Categories
Berita

Fatayat NU Jember Gelar Maulid Nabi di Unej, Ribuan Jamaah Perempuan Khusuk Dengarkan Taushiyah Ustadzah Halimah Alaydrus

Jember, NU Online

Pada Kamis, 4 September 2025, tidak biasanya Auditorium Universitas Jember penuh sesak oleh ribuan  jamaah perempuan. Mereka hadir pada pengajian akbar bersama Ustazah Halimah Alaydrus dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pengajian akbar ini diselenggarakan oleh PC Fatayat NU Jember bekerja sama dengan Pemkab Jember dan PP Al-Inaroh Jenggawah Jember.  

Dalam sambutannya, istri Bupati Jember, Ghyta Eka Puspita –sering disebut Ning Ghyta, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan untuk membumikan sholawat di masyarakat Jember.

“Acara ini sungguh luar biasa. Semoga acara ini menjadi barokah dan berkah kepada Jember baru Jember maju” sesuai dengan temanya Resolusi Cinta Membangun bangsa dengan cahaya al- Musthofa. Saya minta meminta doa para jamaah agar mendokan Gus Fawait sehat dan amanah dalam menjalankan pemerintahan. Kami mendukung setiap kegiatan  untuk membumikan sholawat”, ujar Ning Ghyta yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jember 2024-2029.

Sementara itu, penceramah pengajian utama, Ustadzah Halimah Alidrus dalam acara ini mempertegas dan memperluas maksud tema yang diusung panitia. Selain itu, Ustadzah Halimah menyampaikan empat hal penting untuk seorang perempuan muslim.

“Pada maulid nabi, mari pertama kita meninggalkan dosa. Misalnya dengan menggunjing, adu domba, dan sebagainya.  Karena dosa akan membuat hina pelakunya. Jadi tidak kemana-mana, namun kembali hanya kehinaan pada diri sendiri”, ujar Ustadzah Halimah.

Lebih lanjut, ustadzah Halimah menyebut yang kedua yaitu mengerjakan ketaatan. Salah satu mengerjakan ketaatan adalah dengan menjaga sholat perempuan muslimah dan anggota keluarganya. Setiap mengerjakan ketaatan berarti dia telah mengambil cahaya Nabi Muhammad sekaligus mengambil cinta Allah Swt.

Ketiga, mari bersihkan hati sebab nilai kita terdapat pada hati (kalbu). Kalau hati kita bersih, tenang, dan damai, maka akan menjadi nyaman semuanya. Kalau hatinya kotor, maka akan keruh semuanya. Sungguh tidak ada yang bisa menjaga hatimu, selain dirimu sendiri. Oleh karena itu, hindari su’udlan ”, jelas Ustadazh Halimah didengarkan ribuan jamaah dengan penuh khusuk dan khidmah.  

Keempat, ustadzah Halimah mengajak perempuan muslimah untuk cinta kepada nabi muhammad melalui hatinya.

“Kalau hati kita dekat dan punya cinta pada Nabi Muhammad, maka Nabi akan menyayangimu. Tidak hanya itu. Nabi juga akan membelamu dari dunia sampai di akhirat ”, katanya.

Sementara itu, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, MHI, Wakil Ketua II PC Fatayat NU Jember, mengatakan bahwa pengajian akbar ini adalah progam unggulan bidang dakwah Fatayat NU Jember.

“ Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar. Kegiatan ini adalah program unggulan Bidang Dakwah PC Fatayat NU kerja sama dengan Pemkab dan Al-Inaroh. Oleh karena itu, terima kasih pada bupati dan Ibu Nyai Masrurah yang support sehingga lancar. Terima kasih pada penanggung jawab, yaitu Ning Wahida. Juga Ketua Panitia Ning Hulwa dan tim semuanya ”, tegasnya Ibu Nyai  Robiatul Adawiyah yang juga Pengasuh PP. Darul Hikam Mangli Jember.  

Sementara, Ketua Panitia, Ning Rifqi Qonita Hulwana mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu susksesnya acara.

” Dibalik suksesnya acara ini tentunya dengan kerja sama tim panitia yang luar biasa. Sekali lagi terima kasih. Karena mereka telah perlu mengorbankan tenaga waktu dan fikiran dalam acara ini”, kata Ning Hulwa.

