Categories
Opini

Mencari Beasiswa Magister (S2) di Luar Negeri

Oleh: Syahril Siddik, M.A.*

Keinginan untuk kuliah di luar negeri muncul dalam benak saya sejak masih sekolah di Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah Rancamacan Mangkubumi Tasikmalaya. Keinginan itu muncul seingat saya ketika saya melihat seorang ilmuan Indonesia lulusan luar negeri di televisi di rumah guru saya. Dalam hati saya katakan saya ingin seperti dia menimba ilmu ke luar negeri. Apalagi agama saya, Islam, menganjurkan agar saya menuntut ilmu sepanjang hayat dan meski harus ke luar negeri.

Untuk hijrah dari kampung saya di Sumatera Utara ke Tasikmalaya Jawa Barat, hanya satu tekad saya yang didukung penuh kedua orang tua saya yaitu menuntut ilmu. Perjalanan dari kampung saya ke Jawa Barat pada akhir tahun 1990an dengan bus memakan waktu 3 hari 3 malam.

Perjalanan yang cukup melelahkan. Kalau bukan karena tekad kuat untuk menuntut ilmu dan harapan dari orang tua, sulit rasanya menjalaninya sebagai anak yang baru lulus sekolah dasar. Keingin sekolah di pondok pesantren adalah keinginan saya sendiri.

Dengan pengalaman menuntut ilmu jauh dari kampung halaman itu, saya rasa tidak akan sulit bagi saya jika harus kuliah di luar negeri berada jauh dari keluarga. Tentu tidak mungkin dengan beaya dari orang tua saya karena beaya kuliah di luar negeri mahal.

Saya harus dapat beasiswa seperti ilmuan Indonesia di televisi itu. Keinginan itu saya jaga hingga saya duduk di bangku kuliah jenjang sarjana (S1). Pertanyaan sejak keinginan itu muncul adalah bagaimana saya bisa meraih beasiswa untuk sekolah ke luar negeri?

Menentukan motivasi

Untuk menguatkan keinginan saya, yang pertama saya lakukan adalah menentukan motivasi. Motivasi pertama saya adalah kedua orang tua saya. Mereka punya keinginan kuat untuk sekolah ketika mereka kecil. Akan tetapi, karena keterbatasan beaya, beliau tidak mampu menyelesaikan jejang sekolah dasar. Ibu pernah bercerita kepada saya dan adik saya tentang keinginan mereka untuk menyekolahkan putra-putranya hingga jenjang sarjana. Keinginan orang tua itu menjadi motivasi pertama.

Motivasi kedua hadir dari guru saya di pesantren. Guru saya mengatakan bahwa dunia dan akhirat bisa didapat dengan ilmu. Motivasi ketiga adalah mendapat pengalaman baru. Saya yakin dengan saya hijrah menuntut ilmu, saya akan mendapatkan pengalaman baru di luar negeri yang mungkin bisa bermanfaat bagi saya dan bagi orang lain. Ibu pernah bilang hidup tak selebar daun kelor atau jangan seperti katak dalam tempurung.

Motivasi keempat adalah ingin nonton sepak bola langsung di stadion-stadion di Eropa. Ini motivasi tambahan saja karena sebenarnya saya baru gandrung dengan bola sejak saya kuliah. Setelah di Eropa pun saya jarang nonton bola langsung di stadion karena mahal dan lebih suka nonton di televisi. Singkatnya, tentukan motivasinya jika ada keinginan kuliah di luar negeri. Itu bisa apa saja. Saya yakin setiap orang punya motivasi berbeda. 

Mencari informasi beasiswa

Pencarian informasi beasiswa saya lakukan saat kuliah di semester 7 jenjang sarjana lewat Internet, dosen dan kakak kelas yang sudah pernah berangkat kuliah ke luar negeri, kampus dan lainnya. Dari situ, saya bisa mengetahui ada program beasiswa tahunan seperti beasiswa Fulbright ke Amerika Serikat, Chevening ke Inggris, StuNed ke Belanda, dan lainnya.

Saya simpan beberapa informasi di komputer agar setelah lulus sarjana nanti saya bisa update pembukaan pendaftarannya. Saya juga bertanya pada dosen lulusan luar negeri di kampus tentang persiapan apa saja yang bisa dilakukan untuk meraih beasiswa ke luar negeri. Rata-rata dari mereka sangat mendukung keinginan saya dan teman-teman lain yang ingin kuliah ke luar negeri.

Intinya, cari informasi tentang penyedia beasiswa sebanyak mungkin agar bisa melihat kesempatan-kesempatan yang disediakan oleh mereka. Yang terpenting, cari program beasiswa penuh dan terpercaya karena ada penyedia yang hanya menyediakan biaya kuliah tapi tidak memenuhi biaya hidup bulanan, dan ada penyedia beasiswa palsu yang menipu mahasiswa.

Penyedia program beasiswa penuh biasanya tidak pernah menarik uang sepeser pun dari calon penerima beasiswa. Bahkan untuk pelatihan sebelum keberangkatan ke luar negeri, mahasiswa sudah diberi dana untuk persiapan itu.

Penuhi persyaratan

Persyaratan pertama biasanya penyedia beasiswa atau kampus mempunya batas minimal nilai IPK calon penerima beasiswa. Ada yang 3,50 atau 3,25 dari skala IPK 4.00. Untuk meraih itu, maka saya harus kerja keras belajar saat di jenjang sarjana. Saya yakin kesuksesan besar itu lahir dari kesuksesan kita dalam menjalankan tugas-tugas kita sehari-hari. Saya menjaga semangat belajar saya dengan fokus pada keinginan saya kuliah di luar negeri.

