaan mereka menghadapi berbagai persoalan yang tidak didapati di Indonesia.

Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember di Auditorium Waginengin University, Belanda.

Acara ini diselenggarakan oleh Pengajian Waginengen dengan jumlah hampir 100 mahasiswa yang saat ini sedang kuliah di kampus Waginengen. Acara pengajian diselenggarakan pada Selasa, 19 Maret 2024 ini dimulai jam 17.30 hingga 18.45.  Acara berlangsung ‘gayeng’ dengan beberapa pertanyaan peserta setelah penyampaian materai selesai.  

Umat Islam di Belanda misalnya, lanjut Prof. Haris, kesulitan berwudhu. Di Belanda dan negara Eropa yang lain tidak menyiapkan sarana wudhu di tempat-tempat publik. Sehingga, umat Islam harus berwudhu di wastafel dan mengangkat kaki ketika membasuh kaki. Padahal, orang-orang di Belanda menganggap demikian ini sebagai tidak sopan hal tersebut selain juga kelihatan becek yang tidak disenangi orang Belanda.

“Dalam konteks inilah, maka berlaku hukum rukhsah. Rukhsah adalah ma syuria li udzrin syaqqin fi halatin khasatin. Sesuatu yang disyariatkan karena udzur masyaqat dalam keadaan tertentu. Dalam konteks wudhu di atas, maka solusinya adalah mashul khuffain atau mengusap dua kaos kaki tanpa harus membuka kaos kaki tersebut,” tukas Prof Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Keadaan serupa didapati Muslim dalam menjalankan sholat lima waktu. Bagi mahasiswa misalnya ada yang merasa kesulitan melakukan sholat lima waktu secara ada’an karena ada ujian, maka mereka bisa mengambil rukhsah menjama’ sholat tersebut tanpa sholat qasar. Karena mereka dihadapkan sistem kampus yang mengharuskan mereka mengikuti ujian dengan cara tersebut.

Sholat Jum’at adalah kesulitan lain yang dialami Muslim Eropa. Mereka dihadapkan pada sistem pekerjaan pada perusahaan yang tidak memungkinkan untuk keluar pada jam sholat Jum’at. Dengan terpaksa, mereka harus memilih; tetap bekerja dan meninggalkan sholat atau pilihan kedua, sholat Jum’at dan mereka tidak bekerja.    

Demikian juga kesulitan mencari makanan yang benar-benar halal, ketika berada di luar rumah. “Maka yang demikian ini dibolehkan mencari yang ada karena tidak ada pilihan lain. Ini berlaku hukum darurat atau hajat,” ujar Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dalam konteks inilah, maka dibutuhkan fikih rukhsah yang disebut dengan Fikih Aqaliyat. Fikih Aqalliyat adalah al-ahkamu al-fiqhiyatu al-mutaaliqatu bil muslimi al-ladzi yaisyu fi biladil Islam. Artinya hukum fikih yang berkaitan dengan muslim yang tinggal di luar negara Islam.

“Bagi orang muslim Eropa ini, maka mereka dapat mempraktikkan Fikih Aqalliyat. Dan Fikih Aqalliyat ini base on maqashid syariah”, ujar Prof Haris, Guru Besar UIN KHAS Jember yang juga Satgas Gerakan Keluarga Maslahat NU Jawa Timur tersebut.

Sebelum panjang lebar menyampaikan Fikih Aqaliyat, Prof Haris menjelaskan Islam yang terdiri dari tiga unsur yaitu Iman (tauhid), Ihsan (tasawuf) dan Islam (syariah).

“Nah, kita bahas bagian dari Islam yang bernama Syariah atau Fikih. Fikih adalah ilmu tentang hukum syar’i yang bersifat amaly yang digali dari dalil terperinci. Mulai bangun tidur hingga tidur kembali, kita dalam teropong hukum Fikih,” ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Belajar tentang Islamic Studies, nanti kembalinya pada tiga hal ini. Misalnya ilmu Qur’an ya Kembali pada tiga hal ini. Demikian juga ilmu Hadits ya Kembali pada tiga hal ini.  

“Juga ilmu-ilmu yang lain, nanti kembali pada tiga hal ini dan ujungnya adalah aklahakul karimah,” pungkas tukas Prof. Haris yang juga Ketua Pengurus Pusat  Asosiasi Dosen Pergerakan.