Selain itu, Rifqi Qonita Hulwana juga berkali kali memohon maaf  kepada seluruh para jamaah yang hadir jika keberatan dengan peraturan yang berlaku. “Semoga ke depan akan lebih baik lagi”, katanya Ning Hulwa yang sedang kuliah S2 di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Acara peringatan maulid Nabi SAw berjudul “Resolusi Cinta: Membangun Bangsa dengan Cahaya Al Musthofa” itu sukses menghadirkan lebih dari 6.000 jamaah dari berbagai daerah di Jawa Timur.  

Para tokoh perempuan hadir: Nurul Hidayati, S.Pd,I (Ketua PC Fatayat NU Jember), Ibu Nyai Kamilah Rosyidi (Ketua Muslimat NU), Prof. Dr. Mukniah, M.Pd..I (Guru  Besar UIN Jember), Ibu Nyai Masruroh Ahmad (PP Al Inaroh), Ibu Nyai Solihah (Ibunda dari Ibu Nyai Masruroh Ahmad), Ning Ilut (Ketua BNN Jember) dan Ibu Nyai Kamalia (Pembaca Doa).

Selain dihadiri kader Fatayat dan Muslimat NU, pengajian akbar ini juga melibatkan akademisi, ibu nyai pesantren, tokoh pengusaha, dan konten kreator. Acara ini juga diramaikan dengan sejumlah brand lokal seperti Kedai Forrest, Ajeeba, Pitexku, Dira Cafe, CV. Sinar Jaya, Rikas Cosmetic, Personal Beauty, dan Nafas Collection. Semuanya turut memberikan dukungan.

Reporter: Iklil Naufal Umar
Editor: Wildan Rofikil Anwar

Categories
Berita

Bedah Buku “NU dan Diaspora Indonesia di Bumi Sakura”, Prof. Haris Soroti Budaya Malu Jepang

World Moslem Studies Center (Womester) bersama Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Jepang menggelar bedah buku NU dan Diaspora Indonesia di Bumi Sakura secara daring, Jumat, 5 September 2025 jam 18.30-20.30 WIB,. Acara ini menjadi rangkaian Konfercabis III PCI NU Jepang yang digelar 13-14 September mendatang.

Bedah buku menghadirkan penulis sekaligus Direktur Womester, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. Sementara, hadir sebagai pembanding, Ketua PCI NU Jepang, Kiai Achmad Gazali, Ph.D. Para pengurus PCI NU Jepang; Gus Miqdam Musawa (Wakil Ketua), Pak Kristian (Wakil Ketua), Ust Indra (Sekretaris), Masendra (Ketua Panitia Konfercabis III), dan beberapa Ketua MWCI NU serta warga NU di Jepang juga hadir dalam acara tersebut.

Sementara dari Womester, hadir juga KH. Cecep Romli (Deputi), Abd. Kamil Rizani (Sekretaris), Muchimah, MHI, Abdur Rauf, MH, M. Irwan Zamroni, MH, Wildan Rofikil Anwar, MH., MT Haris, MH dan sebagainya. Para tokoh juga hadir misalnya Dr. KH. Heri Kuswara (Instruktur Nasional PD PKPNU dan PMKNU) dan Dr Ikhwanudin (Asesor Ma’had Aly se-Indonesia).

Dalam buku ini, Prof. Haris menekankan pentingnya belajar dari kehidupan masyarakat Jepang yang mayoritas non-Muslim namun mampu mengamalkan nilai-nilai universal yang sejalan dengan ajaran Islam. Salah satunya adalah budaya menjaga kebersihan.

“Tokyo termasuk salah satu dari tujuh kota terbersih dunia. Hampir tidak ditemukan sampah sedikit pun. Ini sangat ironis jika dibandingkan dengan negara Muslim seperti Bangladesh yang justru termasuk negara paling kotor di dunia, padahal Islam mengajarkan an-nadhafatu minal iman,” ujar Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Prof. Haris menambahkan, di Indonesia ajaran tentang kebersihan sering dipajang di ruang publik, tetapi praktiknya masih jauh dari harapan. Di kota-kota kita, hadits itu sering dipampang, tapi sampah tetap berserakan, kata Prof. Haris yang juga Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember Periode 2019-2023.