Faktor lain pendukung keberhasilan, bagi saya, adalah minta restu dan doa orang tua setiap kali kita berhadapan dengan tantangan besar. Misalnya, mau ikut perlombaan, mau ujian dan lainnya. Mendengar suara mereka saja lewat telepon sudah membuat semangat saya bangkit. Saya sering melakukannya saat semangat sedang runtuh, bahkan sampai sekarang.

Syarat kedua adalah nilai keterampilan bahasa Inggris harus mencapai batas minimal yang ditentukan penyedia beasiswa. Dulu rata-rata penyedia beasiswa masih menerima hasil tes keterampilan bahasa Inggris TOEFL ITP (institutional) yang minimal nilainya 550 atau 575 untuk bisa kuliah di beberapa kampus di luar negeri. Tes TOEFL menguji keterampilan membaca (reading), mendengarkan (listening), dan tata bahasa (grammar) bahasa Inggris.

Sekarang kebanyakan penyedia dan kampus hanya menerima hasil tes IELTS yang menguji 3 keterampilan bahasa di atas ditambah dengan percakapan (speaking). Batas minimal IELTS 6 atau 6,5, ada juga yang 7 untuk setiap keterampilan.

Selain 2 syarat utama di atas, ada juga penyedia beasiswa yang mensyaratkan proposal tesis di awal pendaftaran beasiswa ke luar negeri. Untuk memenuhi persyaratan ini, sebaiknya dilakukan beberapa bulan sebelum kita mendaftar beasiswa ke luar negeri. Saya mencoba mengikuti tes TOEFL sejak semester 7 di lembaga kursus bahasa Inggris dengan nilai TOEFL pertama saya 513 sampai kemudian bisa mencapai 575 seingat saya. Karena hanya mencapai nilai 513 saya beli buku pelatihan TOEFL bekas dan mempelajarinya sendiri. Setelah itu saya daftar kursus TOEFL di lembaga kursus. Untuk belajar TOEFL sendiri, saya sediakan waktu 2 jam setiap harinya.

Siapkan kemungkinan terburuk

Keinginan kuliah ke luar negeri dengan beasiswa tidak menjadi satu-satunya keinginan saya. Ketika semester 7 saya berfikir bahwa saya harus bisa kerja setelah lulus kuliah sambil saya mendaftar beberapa beasiswa yang ada. Jadi, jika saya tidak bisa berangkat kuliah ke luar negeri pun tidak akan masalah karena saya sudah punya pekerjaan. Jadi, setelah selesai kuliah sebaiknya mencari kerja.

Saya sangat bersyukur karena dosen penguji skripsi saya meminta saya membantunya di kampus setelah dia menerima skripsi saya sehingga saya bisa fokus mendaftar beasiswa keluar negeri.

Langkah berikutnya adalah filosopi mancing. Saya teringat waktu kecil di sawah saya biasa mancing ikan di parit. Biasanya saya dan adik memasang 10 pancing di parit berharap dari 10 pancing itu akan ada minimal 1 pancing yang mendapatkan ikan. Faktanya, kadang dapat 5 ikan dan kadang juga tidak dapat sama sekali. Jadi, saya daftar beasiswa yang ada saat itu.

Saya daftar beasiswa ke Amerika, Belanda, dan Inggris. Saya fokus yang bisa menerima TOEFL saja karena tes IELTS jauh lebih mahal beayanya. Tujuan utama saya sebenarnya Eropa tapi kalau tidak bisa, Amerika juga boleh. Saya mendapat panggilan untuk wawancara dari penyedia beasiswa Belanda dan Inggris. Informasi kelulusan ke Belanda lebih awal. Sedangkan yang Inggris, diundur tahun depan karena masalah teknis. Akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan studi di Belanda. 

Fokus pada diri sendiri

Saya selalu menyimpan keinginan saya dalam hati dan hanya memberitahukan keinginan saya pada orang tua dan adik saat itu. Dalam perjalanan kita meraih impian apapun itu termasuk beasiswa, akan ada orang-orang yang mendukung tapi juga tidak sedikit pula yang bisa membuat motivasi kita pudar. Maka, fokus pada diri sendiri.

Kritikan kita dengarkan dan jika bermanfaat kita terima. Cemoohan kita ubah menjadi motivasi agar kita bisa mewujudkan keinginan kita. Tak perlu bereaksi berlebihan. Fokus belajar dengan giat, fokus menyiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan keinginan.

Selain itu, lakukan yang terbaik untuk setiap tanggung jawab yang kita emban. Ambil semua kesempatan yang bisa mendukung keinginan kita. Misalnya, ikut lomba debat bahasa Inggris, buat komunitas percakapan bahasa Inggris, membaca dan meng-update bidang keilmuan yang akan kita ambil.

Penutup

Keyakinan bahwa keinginan kita akan terwujud harus ditanamkan dalam hati. Keyakinan itu juga harus dirawat dan dijaga dengan membaca buku-buku motivasi. Saat itu saya membaca buku motivasi berjudul The Secret karya Rhonda Byrne dan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Buku-buku itu menguatkan tekad dan memotivasi saya untuk berusaha keras mewujudkan keinginan saya kuliah ke luar negeri selain agama saya yang mengatakan Tuhan akan mewujudkan keinginan sesuai dengan keyakinan hamba-Nya.

Jika kita menemui kegagalan, jangan patah semangat. Justru jadikan kegagalan sebagai momentum untuk bangkit lebih kuat lagi. Kegagalan mendapatkan beasiswa ke Amerika justru menjadikan saya bersemangat untuk mendaftar beasiswa ke Inggris dan Belanda. Mungkin ada di antara kita juga bisa menjadikan kegagalan meraih beasiswa ke luar negeri untuk bisa sukses di dalam negeri memberi manfaat pada banyak orang, bangsa dan negara. Semoga bermanfaat!

