Month: May 2024
Media Center Darul Hikam – Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud mengundang 1.000 jemaah dari keluarga syuhada Palestina untuk menunaikan haji pada tahun 2024 ini.
Undangan untuk keluarga syuhada Palestina berhaji ini merupakan bagian dari Program Tamu Penjaga Dua Masjid Suci untuk Haji, Umrah dan Kunjungan yang dilakukan Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Bimbingan Arab Saudi. Dilansir pada Detik.com pada Rabu (29/5/2024), program ini akan dilaksanakan setiap tahun.
Tak hanya warga Palestina, Raja Salman juga mengundang 1.300 jemaah dari 88 negara untuk menunaikan haji tahun ini. Selain itu, program ini mencerminkan kepedulian dan upaya Saudi atas persatuan dan persaudaraan umat Islam di seluruh dunia.
Direktur World Moslem Studies Center (WOMESTER), Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud atas undangannya kepada seribu keluarga syuhada Palestina untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
“Saya mengapresiasi langkah Raja Salman yang mengundang seribu keluarga syuhada Palestina untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. Ini adalah bentuk penghormatan yang luar biasa terhadap para syuhada dan keluarga mereka yang telah berkorban demi Palestina,” terang Prof. Haris pada Kamis, (30/05/2024) di Arab Saudi saat menunaikan haji.
Prof. Haris juga menambahkan bahwa undangan ini semakin bermakna mengingat jumlah korban jiwa di Palestina yang mencapai 35 ribu orang.
“Angka ini menunjukkan betapa besar pengorbanan rakyat Palestina dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Ini menunjukkan betapa besar pengorbanan para syuhada dan keluarga Palestina,” tambah Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.
Meskipun kelihatannya terdapat perbedaan pandangan mengenai posisi politik Arab Saudi dalam konteks global, terutama terkait Israel, Palestina, dan Amerika Serikat, Prof. Haris menegaskan bahwa undangan ini merupakan wujud nyata komitmen dan kepedulian Arab Saudi terhadap para pejuang Palestina yang berjuang melawan genosida yang dilakukan oleh Israel.
“Undangan ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan semangat juang rakyat Palestina dan memperkuat solidaritas global terhadap perjuangan mereka,” ucap Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.
Prof. Haris berharap langkah ini menjadi awal dari kebijakan-kebijakan progresif lainnya dari Arab Saudi yang menunjukkan komitmen terhadap persaudaraan Islam universal dan mendukung kemerdekaan Palestina.
“Langkah-langkah seperti ini akan semakin memperkuat solidaritas antara negara-negara Islam dan memperjuangkan kemerdekaan negara Palestina di kancah internasional,” pungkas Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.
Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara
Editor: M. Irwan Zamroni Ali
Media Center Darul Hikam – Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli, Kaliwates, Jember merupakan lembaga pendidikan yang dibawah naungan YPI Darul Hikam. Dalam hal ini Ponpes Darul Hikam berkomitmen dalam menciptakan alumni yang unggul. Hal ini pun semakin terbukti dengan banyaknya alumni yang sukses di berbagai bidang pekerjaan dan profesi. Salah satunya Sopiyatun, yang kini berkarier sebagai Tenaga Pengajar (Murobiyah) di Ma’had Darul Hikmah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang.
Sofi, panggilan karibnya, merupakan perempuan kelahiran Brebes pada 20 April 1996. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan sederhana Nur Affandi dan Rihanah.
Meniti pendidikannya sejak dini dengan bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ta’alimul Huda Brebes (2002-2008), kemudian melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Mubtadiin Banyuwangi (2008-2011), hingga Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Denanyar Jombang (2011-2014).
Penglaman pendidikan Sofi tak berhenti pada jenjang sekolah. Sofi kemudian melanjutkan studi perguruan tinggi di S1 Prodi Perbankan Syariah IAIN Jember (kini UIN KHAS Jember) lulus pada 2018. Sementara pendidikan pascasarjana S2 ditempuh pada kampus yang sama lulus pada tahun 2021 di Prodi Perbankan Syariah. Pada tahun 2022 Sofi melanjutkan masa studinya pada jenjang S3 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Prodi yang sama.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswi S1 Perbankan Syariah di IAIN Jember, Sopiyatun merasakan kekosongan spiritual. Ia pun mencari tempat untuk memperdalam ilmu agama dan diri. Dalam sebuah perbincangan dengan seorang teman, ia mendengar cerita inspiratif tentang Ponpes Darul Hikam. Tertarik dengan kisah tersebut, Sopiyatun pun memutuskan untuk mengunjungi ponpes tersebut.