Lebih jauh, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur itu menyoroti prinsip hidup masyarakat Jepang, hito ni meiwaku o kakenai, yang berarti tidak merugikan orang lain. Prinsip ini diterapkan sejak anak-anak hingga kehidupan sehari-hari di ruang publik.

“Di kereta cepat Shinkansen, suasana selalu hening. Tidak ada kebisingan yang mengganggu. Anak-anak sejak dini diajari untuk tidak menyusahkan, tidak mengganggu dan juga tidak mendzalimi orang lain. Dalam kereta api shinkansen, saya telpon keluarga di Indonesia langsung didatangi polisi”, jelas Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan (KP3) MUI Jawa Timur.

Ia kemudian membandingkan dengan fenomena ‘merugikan orang lain’ di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, dengan maraknya penggunaan sound horeg atau pengeras suara dengan volume tinggi yang memicu pro dan kontra di masyarakat.

Selain itu, Prof. Haris menekankan pentingnya budaya malu atau haji no bunka yang menjadi bagian integral dalam kehidupan orang Jepang. Mereka malu membuang sampah sembarangan, malu tidak antre, malu berbohong. Bahkan para pejabat pun malu jika tidak amanah, hingga lebih memilih mundur ketika terjerat kasus. Padahal, Islam punya al hayau minla iman, bahwa malu itu sebagian dari iman, tegasnya.

Prof. Haris juga menyampaikan geliat NU Jepang yang luar biasa.”Di Negeri Sakura ada kota Koga yang menjadi ‘Jombang’nya Jepang. Pusat gerakan NU Jepang di Koga. Tepatnya di Masjid NU at Taqwa Koga. Kita menyaksikan yang hidup di negeri sakura; ada lima belas MWCI NU dari 47 prefektur (propinsi) di Jepang. Semuanya hidup”, ujar Prof Haris yang sudah keliling 22 negara dunia.

Sementara itu, Kiai Achmad Gazali, Ph.D. sangat mengapresiasi buku ini. “ Ini buku yang saya rekomendasikan dibaca oleh orang Indonesia maupun orang Jepang. Buku ini juga mengalir, mudah dibaca, dan dapat dinikmati semua kalangan”, ujar alumni UIN Maliki Malang.

Meski ada sedikit masukan –misalnya jumlah MWCI NU sudah 17 hingga sekarang–, menurut Achmad Gazali, Ph.D, buku ini bisa menjadi teladan bagi umat Islam dan NU. “ Yang menarik dalam buku ini, Prof. Haris selalu mengkaitkan ini dengan Islam dan Indonesia. Saya kira, ini catatan penting untuk kita semua. Apalagi ini buku yang beliau tulis saaf safari Ramadlan di Jepang 1-15 Maret 2025 yang lalu. Hanya lima belas hari sudah jadi buku. Saya tujuh tahun di sini, tapi belum menulis buku tentang Jepang”, tukas Kiai Achmad Gazali, Ph.D.

Acara yang dimoderatori Alnus Meinata, M.Sc. (Ketua Lakpesdam PCI NU Jepang) dihadiri hampir seratus peserta dari Indonesia, Jepang dan berbagai negara dunia. Diskusi berlangsung interaktif dan mendapat antusiasme peserta hingga tak terasa sudah dua jam lebih.

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Akhmad Kamil Rizani

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Lazawa Darul Hikam Ikut Sukseskan Road to FeSyar Samara 2025 di Bondowoso

Bondowoso – Lembaga Zakat dan Wakaf (Lazawa) Darul Hikam turut ambil bagian dalam acara Road to Festival Syariah (FeSyar) Semarak Ekonomi Syariah Sekarkijang (Samara) 2025. Acara digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jember bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bondowoso pada 29-31 Agustus 2025, di Alun-Alun Raden Bagus Assra, Bondowoso.

Mengusung tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Regional”, acara ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari kalangan pemerintah daerah, lembaga keuangan, akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat umum, semuanya dilibatkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Jawa Timur, khususnya di wilayah Sekarkijang (Eks Karesidenan Besuki dan Lumajang).