*Wakil Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda dan Kandidat Doktor di Universitas Leiden Belanda

sumber: https://nubelanda.nl/2020/10/03/mencari-beasiswa-magister-s2-di-luar-negeri-2/

Categories
Berita

PCI NU Belanda Sambut Gembira Terbitnya Buku Belanda Negeri Yang Islami

Amsterdam, 22 Juni 2024 – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda dengan gembira menyambut terbitnya buku berjudul “Belanda, Negeri Yang Islami?” oleh M. Noor Harisudin, seorang guru besar di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Buku ini merupakan hasil kerjasama dari Lembaga Dakwah dan Bahtsul Masail (LDBM) PCI NU Belanda, World Moslem Studies Center (Womester) dan penerbit Pena Salsabila. Buku ini merupakan catatan perjalanan seorang pendakwah Muslim dari Indonesia ke Belanda dan Jerman, yang menawarkan perspektif unik tentang kehidupan masyarakat di dua negara tersebut.

Buku ini mengisahkan pengalaman penulis selama 15 hari di Eropa Barat, di mana ia berusaha mengenali lebih dekat masyarakat asing yang berbeda latar belakang agama dan budaya. Melalui pengamatannya, penulis tidak hanya menerima rumor-rumor yang beredar, tetapi juga berusaha memahami kenyataan kehidupan di Belanda dan Jerman dengan objektif. Sebagai seorang Muslim yang taat, penulis merujuk pada ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk saling mengenal dan belajar dari satu sama lain.

Dalam berbagai babnya, penulis mengeksplorasi banyak aspek kehidupan di Belanda dan Jerman, mulai dari metode penentuan awal Ramadan, pengalaman beribadah selama Ramadan, hingga observasi tentang pendidikan, sistem transportasi, dan kondisi penjara yang kosong di Belanda. Melalui kesaksiannya, ia mencatat bahwa masyarakat di Belanda dan Jerman, meskipun tidak menempatkan agama sebagai hal yang krusial dalam kehidupan sehari-hari, berhasil mewujudkan ajaran-ajaran yang terkait dengan kemaslahatan bersama dalam kehidupan mereka.

Noor Harisudin, lahir di Demak pada 25 September 1978, adalah akademisi dan pendakwah di Indonesia. Beliau menyelesaikan S1 di IAI Ibrahimy Situbondo, S2 dan S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya, serta S1 Ilmu Hukum di Universitas Moh. Seruji Jember. Kini Guru Besar di UIN KHAS Jember ini aktif mengajar, menulis, dan berdakwah. Beberapa jabatan pentingnya termasuk Asesor Ma’had Aly Kementerian Agama RI dan Ketua Komisi Pengkajian MUI Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Ketua PCI NU Belanda, Nur Ahmad, M.A., mengapresiasi usaha penulis dan menganggap buku ini sebagai ajakan untuk saling belajar dengan keterbukaan, mengakui keunggulan Barat dalam banyak hal. “Buku ini mendorong pembaca untuk kembali menghidupkan sikap kosmopolitanisme Islam dan tidak merasa jumawa atau anti terhadap Barat,” terangnya.

Program safari dakwah Ramadhan 1445 H yang diselenggarakan oleh PCINU Belanda bersama World Moslem Studies Center (Womester), di mana penulis buku ini menjabat sebagai direktur, merupakan salah satu langkah nyata dalam upaya tersebut. Program ini memungkinkan para Muslim untuk belajar langsung dari masyarakat Eropa dan kemudian berbagi pengalaman tersebut dengan masyarakat di tanah air.

PCI NU Belanda berharap buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk lebih mendalami kehidupan keislaman yang relevan dengan permasalahan nyata dan tidak hanya berkutat pada ranah dogma semata. Semoga buku ini menjadi sumbangan berharga dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kerjasama antara masyarakat Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia.

Sumber: https://nubelanda.nl/2024/06/25/pcinu-belanda-sambut-gembira-terbitnya-buku-belanda-negeri-yang-islami/

Categories
Berita

Perluas Manfaat, Lembaga Wakaf Darul Hikam Undang Syahril Imron Paparkan Strategi Raih Beasiswa LPDP

Media Center Darul Hikam – Di tahun 2024, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) kembali memberikan kesempatan emas bagi para calon mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan membuka program beasiswa yang komprehensif.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Awardee Beasiswa LPDP Santri 2021 Master of Food Technology di Wageningen University, Belanda, Muhammad Syahril Imron dalam acara Webinar Scholarship bertajuk “Strategi Meraih Beasiswa LPDP di Eropa” secara daring, pada Sabtu (22/06/2024).

“LPDP memberikan prioritas pada berbagai bidang studi yang dianggap strategis untuk pembangunan bangsa, antara lain engineering, science, agriculture, law, economics, finance, medicine, religious affairs, dan socio-culture,” tutur Syahril Imron yang juga aktivis PCI NU Belanda.

Syahril Imron juga menyebutkan, LPDP menawarkan berbagai jenis beasiswa yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi calon penerima. Salah satunya adalah Beasiswa LPDP Regular, yang merupakan beasiswa reguler untuk Program S2 dan S3 baik di dalam maupun luar negeri.

“Terdapat juga Beasiswa LPDP Afirmasi yang ditujukan untuk masyarakat kurang mampu namun berprestasi, serta BIB (Beasiswa Indonesia Bangkit) yang memberikan kesempatan bagi para calon mahasiswa untuk mengejar gelar S1, S2, dan S3 di dalam dan luar negeri,” tambahnya.

