Categories
Berita

Dorong Internasionalisasi Dosen, WOMESTER Undang Prof. Imam Suprayogo

Media Center, 2 Oktober 2024

World Moslem Studies Center atau yang dikenal dengan WOMESTER, kembali menggelar kegiatan ilmiah, yaitu Discussion Talk dengan tema ‘Peluang & Tantangan Penelitian Serta Pengabdian Masyarakat Muslim Dunia’ pada Selasa, 01 Oktober 2024 secara daring.

Diskusi kali ini mengundang salah satu Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. KH. Imam Suprayogo. Dosen UIN SAIZU Purwokerto, Muchimah, M.H yang juga pengurus WOMESTER turut serta sebagai MC bersama Muhammat Taufik, Ph.D sebagai moderator.

Dalam sambutannya, Direktur WOMESTER, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. mengenalkan sejumlah program WOMESTER sebagai salah satu lembaga NGO yang bergerak di bidang penelitian, pengabdian, publikasi, hingga kerjasama internasional, telah sukses dijalankan.

“Sebagai pusat studi, maka WOMESTER ini berfokus pada kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat luar negeri,” ujar Prof Haris UIN KHAS Jember tersebut.

Sebagaimana diketahui, lanjut Prof Haris, WOMESTER telah melakukan berbagai serangkaian acara ke luar negeri. Misalnya Australia, New Zealand, Belanda, Jerman dan Hongkong.

“Ini dilakukan WOMESTER bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pengabdian masyarakat di berbagai negara mulai tahun 2019,” ujar Prof Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur tersebut.

Sementara, berbagai penelitian juga dilakukan di berbagai negara. Misalnya Malaysia, Brunei, Australia, Taiwan, dan sebagainya. “Ke depan, penelitian ini akan lebih masif lagi,” ujar Prof Haris yang juga Ketua PP APHTN-HAN tersebut.

Sementara itu, Prof. Dr. KH. Imam Suprayogo mendorong para dosen PTKIN/PTKIS untuk berani mengambil langkah berani dan keluar dari zona nyaman mereka.

“Para dosen PTKIS harus memiliki keberanian untuk menjelajahi peluang di luar negeri. Dengan begitu, mereka dapat mengembangkan potensi diri, memperluas wawasan, dan bersaing secara sehat dengan dosen-dosen dari berbagai belahan dunia,” ujar Prof. KH. Imam Suprayogo yang juga Rektor UIN Malang 1997-2013.

Prof. KH. Imam Suprayogo mengingatkan bahwa penting bagi setiap peneliti atau dosen untuk membuka diri dan menjalin hubungan dengan berbagai kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan bergaul dengan beragam komunitas, para akademisi dapat memperluas wawasan dan memperkaya pengalaman mereka.

“Keterlibatan dalam komunitas internasional dapat memberikan akses kepada kolaborasi penelitian yang lebih luas, serta membuka jalan untuk pengabdian masyarakat yang lebih berdampak,” jelasnya

Namun, sebelum pengabdian di luar negeri, ada alur yang harus dilalui. “Dimulai dari ta`aruf (perkenalan), kemudian lalu ke tafahum (saling memahami antara satu dengan lainnya), kemudian, setelah proses tadlamun (saling menghargai) terjalin, akan muncul hubungan yang lebih mendalam, yaitu tarahum (saling menyayangi).

“Ketika kita sudah mencapai level tarahum, hubungan kita akan semakin erat. Dari ikatan hati ini, akan muncul taawun, yaitu saling tolong-menolong dalam berbagai aspek kehidupan,” kata Prof. KH. Imam Suprayogo yang juga Ketua Jamiyatul Islamiyah yang beranggotakan lima benua.

Kalau sudah pada level taawun, maka apa yang tidak akan diberikan oleh masyarakat dunia. “Semua akan diberikan, namun ya itu. Semu itu ada prosesnya. Kuncinya ada pada komunikasi dan diplomasi,” tegas Prof. KH. Imam Suprayogo

Menurut Prof. KH. Imam Suprayogo, jikalau sudah terjalin ini, maka mereka akan membutuhkan kita. “WOMESTER ini sudah bagus, Prof Haris sudah keluar dari sangkarnya. Mengundang Dubes Colombia dan Dubes Havana Cuba,” kata Prof. KH. Imam Suprayogo.

Menurut Prof. KH. Imam Suprayogo, kita jangan sampai sarangnya terlalu kecil. NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, dan sebagainya. “Mestinya para doktor dan guru besar PTKIS sudah melampaui ini semua. Untuk memberikan kontribusi pada masyarakat,” tegas Prof. KH. Imam Suprayogo.

Acara Discussion Talk ini berlangsung gayeng mulai jam 19.30 hingga 21.30 WIB diikuti ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Ahmad Kamil Rizani