Categories
Kolom Pengasuh

NU, Pesantren Internasional dan Aswaja di Jepang

Oleh: M. Noor Harisudin*

*Direktur Womester, Guru Besar UIN KHAS Jember dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025

Koga di prefektur Ibaraki Jepang bukan hanya menarik karena masjid NU-nya, namun juga menarik karena Pesantren NU at-Taqwa. Ya. Namanya Pesantren NU at-Taqwa. Saya lebih senang menyebutnya dengan ‘Pesantren Internasional NU at-Taqwa’. Mengapa? Karena ini pesantren secara di bawah PCI NU Jepang. Ownernya adalah PCI NU Jepang. Satu hal lagi, pesantren ini berada di luar negeri Jepang sehingga kita layak menyebutnya pesantren internasional.

Seminggu setelah sampai di Koga, saya diajak ke Pesantren NU at-Taqwa. Saya dua kali diajak beberapa pengurus NU ke pesantren ini. Lokasinya berada di tengah sawah. Lumayan agak jauh dari pemukiman penduduk. Bangunan pesantren NU at-Taqwa disesuaikan dengan gaya arsitektur Jepang pada umumnya.

Pesantren ini berjarak hampir 7 km atau 10 menit dari Masjid NU at-Taqwa Koga. Pesantren ini dibangun di atas tanah seluas 911 meter persegi. Bangunan dan lahan pesantren menghabiskan dana 7,822,060 yen. Pada tanggal 4 Mei 2024, Dubes RI di Jepang, Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama di Jepang ini. KH. Masyhuri Malik, KH. Miftah Faqih, dan Dr. KH. Moh. Faisal serta lima orang rombongan lainnya dari PBNU ikut menyaksikan peresmian ini di Koga Jepang.

Selain memiliki halaman luas, bangunan pesantren megah berdiri kokoh. Ada ruang pertemuan ber AC, 1 kamar tidur, 1 dapur, 2 toilet dan 1 kamar mandi serta beberapa kran wudlu. Selain itu, ada panggung pementasan, gudang, halaman yang luas. Juga parkirnya luas sekali. Dalam kamar mandi terdapat air panas. Jika Anda ke Jepang khususnya saat musim dingin, pastikan menggunakan air panas.

Dulu banyak orang Jepang masih tidak suka dengan pesantren. Ketika awal membangun pesantren misalnya, orang Jepang banyak juga yang usil. “Kaca pesantren pecah. Beberapa orang merusak perkakas seperti kipas angin, meja, kursi, atap, dan dapur. Lalu kami lapor pada kepolisian. Akhirnya, berhenti dan aman hingga sekarang”, kata Gus Gazali, pengasuh Pesantren NU at-Taqwa yang juga Ketua PCI NU Jepang.

Lalu apa saja kegiatan pesantren NU at-Taqwa? “Kita sering sholawatan di sini, “ kata Gus Gazali pada saya, Dalam setahun, sudah tiga kali diadakan kegiatan besar di sini. “Festival hadrah dan sholawatan di sini”, lanjutnya. Dalam festival hadrah, MWCI NU se Jepang ikut berpartisipasi. Sehingga orang tumpek brek di sini. Keren ya. Di negeri Sakura ada festival hadrah. Tentu bukan hal yang mudah.

Untuk meramaikan acara festival, maka dibuka bazar dengan stand-stand, Stand ini membayar konstribusi pada panitia. “Ada 10 stand yang berbayar dan hasilnya dapat digunakan untuk mensupport penyelenggaraan acara” , kata Kang Dayat, Ketua MWCI NU Ibaraki Jepang. Walhasil, semua berjalan semarak. Apalagi acara berlangsung hari minggu dimana orang NU Jepang libur. Ramai dan seru.

Bagaimana di negeri ‘tidak beragama’ dibolehkan acara keagamaan di pesantren ini? Tentu, ijin pada pihak yang berwenang adalah sebuah kewajiban. “di Jepang kita tidak boleh gaduh. Maka acara seperti kita ini harus ijin pada pihak kepolisian”, kata Gus Gazali pada kami.

Kini, pesantren NU at-Taqwa telah rutin mengadakan TPQ untuk anak-anak. Ada 17 anak yang resmi menjadi santri TPQ NU at-Taqwa. Setiap akhir pekan, mereka mengaji al-Qur’an di Pesantren NU at-Taqwa. Para pengajar berasal dari PCI NU Jepang. Misalnya Alnus Meinata, Ibu ade dan lain sebagainya.