Dalam mendukung perjalanan pendidikan, lanjut Syahril Imron, LPDP tidak hanya mencakup biaya pendidikan seperti biaya pendaftaran, SPP, dan tunjangan buku, tetapi juga biaya pendukung seperti transportasi, asuransi kesehatan, biaya hidup bulanan, dan tunjangan keluarga khusus untuk program doktor.

“Hal ini bertujuan untuk memastikan para penerima beasiswa dapat fokus pada studi mereka tanpa terbebani oleh masalah keuangan,” ucap Syahril Imron yang juga Aktivis PC PMII Jember Periode 2021-2022

Syahril Imron juga menekankan pentingnya persiapan yang matang untuk menghadapi berbagai tahapan seleksi administratif, termasuk tes bakat skolastik dan tes wawasan kebangsaan.

“Penting juga untuk menyiapkan motivation letter atau essay yang berkualitas, sertakan sertifikat-sertifikat yang relevan, dan bangun personal branding yang kuat,” tambahnya.

Terakhir, Syahril Imron berharap dengan adanya berbagai jenis beasiswa LPDP, para calon mahasiswa dapat mewujudkan impian mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Beasiswa LPDP ini kesempatan emas, bukan hanya bagi orang yang berprestasi tapi juga semua yang mau konsisten berusaha untuk meraih pendidikan tinggi baik di dalam maupun luar negeri,” jelas Syahril Imron yang juga alumni Ponpes Salafiyah Kajen Pati Jawa Tengah

Webinar yang diselenggarakan oleh Lembaga Wakaf Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember bekerjasama dengan STAIM Lumajang tersebut menyita banyak perhatian masyarakat, khususnya kalangan akademisi dan santri di seluruh Indonesia.

Dengan dimoderatori langsung oleh Rico Aldy Munafan, S.H. selaku Fundraiser Wakaf Darul Hikam, webinar kali ini tidak hanya memberikan pengetahuan praktis, tetapi juga menginspirasi dan mendorong para peserta untuk terus berjuang dalam meraih pendidikan tinggi di Eropa.

Reporter: Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita

Hadirkan Awardee LPDP, Lembaga Wakaf Darul Hikam Ajak STAIM Lumajang Webinar Scholarship di Eropa

Media Center Darul Hikam – Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Mangli Kaliates Jember bersama STAI Miftahul Ulum Lumajang menggelar acara scholarship berupa webinar ‘Strategi Meraih Beasiswa LPDP di Eropa’ pada Sabtu, 22 Juni 2024 secara daring.

Beasiswa LPDP sendiri merupakan program beasiswa yang dibiayai oleh pemerintah Indonesia melalui pemanfaatan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) dan dikelola oleh LPDP untuk pembiayaan studi lanjut pada program Magister atau program Doktoral di Perguruan Tinggi terbaik di dalam dan di luar negeri.

Webinar kali ini dengan menghadirkan narasumber Muhammad Syahril Imron, yang merupakan Awardee Beasiswa LPDP Santri 2021 Master of Food Technology, Wageningen University.

Pengasuh Pondok Putri PP Darul Hikam, Ibu Nyai Hj. Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H., Ketua STAIM Lumajang, Mochammad Hisan, S.Psi., M.Sos., dan seluruh staff Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam serta dosen STAIM Lumajang turut hadir dalam acara tersebut.

Dalam sambutan pembuka, Ibu Nyai Hj. Robi menyampaikan, webinar kali ini merupakan salah satu dari serangkaian webinar yang diselenggarakan oleh Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, dengan fokus pada tema beasiswa.

“Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada mitra kami STAIM  Lumajang atas kerja sama yang telah terjalin dalam kegiatan ini,” ucap Ibu Nyai Hj. Robi yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember itu.

Dirinya berharap, selain kegiatan ini, sejumlah kegiatan lain yang telah digelar oleh Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, seperti Program Pelatihan dan Pendampingan Prakerja, dapat terus memberikan kontribusi positif bagi pendidikan serta pengembangan sumber daya manusia.

“Tentunya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung bagi para peserta khususnya, termasuk demi kemajuan pendidikan di Indonesia,” tambahnya.

Di samping itu, Ketua STAIM Lumajang, Mochammad Hisan, S.Psi., M.Sos mengatakan, STAIM Lumajang sangat berkomitmen untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas pendidikan kami, serta mewujudkan mimpi-mimpi para mahasiswa untuk melanjutkan studi hingga ke Eropa.

“Kerjasama yang telah terjalin dengan Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam selama ini sungguh berarti bagi kami, dan kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan,” tutur Hisan.

Hisan juga mengatakan sebagai Ketua STAIM Lumajang, saya sangat mengapresiasi kegiatan ini karena menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam dunia pendidikan.

“Kami percaya bahwa interaksi dan silaturahmi antar bangsa dalam bidang pendidikan adalah langkah yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik dan global,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Hisan, STAIM Lumajang akan berkomitmen untuk terus memperluas jaringan kerjasama dan kesempatan belajar bagi mahasiswa, sehingga para mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya secara akademis tetapi juga sebagai warga dunia yang terampil dan peduli.

“Kami berharap dapat terus berkolaborasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih tinggi lagi di masa depan,” tuturnya.