Salah satu agenda utama dalam gelaran tersebut adalah pembukaan Gerai Ziswaf & Sertifikasi Halal. Gerai ini menjadi pusat layanan yang ditujukan bagi masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sejumlah lembaga turut hadir membuka layanan, di antaranya Lazawa Darul Hikam, Baznas Bondowoso, Wakaf RIZKI, serta Halal Center Universitas Jember.

Di Gerai Ziswaf & Sertifikasi Halal, masyarakat mendapatkan berbagai layanan pendukung. Layanan tersebut antara lain konsultasi mengenai zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF), showcase produk binaan lembaga amil zakat, konsultasi perizinan dan sertifikasi halal, hingga pendampingan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikat halal, baik melalui jalur self declare maupun reguler. Tak hanya itu, juga tersedia konsultasi pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) halal untuk mendukung keberlanjutan usaha masyarakat.

Kepala KPwBI Jember, Gunawan, menegaskan komitmen Bank Indonesia dalam mendorong ekonomi syariah di daerah. “Potensi besar industri halal dan sistem keuangan syariah dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, baik regional maupun nasional,” ujarnya.

Nazhir Lazawa Darul Hikam, M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC, menambahkan, partisipasi lembaganya dalam FeSyar adalah bentuk kontribusi nyata bagi masyarakat Bondowoso. “Kami hadir untuk memberikan layanan ZISWAF dan berterima kasih kepada KPwBI Jember atas kesempatan ini. Kami yakin kegiatan ini akan mendorong ekonomi syariah di daerah,” ungkapnya.

Irwan yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember menambahkan, kegiatan semacam ini tidak hanya memberi manfaat bagi pelaku UMKM yang membutuhkan legalitas usaha dan sertifikasi halal, tetapi juga membuka ruang sinergi antar-lembaga. Dengan adanya kolaborasi antara lembaga zakat, pemerintah, dan perbankan, penguatan ekonomi berbasis syariah di daerah diharapkan semakin kokoh.

“Partisipasi Lazawa Darul Hikam bersama lembaga lainnya menjadi bukti nyata bahwa ZISWAF dan industri halal memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Momentum ini diharapkan tidak hanya menjadi seremonial semata, melainkan berlanjut pada penguatan ekosistem ekonomi syariah yang berdaya saing di Bondowoso dan sekitarnya,” jelasnya.

Direktur Lazawa Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC, menyatakan dukungannya terhadap penyelenggaraan Road to FeSyar Samara 2025. Ia menegaskan bahwa Lazawa siap menjadi bagian dari ekosistem syariah yang dibangun bersama berbagai pihak.

“Sebagai direktur, kami mendukung penuh kegiatan Bank Indonesia karena ini bagian dari ekosistem syariah yang harus dibangun bersama-sama. Lazawa Darul Hikam sebagai lembaga filantropi Islam juga berkomitmen mendukung bangunan ekonomi syariah, agar setiap elemennya dapat berperan dan berkontribusi dalam memajukan ekonomi umat,” ujar Prof Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur menambahkan, sinergi antar-lembaga sangat penting untuk memperkuat ekonomi syariah di daerah. “Ke depan, kami ingin lebih bersinergi lagi dengan BI Jember dan lembaga lainnya untuk memajukan ekonomi syariah, khususnya di wilayah Sekarkijang dan umumnya di Indonesia,” pungkasnya.

Reporter : Achmad Muthiurrahman
Editor : Wildan Rofikil Anwar

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Fokus Masjid Ramah Lansia dan Difabel, Lazawa Darul Hikam Kembali Salurkan Wakaf Kursi di Kediri

Media Center, 28 Agustus 2025

Lazawa (Lembaga Zakat dan Wakaf) Darul Hikam terus gencar dengan gerakan masjid ramah lansia dan difabel. Buktinya, pada Kamis 28 Agustus 2025, lembaga filantropi kebanggaan umat Islam ini kembali membagikan wakaf  kursi sholat di Jawa Timur. Wakaf kursi adalah salah satu program unggulan Lazawa Darul Hikam yang inovatif. Program wakaf ini juga yang membedakan Lazawa Darul Hikam dengan lembaga filantropi yang lain.