“Setelah berdiskusi dengan orang tua dan mempertimbangkan matang-matang, saya memutuskan untuk mondok di Ponpes Darul Hikam sambil melanjutkan studi di IAIN Jember. Keputusan ini terbukti membawa banyak perubahan positif. Saya menjadi lebih disiplin, tenang, dan semakin dekat dengan Allah SWT,” ungkap Sopiyatun.
Keputusan Sopiyatun untuk mondok di Ponpes Darul Hikam didasari oleh beberapa alasan. Pertama, ia ingin belajar dari pengajar yang mumpuni dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang mendukung proses belajarnya.
“Fasilitas di sini sangat lengkap, mulai dari perpustakaan yang penuh dengan buku-buku agama dan ilmu pengetahuan, hingga ruang belajar yang nyaman dan kondusif,” jelas Sopiyatun.
Selain itu, ia tertarik dengan program baca kitab dan program life skill (jurnalistik dan entrepreneur) yang ada di Ponpes Darul Hikam. Program baca kitab untuk mempelajari kitab-kitab kuning secara mendalam, sehingga saya dapat memahami agama dengan lebih baik. Sedangkan program life skill dapat membekali keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia kerja.
“Selain itu, jarak Ponpes Darul Hikam yang dekat dengan kampus IAIN Jember juga menjadi pertimbangan. Hal ini memudahkan saya untuk mengatur waktu antara belajar di ponpes dan di kampus. Selain itu, biaya yang ditawarkan oleh Ponpes ini juga cukup terjangkau,” tambahnya.
Usaha Sopiyatun membuahkan hasil. Kini ia diterima menjadi Murobiyah (Tenaga Pengajar) di Ma’had Darul Hikmah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang. Di sinilah ia menemukan kebahagiaan dengan berbagi ilmu kepada para santri dan membantu mereka memahami agama Islam.
“Saya merasa senang dan bersyukur dapat berbagi ilmu dengan para santri dan membantu mereka memahami agama Islam,” tuturnya.
Pesan Sopiyatun untuk mahasantri Ponpes Darul Hikam, ia menekankan pentingnya semangat dan pantang menyerah dalam menjalani proses belajar dan kehidupan. Ia juga mengingatkan para mahasantri untuk selalu memanfaatkan waktu dengan baik, mengembangkan diri secara holistik, dan tidak takut mengambil tantangan.
“Jangan pernah merasa minder atau ragu dengan kemampuan diri sendiri. Percayalah bahwa kalian semua memiliki potensi untuk menjadi orang yang sukses,” ujarnya.
Selain itu, Sopiyatun juga mengingatkan para santri Darul Hikam untuk menjaga silaturahmi dan membangun jaringan yang luas. Menurutnya, membangun hubungan baik dengan orang lain dapat membuka peluang dan kesempatan baru di masa depan.
“Jangan lupa untuk memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar. Hal ini dapat menjadi cara untuk mengembangkan diri dan menunjukkan bahwa kalian adalah santri yang bermanfaat bagi masyarakat,” imbuhnya.
Reporter : Akhmal Duta Bagaskara
Editor : M. Irwan Zamroni Ali
Jamaah haji wajib melakukan mabit di Muzdalifah setelah wukuf di Arafah. Jamaah haji melakukan mabit lewat tengah malam dini hari nahar (10 Dzulhijjah) setelah wukuf di Arafah. Mabit di Muzdalifah bukan rukun haji menurut mayoritas ulama.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili menghimpun sejumlah pendapat ulama perihal mabit di Muzdalifah.
Imam Malik berpendapat, mabit di Muzdalifah ialah berhenti sejenak di Muzdalifah, sekira mampir menurunkan kaki di perjalanan, menjamak dua shalat, dan makan juga minum. Adapun hukum menginap semalam suntuk di Muzdalifah sunnah muakkad. Jamaah yang tidak melakukan mabit, bagi Imam Malik, wajib membayar dam. Orang yang berdiam hampir sepenuh malam, tidak wajib dam.
Ulama Hanafiyah berpendapat, diam di Muzdalifah wajib meski sesaat walaupun hanya murur atau lewat saja seperti wukuf di Arafah. Tentu saja mabit di Muzdalifah dianjurkan.
Bagi ulama Syafiiyah dan Hanabilah, mabit di Muzdalifah dianggap cukup dengan berhenti sejenak setelah melewati tengah malam. (Syekh Wahbah Az-Zuhayli, At-Tafsirul Munir, juz II, halaman 223).