Acara berlangsung sangat seru dan menarik dengan banyaknya para peserta yang ingin tau lebih banyak tentang beasiswa LPDP. Webinar kali ini dipimpin oleh Rico Aldy Munafan, S.H yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk santri, mahasiswa, dan dosen dari Jember hingga Lumajang.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Berita

Manusia Paling Bahagia

Categories
Kolom Alumni

Siti Junita, Pengurus Pondok Putri Yang Sukses Berkarier Di Yayasan Ternama

Media Center Darul Hikam – Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan YPI Darul Hikam. Komitmennya dalam menciptakan alumni yang unggul, kini pun semakin terbukti dengan banyaknya alumni yang sukses di berbagai bidang pekerjaan dan profesi. Salah satunya adalah Siti Junita, S.Pd., M.Pd., yang kini berkarier sebagai Kepala Bagian Tata Usaha di SD Ulul Albab Jember dan Jurnalis Yayasan Pendidikan Islam Ulul Albab Jember.

Siti Junita, atau yang akrab disapa Junita, lahir di Banyuwangi pada 1 Juni 2000. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putri dari pasangan Budiono dan Siswati yang berprofesi sebagai pedagang bumbu.

Junita meniti pendidikannya sejak dini di SDN 1 Singolatren (2006-2012), kemudian melanjutkan ke MTsN 10 Banyuwangi (2012-2015), dan SMK Nurut Taqwa (2015-2018). Ia kemudian melanjutkan studi perguruan tinggi di S1 Prodi Manajemen Pendidikan Islam UIN KHAS Jember (2018-2022), dan pendidikan pascasarjana S2 di kampus yang sama pada 2022 dengan program studi yang sama, hingga akhirnya meraih gelar Magister Pendidikan pada tahun 2024.

Keputusan Junita untuk mondok di Pondok Pesantren Darul Hikam berawal dari selesainya pendidikan agama di Ma’had Al-Jamiah IAIN Jember. Ia menemukan bahwa Darul Hikam yang terletak di Perumahan Pesona Surya Milenia memiliki fasilitas yang lengkap dan kajian yang mendalam. Selain itu, pesantren ini tidak membatasi mahasantrinya untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan.

“Darul Hikam sangat progresif dengan pengasuh yang merupakan Guru Besar muda penuh inovasi. Banyak terobosan baru yang sangat sesuai dengan harapan para mahasantri,” ungkap Junita.

Perjalanan karier Junita di Darul Hikam dimulai pada tahun 2019, selain fasilitas dan kajian keagamaannya yang lengkap Junita saya tertarik dengan Ponpes Darul Hikam karena lingkungannya  sangat mendukung dalam  pengembangan diri.

“Salah satu manfaat adalah ketika saya diberi kesempatan untuk menjadi pengurus pondok. Peran ini tak hanya menanamkan mental kepemimpinan, tetapi juga memberikan bekal penting untuk berinteraksi dengan banyak orang serta mengasah kemampuan manajemen dan komunikasi saya,” tambah Junita.

Selain menjadi pengurus pondok, Junita juga berperan sebagai pengajar jurnalistik. Posisi ini merupakan bagian dari program pesantren literasi yang diinisiasi oleh Darul Hikam. Mengajar jurnalistik tidak hanya memperdalam kemampuan menulis dan menyampaikan informasi, tetapi juga membantu memahami pentingnya literasi di kalangan mahasantri.

“Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi santri melalui berbagai kegiatan seperti penulisan berita, artikel, opini, dan jurnal,” terangnya.

Selama mondok di Darul Hikam, Junita juga merasakan banyak momen yang unik dan seru. Selain kegiatan diniyyah yang lengkap, ia juga mengikuti berbagai ekstrakurikuler seperti jurnalistik, tahfidz, dan pelatihan merawat jenazah. Di Darul Hikam, ia belajar tentang ilmu kepenulisan yang membantu menyelesaikan skripsi dan tesisnya tepat waktu.

“Salah satu momen yang sangat berkesan adalah ketika saya mewawancarai langsung Prof. Laili dari Universitas Toronto, Kanada. Pengalaman ini memberikan semangat untuk meraih beasiswa luar negeri dengan segala ikhtiar dan doa yang tiada henti,” kenangnya.

Selama mondok di Darul Hikam, Junita tak hanya sekadar menjadi santri dan mahasiswa, dia  juga memulai karier di bidang manajemen perkantoran dan jurnalistik dan bergabung di sebuah yayasan di Jember, yakni Yayasan Pendidikan Islam Ulul Albab Jember.  Di mana dapat mengelola tugas-tugas administratif dan menulis untuk publikasi yayasan.

“Saya merasakan manfaat besar dari ilmu dan pengalaman yang diperoleh di Darul Hikam. Pesantren ini tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga menjadi wadah untuk mengembangkan berbagai keterampilandalam kehidupan profesional,”

Terakhir Junita berpesan kepada adik adik mahasantri untuk berniat dalam mencari ilmu  karena Allah Swt. Jadikan membaca, menulis, dan berdiskusi dengan orang-orang hebat sebagai kebiasaan. Rutin membaca sholawat, sholat berjamaah, dan sholat malam, serta amalkan ibadah lainnya sesuai kemampuan.

“Saya yakin, dengan niat lillahi ta’ala, memperbanyak membaca, menulis, berdiskusi, dan menjaga tawadhu kepada guru serta berbakti kepada orang tua, kita akan meraih kefutuhan ilmu dan keberuntungan dunia akhirat,” pungkasnya.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : Wildan Rofikil Anwar

Categories
Berita

Berbagi Keberkahan, Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Salurkan Daging Kurban Ke Sejumlah Daerah

Media Center Darul Hikam – Hari Raya Idul Adha adalah waktu yang dinantikan oleh umat Islam untuk mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pada hari tersebut, umat Islam melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Tahun ini, Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih empat ekor kambing pada Rabu, (19/06/2024), di Pondok Cabang Putra Ajung Jember.