Fokus penyaluran wakaf kursi hari itu adalah Masjid Al Falah di Jalan Dahlia Raya RT 14 RW 07 Perumnas Ngronggo Kota Kediri. Lazawa Darul Hikam membagikan 10 kursi wakaf pada Masjid Al Falah Ronggo Kediri. Hadir pada kesempatan itu Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I (Direktur), Robiatul Adawiyah, SHI, MH (Bendahara) dan Muthirrahman, SH (Divisi Media). Sementara dari pihak Masjid Al Falah hadir Dr.  H. Mu’min Firmahsyah, MHI (Ketua Takmir) dan Arif (Bendahara). Sementara, hadir puluhan ibu-ibu jamaah pengajian yasin tahlil Masjid al Falah yang dipimpin Bunda Yasin.

Ketua Takmir, Dr.  H. Mu’min Firmahsyah, MHI, pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. “ Terima kasih Prof. Haris dan Tim Lazawa Darul Hikam atas pemberian wakaf kursi sholat ini. Kami mohon maaf ,karena masjid kami baru dibangun. Tapi justru ini sekaligus untuk menjadian masjid kami sebagai Masjid Ramah Lansia dan Difabel. Mimpi kami selaras dengan program Lazawa Darul Hikam”, kata Dr. H. Mu’min Firmansyah yang juga Dosen Universitas Islam (UIN) Negeri Syekh Wasil Kediri.

Sementara, Prof. Haris menyampaikan tentang program wakaf kursi Lazawa Darul Hikam. “Alhamdulillah, kami sudah keliling Jawa Timur dengan program unggulan kami. Ini yang kelima kalinya kami berkunjng ke Jawa Timur dengan program praying chair. Lima kota itu adalah Jember, Bondowoso, Lumajang, Malang dan sekarang Kediri”, kata Prof. Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur.

Harapannya, lanjut Prof. Haris, gerakan Masjid Ramah Lansia dan Difabel menjadi konsen umat Islam di Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. “ Kami berharap Masjid Al Falah ini bisa menjadi pioner sebagai Masjid Ramah Lansia dan Difabel yang bisa dituru oleh masjid-masjid yang lain di Kediri. Apalagi sebagian bangunannya sudah ramah lansia dan difabel”, tukas Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan (KP3) MUI Jawa Timur.

Selain itu, Prof. Haris juga mendorong ibu-ibu pengajian yasin dan tahlil untuk ikut andil dan berbagi dengan wakaf. “Selain zakat dan infak, ibu-ibu dapat mengalokasikan anggaran untuk wakaf. Misalnya Wakaf Pembangunan Masjid Al-Falah agar ke depan dapat lebih makmur lagi”, ujar Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Terkahir, Prof. Haris meminta doa agar lembaganya dan para donaur diberi kesehatan dan kelimpahan rizki. “Dan yang terakhir, saya minta doa. Agar Lazawa Darul Hikam semakin besar dan terasa manfaatnya pada masyarakat. Juga para donatur; semoga diberi kesehatan, kemudahan rizki dan kelancaran karir serta usahanya”, tukas Prof. Haris menutup sambutan.

Acara dimulai jam 16.00 dan diakhiri jam 17.00. Acara ditutup dengan doa dan dengan foto bersama Lazawa Darul Hikam, Takmir Masjid Al Falah dan jamaah pengajian Yasin dan Tahlil Masjid al-Falah Ngronggo Kediri.

Reporter: Muthiurrahman
Editor: M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita

Kolaborasi Fakultas Syariah UIN Syeikh Wasil Kediri, Womester Gelar Bedah Buku Pedoman Fikih di Luar Negeri

Kediri – World Moslem Studies Center bekerja sama dengan Fakultas Syariah UIN Syekh Wasil Kediri menggelar acara bedah buku “Pedoman Fikih di Luar Negeri”. Acara bedah buku diselenggarakan di Ruang Peradilan Semu Fakultas Syariah UIN Syekh Wasil Kediri pada Kamis 28 Agustus 2025 jam 10.00 – 12.00 WIB.

Hadir dalam kegiatan tersebut penulis buku yang juga narasumber;  Direktur Womester (Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC), Ketua Tanfidziyah PC NU Kabupaten Kediri (KH. Muhamad Makmun Mahfudz), Dosen UIN Syeikh Wasil Kediri (Dr Husnul Yaqin) dan  Dekan Fakultas Syariah UIN Syekh Wasil Kediri (Dr. H. Khamim).  Selain juga dihadiri Warek I UIN Syeikh Wasil, Dr. H. Subakir, puluhan dosen hadir memenuhi undangan sebagai peserta acara bedah tersebut.