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Kolom Pengasuh

Tantangan Islam Di Belanda: Dari Legalisasi Ganja Hingga Pernikahan LGBT

Oleh: M. Noor Harisudin

Ketika perjalanan ke Belanda, saya sempat ditanya penumpang Kereta Api Pandalungan Jember-Jakarta. “Mas, untuk apa ke Belanda? Kulakan Ganja ?”. Katanya sedikit bergurau pada saya. Saya jawab sambil gurau juga: ya. Saya pikir, tidak perlu serius menjawabnya. Penumpang kereta sebelah saya kebetulan adalah seorang pengusaha ekspor ke luar negeri.

Begitu sampai Belanda karena undangan dakwah Ramadlan oleh Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Belanda 10-26 Maret 2024, saya memang menjumpai hal unik di negeri kincir angin ini. Ganja sini dibolehkan. Dengan kata lain, jual beli ganja halal dan legal. Catatannya, hanya ganja. Kalau narkotika, narkoba, dan yang sejenis —sama dengan di Indonesia, hukumnya illegal. Hanya saja, kalau ganja, boleh dan legal. Itulah mengapa di beberapa tempat tercium rasa ganja. Bahkan di beberapa tempat, misalnya Central Station Amsterdam, kita juga bisa menjumpai museum ganja.

Dus, minuman wiski dan minuman keras yang lain juga dilegalkan di negeri ini. Orang boleh minum wiski, arak dan yang sejenis baik di rumah atau bar-bar berisi minuman keras. Karena bagi mereka, minuman wiski adalah bagian dari privasi manusia. Bar-bar minuman wiski banyak kita jumpai di Belanda. Hanya saja, minuman wiski dilarang ketika orang sedang melakukan pekerjaan apakah di perusahaan, kantor dan atau lain sebagainya. Pertimbangannya, adalah efektivitas ketika bekerja.   

Selain ganja dan minuman keras, Belanda juga dikenal sebagai negara yang membolehkan prostitusi. Kalau kita jalan-jalan, utamanya malam hari, kita akan mendapati aquarium berisi perempuan nonik-nonik Belanda yang cantik dan menjadi pekerja seks komersil. Prostitusi di Belanda termasuk yang terbesar di dunia.  Di Amsterdam, nuansa prostitusi berkelas dunia bisa didapati di Red Light District. Kawasan prostitusi lain adalah De Wallen, kawasan di sebuah kota tua Amsterdam dengan lokasi prostitusi terbesar dan tertua di dunia, Di Belanda, prostitusi sudah legal sejak tahun 1811. 

Prostitusi memang dilegalkan di negeri ini. Hanya saja, prostitusi dikawal ketat keamanannya sehingga minim terjadi kriminalitas. Jika ada ‘pelanggan yang macam-macam’, mereka langsung ditangkap polisi. Demikian juga, mereka diberi perlindungan kesehatan yang memadai. Posisi pekerja seks ini legal di bawah  pemerintah Amsterdam. Mereka membayar pajak, sehingga privasi pekerja seks tetap terjaga dengan baik.

Pornografi adalah hal lain yang dilegalkan di negeri kincir angin. Kalau kita jalan-jalan ke Central Stasiun Amsterdam, kita akan menjumpai gambar-gambar vulgar laki dan perempuan telanjang. Tertulis disana museum sex dan pornografi. Beberapa museum berjejer dengan rapi di tempat ini. Ini karena Belanda melegalkan pornografi.  

Tidak hanya pornografi. Belanda juga melegalkan aborsi (pengguguran anak). Artinya, negeri ini membolehkan aborsi dilakukan secara resmi oleh warganya. Tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti Indonesia, aktivitas aborsi legal dan diperbolehkan di negeri kincir angin tersebut. 

Dan satu hal yang paling kontroversi. Belanda juga melegalisasi pernikahan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). “Di sini, teman saya ada yang nikah sesama laki-lakinya, prof. Itu terjadi saat ospek di kampus”, kata seorang mahasiswa di Waginengin University, Belanda. Belanda dikenal sebagai negara pertama yang melegalkan pernikahan sejenis di dunia. Jika Anda menjumpai logo pelangi, maka itu adalah petanda mereka yang pro LGBT. Di koridor student housing, meski tidak semua, mereka bebas melakukan ‘hubungan’ suka sama suka diantara mereka.

Sebagai muslim, tentu ini tantangan baru. Muslim di negeri Belanda pasti akan menjumpai hal-hal demikian ini. Bagaimana sikap seorang muslim? Minimal, seorang muslim harus ingkar dengan qalbu mereka sebagai bentuk tindakan amar ma’ruf nahi mungkar. Sembari ajak-ajak melakukan kebaikan dengan dakwah Islam juga dapat terus dilakukan agar orang menjauhi hal-hal dilarang agama ini dalam kehidupan mereka.  *** (Bersambung)

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.