Acara ini dihadiri oleh santri, masyarakat setempat, dan para panitia kurban. Hewan kurban berasal dari para donatur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, yaitu Rasila Bibi bt Sardak Ali, Emma Sarah bt. Amar Ng., M. Irwan Zamroni Ali, dan Alim Rois. Prosesi penyembelihan dilakukan dengan khidmat sesuai syariat Islam.

Penyembelihan hewan kurban oleh Lembaga Wakaf Darul Hikam  ini dilakukan dengan penuh khidmat dan sesuai dengan prosedur syariat Islam secara ketat.

Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., selaku Direktur Lembaga Wakaf Darul Hikam menyatakan, persiapan untuk penyembelihan hewan kurban ini telah dilakukan sejak satu bulan sebelumnya.

“Ketua panitia, Wildan Rofikil Anwar, bersama tim lainnya telah menyusun perencanaan yang matang. Semua perencanaan telah disiapkan dengan baik dalam waktu satu bulan sebelumnya,” ujar Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember itu.

Tujuan utama, lanjut Prof Haris adalah untuk meneladani kisah dan praktik melaksanakan ajaran Nabi Ibrahim A.S., yang menunjukkan ketaatan kepada Allah dengan bersedia menyembelih Nabi Ismail, yang akhirnya diganti dengan domba.

“Tujuan kedua adalah mendidik para santri agar mengetahui cara penyembelihan hewan kurban. Tujuan ketiga adalah syiar dan mendorong orang-orang kaya agar segera berkurban. Tujuan keempat adalah memberikan daging kurban kepada masyarakat”, tambah Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.

Terakhir, Prof. Haris menyampaikan  harapan dari kegiatan ini adalah agar jumlah lembaga wakaf seperti Darul Hikam semakin bertambah, sehingga manfaat yang diberikan kepada masyarakat luas juga semakin besar.

“Semakin banyak lembaga seperti ini, semakin banyak orang yang bahagia karena pemberian dari Lembaga Wakaf Darul Hikam,” tutup Prof. Haris yang saat ini sedang melaksanakan haji.

Dalam kesempatan yang sama, Lutvi Hendrawan selaku Panitia Pelaksana menyatakan rasa syukurnya atas kelancaran proses penyembelihan. Selama proses hingga selesai penyembelihan hewan kurban berjalan dengan baik dan lancar.

“Koordinasi dan peran antar anggota panitia saling melengkapi dan bekerja dengan sigap satu sama lain. Kami sangat bersyukur atas kelancaran proses ini. Setiap anggota panitia telah menunjukkan dedikasi dan kerja sama yang luar biasa,” ungkap Lutvi.

Ia juga menyebutkan bahwa meskipun terdapat kekurangan tenaga saat proses pemotongan dan distribusi di setiap daerah yang sudah ditentukan, semangat gotong royong dan kerja sama selalu menjadi solusi.

“Dengan semangat gotong royong dan kerja sama, kami selalu bisa mengatasi kendala tersebut,” tambahnya,” tambahnya

Acara penyembelihan hewan kurban ini diharapkan dapat terus dilaksanakan setiap tahun dengan partisipasi yang semakin banyak, sehingga dapat terus memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin, tukang becak, penjual asongan, buruh tani dan masyarakat yang membutuhkan lainnya.

Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : Lumatul Muniroh

Categories
Keislaman

Hukum Perempuan Menjadi Khatib Shalat Id

Shalat Idul Adha disyariatkan untuk dilakukan secara berjamaah, namun juga boleh dilakukan sendirian, baik sedang dalam perjalanan (musafir), maupun tidak sedang bepergian. Shalat ini diperuntukkan bagi laki-laki dan wanita.  

Dalam beberapa kondisi sangat memungkinkan didirikan jamaah shalat Id khusus perempuan. Dengan kondisi yang demikian, apakah masih disunahkan khutbah ied dengan khatib perempuan?   

 Pada dasarnya khutbah id hukumnya sunah. Kesunahan memberikan khutbah meskipun jumlah jamaah hanya dua orang. Namun, khutbah tidak disunahkan untuk satu orang dan jamaah perempuan kecuali jika ada seorang laki-laki yang bertindak sebagai khatib untuk memberikan khutbah kepada mereka. Berikut penjelasan kitab Busyral Karim:

Artinya, “Kemudian setelah selesai mengerjakan shalat ied dianjurkan untuk memberikan khotbah meskipun hanya untuk dua orang, atau meskipun mereka adalah musafir, dan meskipun waktu shalat telah berlalu, dan mereka shalat secara sendiri-sendiri, tidak ada khutbah untuk satu orang dan jamaah wanita kecuali jika ada laki-laki yang memberikan khutbah untuk mereka.” (Said Ibn Muhammad Ba’ali Baisan, Busyral Karim,[Jedah, Darul Minhaj: 2004 M] halaman 426).

Lebih jelas lagi Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa khutbah Idul Adha itu sama persis dengan khutbah Jumat dalam rukun dan sunah-sunahnya, dan khatibnya harus laki-laki menurut pendapat mu’tamad.    

Artinya, “Dan disunahkan bagi imam untuk berkhotbah dengan dua khotbah untuk jamaah, bukan untuk orang yang shalat sendirian, setelah salam dari shalat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) serta shalat gerhana. Dua khotbah pada hari raya sama seperti dua khotbah Jum’at dalam rukun dan sunah-sunahnya, tetapi tidak dalam syarat seperti berdiri, menutup aurat, bersuci, dan duduk di antara keduanya. Dianjurkan untuk duduk sebelum keduanya sebagai istirahat.

