Categories
Kolom Pengasuh

Negara, Mafia dan Penaklukan Yakuza

Oleh M. Noor Harisudin*

Direktur Womester, Guru Besar UIN Jember dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025

Ketika di Jepang, saya merasakan benar bagaimana keamanan dan ketertiban menjadi harga mati disini. Rumah yang tidak dikunci, sepeda motor yang diparkir di luar meskipun malam hari, dan keamanan lain yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jangan bandingkan dengan negeri konoha yang barang-barangnya mudah raib di tempat umum. Di negeri konoha juga, rumah harus dikunci rapat agar tidak kemalingan.

Ini yang menjadi bahan diskusi saya dengan Wakil Konjen Jepang di Surabaya, Mr. Ishi. Yaitu tentang eksistensi mafia Jepang bernama Yakuza. Sementara, kita tahu kalau Jepang negaranya sangat aman.

“Yakuza sudah ditaklukan oleh polisi negara. Dulu mereka pernah kuat, namun lalu ditaklukkan oleh negara,” jawab Mr. Ishi ketika makan siang bersama di Tunjungan Plasa Surabaya.

Ya. Anda yang suka film Jepang, pasti Anda tidak melewatkan film seperti Samurai dan Mafia Yakuza. Mafia Yakuza memang dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Istilah Yakuza (やくざ atau ヤクザ) berasal dari angka 8-9-3. Tiga angka sial ini dalam bahasa Jepang disebut Yakuza. Yakuza merupakan organisasi kriminal terorganisir dari Jepang. Mereka juga dikenal sebagai gokudō atau “jalan ekstrem”. Yakuza memiliki sejarah panjang Jepang.

Secara historis, Yakuza sendiri muncul pad abad ke-17. Mereka muncul dari kelompok marginal sepeti bakuto (penjudi), tekiya (pedagang keliling) dan samurai yang tidak memiliki majikan (ronin). Dengan demikian, Yakuza identik juga dengan bakuto dan tekiya.

Pemerintah Jepang pernah menggunakan Yakuza untuk menggerakkan nasionalisme di masa lalu. Bahkan, Yakuza juga dilibatkan pemerintah Jepang dalam pendudukan Manchuria dan Tiongkok di tahun 1930-an. Mereka berhasil merebut Manchuri dan Tiongkok dan sebagai imbalan mereka mendapat hak monopoli.

Setelah berhasil menyerang Pearl Harbor, militer Jepang lalu mengambil alih kendali kekuasaan Yakuza. Para anggota Yakuza diberi pilihan; bergabung menjadi tentara atau masuk penjara. Pamor Yakuza tenggelam saat itu.

Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Lalu muncul Yoshio Kodame yang mempersatukan para anggota dalam satu organisasi Yakuza. Yosho Kodame sendiri merupakan seorang eks militer dengan pangkat terakhir admiral muda. Usianya saat itu baru 34 tahun.

Singkat kata, Yoshio Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-gumi dan Tosei-kai. Yakuza semakin bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-1963. Saat itu, Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Pun bahwa Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.

Namun, yang menarik, Yakuza kini berada di bawah kendali pemerintah Jepang, meski keberadaan mafia ini legal (resmi). Tidak sama dengan mafia Italia yang rahasia, keberadaan dilindungi konstitusi Jepang. Selain itu, mafia ini ini juga memiliki etika. Aneh, mafia melakukan kejahatan tapi masih ‘beretika’.

Satu hal lagi. Seperti dikatakan Mr Ishi, mafia yang ditakuti ini tidak bisa berbuat sembarangan berada di Jepang. Tajinya sudah tidak ada. Mereka di bawah kendali Kaisar Jepang. Toh demikian, beberapa kasus korupsi di kalangan pejabat Jepang di masa kini disinyalir terkait dengan Yakuza. Termasuk beberapa kejatahan dalam perjudian, minuman keras, pembunuhan dan yang lainnya.

Wallahualam. ***