Dalam sambutannya, Dr. H. Subakir menyampaikan terima kasih pada Fakultas Syariah, Womester dan PCNU Kab Kediri. “Mewakili rektor UIN Syeikh Wasil, saya mengucapkan terima kasih pada semua pihak. Ini kegiatan yang menarik. Apalagi temanya Pedomna Fikih di Luar Negeri. Bagaimana para dosen UIN Syeikh Wasil ini keluar negeri ke depan. Karena tahun ini tidak bisa berangkat sebab efisensi. Doakan saya. Insyaallah Oktober ini ke Belanda dan tiga negara Eropa, meski bukan dana dari kampus”, kata Dr H Subakir yang juga pengurus MUI Jawa Timur.

Nara sumber bedah buku, Prof. Haris menyampaikan bahwa belum adanya buku saku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam praktik hidup keseharian berislam terutama bagi diaspora Indonesia di luar negeri menjadi latar belakang utama penulisan buku ini. Secara umum, Harisudin menyampaikan prinsip-prinsip pedoman fikih yang berkaitan erat dengan problematika kehidupan muslim di negara minoritas.

“Segmen buku ini adalah para diaspora Indonesia di luar negeri; student, pekerja migran Indonesia, orang yang bekerja di kedutaan, dan lain sebagainya. Jadi dikemas dalam buku sederhana yang mudah dipahami banyak orang. Kalau buku saya Fikih Aqalliyat versi akademis, kami buat lebih tebal dan tentu saja serius sekali”, ujar Prof. Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur.

Dalam pandangan Prof. Haris, dua puluh masalah yang terdapat dalam buku Pedoman Fikih Luar Negeri adalah masalah riil yang dihadapi diaspora Indonesia di luar negeri.

“Mereka menghadapi masalah yang berbeda dengan kita yang ada di Indonesia. Misalnya najis mughaladzah yang sulit dipraktikkan di negara minoritas muslim seperti Hongkong, Taiwan, Jepang dan sebagainya. Sehingga kami mengambil qaul cara bersucinya salah satunya tidak dengan dicampur dengan debu, namun dengan sabun”, ujar Prof. Haris yang juga Ketua Komisi, Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Pembedah buku ini, KH. Muhamad Makmun Mahfudz menyampaikan apresiasi yang mendalam atas terbitnya buku ini. Dengan lahirnya buku ini, KH Makmun berharap ada pendampingan terutama kepada para pekerja migran Indonesia mengingat implementasi fikih ini hanya berlaku di luar negeri dengan konteks fikih minoritas.

“Saya hanya memberi masukan. Menurut saya, perlu ada pendampingan, bagaimana keadaan Islam di luar negeri bisa menjadi ideal di masa yang akan datang”, ujar KH. Makmun yang juga salah satu Pengasuh Pondok Ploso Kediri.

Sementara itu, pembedah buku yang lain, Dr. Husnul Yaqin juga menyambut baik hadirnya buku ini. Lebih lanjut ia berharap adanya penyusunan buku fikih lokalitas mengingat adanya beberapa daerah di Indonesia dengan jumlah komponen masyarakat muslim sebagai minoritas.

“Kita juga harus memahami bahwa praktik keagamaan di daerah minoritas seperti Manado, Toraja, Ambon, dan Papua hanya sekitar lima persen muslimnya. Ini juga sangat perlu penyusunan fikih lokalitas,” kata Dr. Husnul Yaqin yang pernah hidup belasan tahun di Papua.

Diskusi berlangsung dengan menarik disertasi tanya jawab yang gayeng menjadikan waktu dua jam  bedah buku terasa kurang. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, Dekan Fakultas Syariah UIN Syeikh Wasil, Dr. H. Khamim berharap bahwa ilmu fikih dapat semakin dipahami oleh para muslim serta menjadi pedoman praktis khususnya bagi para diaspora muslim di luar negeri. Semoga.(/**)

sumber : https://jurnal9.tv/kolaborasi-fakultas-syariah-uin-syeikh-wasil-kediri-womester-gelar-bedah-buku-pedoman-fikih-di-luar-negeri/