Benar, untuk melaksanakan sunah dan sahnya khutbah, harus menyampaikan dengan suara yang bisa didengar dan didengarkan, meskipun hanya secara potensial, sebagaimana dijelaskan dalam khutbah Jumat. Khotbah harus dengan bahasa Arab (cukup rukun-rukunnya) dan khatib harus laki-laki menurut pendapat mu’tamad.” (Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, halaman 109).  

Menurut Imam As-Syafi’i sebagaimana dikutip dalam kitab Al-Bayan, perempuan tidak boleh memberikan khutbah meskipun seluruh jamaahnya perempuan, karena khutbah adalah salah satu hal yang khusus dikerjakan laki-laki. Namun, sebagai penggantinya dapat diganti dengan mau’idzah.   

Artinya: “Imam Syafi’i berkata, ‘jika para wanita berkumpul untuk melaksanakan shalat Id, maka tidak mengapa, kecuali mereka tidak boleh menyampaikan khutbah; karena khutbah termasuk perkara yang dilakukan (sunah) oleh kaum laki-laki. Jika salah seorang dari mereka berdiri dan memberikan nasihat serta mengingatkan mereka, maka itu adalah hal yang baik.” (Abu Husain Yahya bin Abil Khair Al-‘Umrani, Al-Bayan fi Madzhabil Imam As-Syafi’i, [Jedah, Darul Minhaj, cetakan pertama: 2000], juz II, halaman 663).  

Senada penjelasan di atas Imam Al-Bujairimi berkata:   

Artinya, “Ungkapan Mushanif: ‘Tidak untuk orang yang shalat sendirian’ , maksudnya dan juga tidak (disunahkan khutbah) untuk jamaah wanita kecuali jika ada laki-laki yang berkhutbah untuk mereka. Maka jika salah satu dari jamaah perempuan tersebut berdiri dan memberikan nasihat, maka tidak mengapa.” (Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairimi, Hasyiyah Al-Bujairimi ‘ala Syarhil Manhaj, [Beirut, Matba’ah Al-Halabi: t.t], juz I, halaman 426).  

Simpulan

Dengan penjelasan di atas dapat dipahami, boleh mendirikan jamaah shalat id khusus perempuan, namun tidak ada kesunahan khutbah id, kecuali jika ada seorang laki-laki yang bertindak menjadi khatibnya.  

Ketidaksunahan ini karena perempuan tidak boleh bertindak sebagai khatib, karena menurut pendapat yang mu’tamad khatib harus laki-laki.   

Sebagai solusinya khutbah dapat diganti dengan mau’idzah dan ini adalah hal yang baik.  

Sebenarnya antara khutbah dan mau’idzah itu sama, sama-sama ucapan yang isinya nasihat keagamaan. Bedanya mau’idzah lebih fleksibel, sedangkan khutbah memiliki struktur formal yang harus dipenuhi untuk keabsahannya seperti syarat, rukun, kewajiban dan kesunah-kesunahannya. Wallahu a’lam.

Penulis: Ustadz Muhamad Hanif Rahman, Dosen Ma’had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo

Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/hukum-perempuan-menjadi-khatib-shalat-id-e0OTE

Categories
Keislaman

Apakah Orang Kaya Boleh Menerima Daging Kurban Wajib?

Kurban atau udhiyah adalah ritual ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara menyembelih binatang berupa kambing, sapi, dan unta pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik. Hukum dasar dari kurban adalah sunah, dan anjuran tersebut diperuntukkan kepada orang-orang yang memiliki harta lebih atau dapat disebut orang kaya.  

Hukum kurban dapat berubah menjadi wajib dengan dua hal. Pertama dengan nazar. Orang yang mengucapkan nazar untuk menyembelih kurban, maka hukum kurbannya menjadi wajib. Kedua dengan ucapan kesanggupan berkurban dan telah menentukan binatangnya, seperti seseorang menyatakan “aku jadikan kambing ini sebagai kurban”.  Dengan pernyataan tersebut, maka hukum kurbannya juga menjadi wajib.   

Dalam mendistribusikan daging kurban, terjadi perbedaan aturan antara kurban sunah dan wajib.

Dalam kurban sunah, daging yang harus disedekahkan kepada fakir miskin hanyalah sedikit. Artinya dalam mendistribusikan daging kurban sunah diperbolehkan hanya memberikan satu dua suap daging untuk fakir miskin dan selebihnya dimakan sendiri, meskipun yang lebih utama adalah menyedekahkan semuanya kecuali beberapa suap saja untuk mengambil berkah kurban.

Hal ini berbeda dengan aturan yang ada dalam kurban wajib. Pihak yang berkurban beserta keluarganya tidak boleh sama sekali untuk memakan daging kurbannya. Ia wajib menyedekahkan semuanya kepada fakir miskin yang ada di daerahnya. 

Meski demikian aturannya, realita yang ada, terkadang panitia kurban langsung saja membagi daging kurban menjadi beberapa potongan kecil dan memasukkannya ke dalam plastik, kemudian langsung membagikannya kepada para tetangga sekitar tanpa memilah mana keluarga yang masuk dalam kategori fakir miskin, dan mana yang masuk kategori keluarga mampu atau kaya.   

Lantas, apakah cara mendistribusikan daging kurban wajib seperti di atas dapat dibenarkan?  

Ada dua poin yang menjadi pokok permasalahan. Pertama hukum menyerahkan daging kurban wajib kepada orang kaya. Dalam kajian fiqihnya, kurban wajib harus disedekahkan semua kepada fakir miskin. Ini menegaskan bahwa kurban wajib tidak boleh dimakan oleh pihak yang berkurban, serta tidak boleh pula untuk diberikan kepada orang kaya, karena daging kurban bagi orang kaya tidak disebut sedekah melainkan sebatas ith’am (memberikan hidangan).  