“Mereka bukan hanya mengaji al-Qur’an, namun juga diajari aswaja sejak kecil”, lanjut Gus Gazali pada kami. Di tengah Pendidikan Jepang yang mengabaikan agama, pesantren NU at-Taqwa hadir menjadi oase pendidikan keagamaan berbasis nilai-nilai keaswajaan. Kelak, anak-anak ini yang akan meneruskan perjuangan menancapkan bendera aswaja di bumi Sakura.

Pengurus PCI NU Jepang berharap pesantren ke depan lebih maju. Misalnya ada pendidikan formal kerja sama dengan KBRI Tokyo. Sehingga terasa benar manfaat pesantren ini pada masyarakat NU di Jepang. Meski hal demikian tidak mudah, karena umumnya anak-anak orang NU di Jepang sudah berada di sekolah formal Jepang.

Salah satu tema yang dibahas dalam acara Konfercabis III PCI NU Jepang pada 13-15 September 2025 ini adalah keberlanjutan pesantren. Bagaimana legacy yang luar biasa ini dapat diteruskan oleh para pengurus selanjutnya. Bahkan menjadi legacy yang lebih maju di masa-masa yang akan datang. Semoga.

Wallahu’alam. ***

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Santunan Anak Yatim, Lazawa Darul Hikam Launching Majelis Taklim Padang Ati

Jember – Suasana haru dan khidmat menyelimuti halaman Pondok Pesantren Darul Hikam Putra Ajung pada Kamis sore (24/7), saat Lembaga Zakat dan Wakaf (Lazawa) Darul Hikam menggelar kegiatan Santunan Anak Yatim sekaligus Launching Majelis Taklim Padang Ati. Acara yang dimulai selepas Ashar itu dihadiri oleh 20 anak yatim beserta para pendamping nya, pengurus Lazawa Darul Hikam, Kepala Dusun Klanceng, para mahasantri, serta perwakilan donatur.

Ketua panitia kegiatan, M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC. dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kasih sayang dan kepedulian nyata terhadap anak-anak yatim.

“Ini adalah ajaran langsung dari Rasulullah SAW, yang selalu memuliakan anak yatim. Kita percaya bahwa berbagi bukan hanya mempererat tali persaudaraan, tapi juga menjadi wasilah untuk membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan,” ujarnya penuh semangat.

Irwan juga menambahkan bahwa Lazawa Darul Hikam senantiasa hadir di tengah-tengah anak yatim, tidak hanya di momentum seperti ini. “Seperti bulan Ramadan lalu, kami mengajak anak-anak yatim belanja baju lebaran di Roxy Square Jember. Kami ingin mereka merasakan kebahagiaan yang sama seperti anak-anak lainnya,” tuturnya.

Direktur Lazawa Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung program ini. “Terima kasih kepada para donatur yang telah mengulurkan tangan. Semoga Allah memudahkan rezeki Anda, melancarkan urusan, memberi kesehatan dan keberkahan hidup,” ungkapnya dengan tulus.

Prof. KH. Haris juga memberikan motivasi langsung kepada anak-anak yatim yang hadir. “Adik-adik semua, jangan pernah merasa kecil atau minder. Masa depan kalian ada di tangan kalian sendiri. Teruslah belajar, semangat, dan jangan bergantung pada siapa pun selain Allah SWT. Kunci kesuksesan itu ada pada kerja keras dan doa,” Ujar Prof. KH. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Dalam kesempatan tersebut, beliau juga secara resmi meluncurkan Majelis Taklim Padang Ati, sebuah forum dakwah yang akan menjadi media syiar Islam baik di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional.

“Majelis ini insyaallah akan menjadi cahaya dakwah. Seperti yang sudah kami lakukan di Jepang, Belanda, Jerman, Australia, Selandia Baru, Hongkong, Malaysia, Taiwan dan beberapa negara lain, kini kami hadir kembali untuk memperkuat basis dakwah khususnya di tanah air,” terang Prof. KH. Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur.

Rangkaian acara ditutup dengan pembacaan Yasin dan Tahlil secara bersama-sama, yang berlangsung dalam suasana penuh khidmat dan kekeluargaan. Para peserta tampak larut dalam kekhusyukan doa, menyatukan harapan agar anak-anak yatim mendapat tempat terbaik dalam kehidupan, serta agar Majelis Taklim Padang Ati menjadi wasilah tersebarnya nilai-nilai Islam yang damai dan rahmatan lil ‘alamin.

Kegiatan ini menjadi salah satu bukti nyata peran strategis Lazawa Darul Hikam dalam membina generasi muda, memperkuat solidaritas sosial, dan menyemai nilai-nilai keislaman dalam kehidupan masyarakat.

Reporter : Achmad Muthiurrahman

Editor : Wildan Rofikil Anwar