Karena itu, jika kurban wajib tidak tersalurkan seluruhnya kepada fakir miskin, semisal ada sebagian yang dimakan oleh pihak yang berkurban, maka ia harus menggantinya dengan daging lain dan menyerahkannya kepada fakir miskin. 

Dalam kitab Hasyiyah Al-Jamal disebutkan:

Artinya, “Adapun kurban yang dinazari maka harus disumbangkan seluruhnya, sebagaimana disebutkan di atas dalam penjelasan Ar-Ramli dan Ibnu Hajar.” (Sulaiman Al-Jamal, Hasyiyah Al-Jamal, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2013] juz VIII, halaman 226

Artinya, “(Tidak boleh memakannya) dan mestinya tidak boleh diberikan kepada orang kaya, demikian penjelasan Ibnu Qasim. Dalam kitab Al-Mughni disebutkan, “Dan jika orang yang berkurban memakannya, maka dia didenda untuk menggantinya”.” (Abdul Hamid As-Syirwani, Hawasyis Syirwani [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2015] juz XII, halaman 280).  

Kedua, standar orang kaya dalam bab udhiyah. Dalam hal ini, ulama berpeda pendapat dalam menentukan standarnya. Menurut imam Ar-Ramli standar orang kaya dalam udhiyah adalah orang yang haram menerima zakat, sedangkan orang fakir dalam udhiyah adalah orang yang berhak menerima zakat.   

Pendapat lain disampaikan oleh imam At-Thabalawi, beliau menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang kaya adalah orang yang mampu untuk melaksanakan kurban, yaitu orang yang memiliki harta lebih dari kebutuhan pokok yang dipertimbangkan dalam zakat fitrah. 

Artinya, “(Ungkapan: “Dan ia boleh memberi makan kepada orang kaya”). Ulama tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kaya di sini. Imam Ar-Ramli membolehkan yang dimaksud dengan orang kaya adalah orang yang diharamkan menerima zakat, dan orang miskin di sini adalah orang yang dihalalkan menerima zakat.  

Sementara menurut At-Thabalawi boleh pula orang kaya adalah orang yang mampu menunaikan kurbannya, dan dia adalah orang yang memiliki harga hewan kurban, melebihi kebutuhan yang dipertimbangkan lebih pada zakat fitrah.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyah Bujairimi ‘alal Manhaj [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2017] juz IV, halaman 401).  

Simpulan Hukum Kurban wajib tidak boleh diberikan kepada selain fakir miskin. Jika terjadi pendistribusian kepada selain fakir miskin, maka wajib diganti dengan daging lain dan diberikan kepada fakir miskin. Wallahu a’lam.  

Penulis: Ustadz Muhammad Zainul Millah, Pesantren Fathul Ulum Wonodadi Blitar Jatim.

Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/apakah-orang-kaya-boleh-menerima-daging-kurban-wajib-11ced

Categories
Berita

Israel Serang Kamp Pengungsi Neseirat, Prof Haris Usulkan Pasukan Perdamaian dari PBB

Media Center Darul Hikam – Direktur World Moslem Studies Center (WOMESTER) Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC, mengecam keras penyerangan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap terhadap pengungsi Palestina di kamp Nuseirat, Gaza Palestina.(9/6/2024). Prof.  Haris juga menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk kebiadaban yang tidak dapat diterima.

“Saya mengutuk keras penyerangan ke kampung pengungsi warga Palestina. Itu menunjukkan barbarnya tentara Israel yang menyerang sejumlah pengungsi dan anak-anak, bukan Hamas. Hal ini jelas menunjukkan kebiadaban tentara Israel,” terang Prof. Haris pada Selasa, (11/06/2024) di Arab Saudi saat menunaikan haji.

Dilansir dari news.detik.com, sebelumnya kantor media Pemerintah Hamas menyebut sedikitnya 210 orang tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah, Palestina, pada Sabtu kemarin. Ratusan warga Palestina lainnya terluka.

“Jumlah korban pembantaian pendudukan Israel di kamp Nuseirat telah meningkat menjadi 210 orang syahid dan lebih dari 400 orang terluka,” kata kantor pers dalam sebuah pernyataan, dilansir AFP, Minggu (9/6/2024).

Peristiwa ini terjadi setelah tentara Israel mengumumkan operasi penyelamatan empat sandera Israel di Nuseirat pada Sabtu pagi, yang menurut mereka terjadi “di bawah serangan”.

Merespons peristiwa tersebut, Prof. Haris mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  untuk segera merespons dengan cepat. “PBB harus segera menindaklanjuti dengan bukan hanya genjatan senjata, tapi mendatangkan pasukan perdamaian ke Gaza. Pasukan perdamaian ini yang mengamankan dan melindungi warga rakyat Palestina,” tambah Prof  Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember itu.

Lebih lanjut, Prof. Haris juga menyerukan agar International Criminal Court (ICC) segera mengambil tindakan hukum terhadap pemimpin Israel yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

“ICC harus menindaklanjuti keputusan Presiden Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant untuk segera diseret ke pengadilan internasional karena telah melakukan upaya genosida kepada rakyat Palestina,” tegas Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.

Di samping itu, beliau juga mengajak seluruh lapisan masyarakat dunia untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

“Saya mengajak seluruh lapisan masyarakat dunia untuk mendukung kemerdekaan Palestina dan segera mempercepat proses kemerdekaan rakyat Palestina dan secepatnya merdeka,” pungkas Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Prof. Haris mengakhiri pernyataannya dengan menegaskan bahwa WOMESTER akan terus memantau perkembangan situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung rakyat Palestina dalam perjuangan mereka untuk keadilan dan kemerdekaan.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor: M. Irwan Zamroni