Dalam pandangan Ulama Syafiiyah, jamaah haji wajib mabit di Muzdalifah meski sejenak setelah tengah malam. Jika jamaah bertolak meninggalkan Muzdalifah sebelum tengah malam, maka ia wajib kembali untuk kemudian melaluinya. Jika tidak kembali sampai terbit fajar, maka ia terkena dam.
قَوْلُهُ: (بِالْمَبِيتِ) أَيْ الْمُكْثِ فِيهَا وَلَوْ لَحْظَةً، بَلْ يَكْفِي الْمُرُورُ لِأَنَّ الْأَمْرَ بِالْمَبِيتِ لَمْ يَرِدْ فِيهَا
Artinya, “Kata (mabit) yaitu berhenti atau diam di Muzdalifah meski sesaat, bahkan cukup murur atau lewat saja karena memang tidak terdapat perintah mabit/menginap di Muzdalifah,” (Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi ‘alal Khatib, juz II, halaman 446).
Mabit di Muzdalifah tidak harus bermalam semalam suntuk, tetapi cukup sekadar hadir sesaat atau bahkan hanya murur/melalui areanya saja sebagaimana wukuf di Arafah.
Adapun terkait kebijakan mabit di Muzdalifah, jamaah haji Indonesia diharuskan untuk mengikuti agenda perjalanan haji Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama RI. Demikian keterangan yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat diterima dengan baik. Wallahu a’lam.
Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/mabit-di-muzdalifah-harus-menginap-atau-cukup-mampir-atau-lewat-nobIj
Media Center Darul Hikam – Direktur World Moslem Studies Center (WOMESTER) Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. mengecam keras aksi blokade bantuan kemanusiaan oleh sebagian warga Israel di Gaza. Ia juga prihatin atas perlakuan tidak terhormat terhadap bantuan makanan, di mana bantuan tersebut diinjak-injak dan dibuang ke jalanan.
“Saya mengecam keras karena aksi ini jelas-jelas membuat orang-orang di Palestina tidak bisa mengakses bantuan tersebut, padahal bantuan ini sudah sangat dibutuhkan,” terang Prof. Haris pada Jumat, (18/5/2024) di Arab Saudi saat menunaikan haji.
Warga Israel melakukan blokade bantuan kemanusiaan berupa makanan yang diperuntukkan bagi warga Gaza pada Senin, (15/05/2024) di Gaza, Palestina. Dilansir pada Kompas.com peristiwa blokade tersebut memicu kemarahan besar masyarakat internasional.
Peristiwa ini berakar kuat pada konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. Gaza, yang dikuasai Hamas, telah diblokade oleh Israel dan Mesir sejak tahun 2007, sehingga pasokan bantuan barang maupun makanan menjadi sangat terbatas.
Blokade ini ditambah dengan seringnya konflik militer, telah menyebabkan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, di mana sebagian besar penduduknya sangat bergantung pada bantuan internasional.
Prof. Haris menegaskan, tidak boleh ada blokade atau penghentian bantuan di tengah jalan atas nama apapun. Alasan bantuan jatuh ke tangan Hamas pun tidak dapat dibenarkan.
“Bantuan ini bukan untuk Hamas, tetapi untuk masyarakat atau warga Gaza yang terdampak akibat perang Israel-Palestina. Bantuan ini wajib disalurkan kepada para korban tersebut,” tambah Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.
Tak hanya itu, Prof. Haris juga mendorong pemerintah Israel untuk menghentikan aksi blokade ini dan menghukum orang-orang yang terlibat, karena tindakan tersebut bertentangan dengan prinsip kemanusiaan universal.
“Saya mendorong agar Israel menghentikan aksi ini, dan menghukum orang-orang yang terlibat karena tindakan ini. Kalau terpaksa perang harus terjadi, maka yang penting warga sipil harus diselamatkan. Warga sipil yang terdampak harus diberi bantuan, korban kemanusiaan dalam keadaan apapun harus diperhatikan. Ini yang menjadi pegangan kita,” lanjut Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.
Terakhir, Prof. Haris mengimbau kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengambil langkah-langkah strategis yang diperlukan agar tidak ada hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza yang terdampak perang tersebut.
“PBB harus bertindak dan juga seluruh masyarakat Indonesia, untuk terus-menerus mengkampanyekan bantuan kepada orang-orang di Palestina, khususnya di Gaza. Bantuan ini tidak boleh berhenti, harus terus-menerus untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di Palestina ketika kondisi seperti ini,” pungkas Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosisasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.
Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara
Editor : Lum`atul Muniroh
Media Center Darul Hikam – Hajat besar Lembaga Wakaf Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darul Hikam Mangli Jember untuk mengembangkan lembaga wakaf, bukanlah hanya sebatas angan saja. Dalam rangka menunjukkan keseriusan tersebut, Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember melakukan studi banding ke Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya, pada Selasa, 15 Mei 2024.
Perwakilan dari Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam diwakili oleh Nadhir Wakaf YPI Darul Hikam, M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., dan Fundriser Wakaf YPI Darul Hikam, Rico Aldy Munafan, S.H. Kedatangan perwakilan dari Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam disambut hangat oleh pihak YPSF, yang dihadiri oleh Kadiv Penghimpunan YDSF Widodo AS, Kepala Divisi Pendayagunaan Imron Wahyudi, dan Khairul Anam serta sejumlah pimpinan YDSF Surabaya.
Ust. Irwan menyebut bahwa pihaknya telah banyak belajar ke YDSF Surabaya. Kesempatannya untuk berkunjung ke YDSF menjadi pengalaman baru untuk membawa Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam lebih progresif.
“Kunjungan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi kami, di mana kami mendapatkan banyak ilmu dan wawasan baru yang sangat bermanfaat bagi pengembangan lembaga wakaf kami,” ucap Irwan yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.
Selama kunjungan, lanjut Irwan, kami berkesempatan untuk mempelajari berbagai aspek pengelolaan lembaga wakaf, mulai dari manajemen penggalangan dana, manajemen SDM, hingga manajemen keorganisasian. Berbagai ilmu yang kami dapatkan di YDSF Surabaya akan menjadi bekal berharga bagi kami untuk memajukan Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam ke arah yang lebih baik.
“Tentu kamu harus terus berbenah, mengupgrade diri dan melakukan berbagai perbaikan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam,” tambah Irwan yang juga Editor In Chief Jurnal Sakinah Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.
Di waktu yang sama, Kadiv Penghimpunan YDSF Widodo AS, mengatakan untuk mendapatkan donatur tetap dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, pihaknya terus menjaga hubungan dengan para donatur melalui berbagai layanan, seperti pelatihan dan konsultasi penghitungan zakat dan wakaf secara gratis.
“Interaksi yang baik tidak hanya dilakukan dengan mengirimkan surat, tetapi juga melalui tayangan video yang dibagikan di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook. Kami juga menyadari pentingnya promosi lembaga,” terang Widodo.
Untuk mencari data donatur potensial, YDSF menjalin kerjasama dengan berbagai pihak melalui event-event. Dalam event tersebut, kami memanfaatkan kesempatan untuk mempromosikan lembaga dan mengumpulkan data donatur
“Kami berharap dapat terus menjaga hubungan baik dengan donatur serta meningkatkan jumlah donatur yang berpartisipasi dalam program-program YDSF,” tambahnya.
Secara terpisah Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. Mengatakan, YDSF telah berdiri kurang lebih 40 tahun lamanya untuk berkhidmat kepada umat, mereka banyak strategi, ilmu dan taktik sehingga sampai sekarang terus survive dan besar.
“Kami harus segera menerapkan ilmu-ilmu yang telah dibagikan kepada kami, secepatnya bisa menjadi strategi akselerasi bagi kami, ke depan kami ingin sebesar YDSF berskala internasional salah satu caranya dengan studi banding,” ujar Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam yang saat ini tengah menjalankan ibadah haji.
Reporter : Akhmal Duta Bagaskara
Editor: Lum`atul Muniro
Media Center Darul Hikam – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) meloloskan Rancangan Undang-Undang anti-Semitisme yang bisa memperluas makna dari anti semitisme di tingkat federal pada Rabu, 1 Mei 2024. RUU tersebut akan mengkodifikasikan definisi anti-Semitisme yang dibuat oleh International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA) dalam Judul VI Undang-Undang Hak Sipil tahun 1964.
RUU tersebut mendapat tantangan besar dari kelompok kebebasan sipil di Amerika Serikat, karena dipandang sebagai reaksi terhadap protes anti-perang yang sedang berlangsung di kampus-kampus universitas AS. Kini, usulan tersebut diserahkan ke Senat untuk dipertimbangkan.
Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., turut menyesalkan atas diloloskannya RUU anti-Semitisme. Menurutnya, AS yang disebut sebagai negara dan bangsa yang “eksepsional” (istimewa), bahkan juga dikenal sebagai negara adidaya, justru menunjukkan bahwa AS kini berada di bawah dominasi kekuatan Israel.
“Resolusi ini justru membuktikan bahwa AS mengecilkan diri di hadapan negara Israel, sungguh sangat disayangkan dan memalukan,” ujar Prof Haris yang saat ini tengah menjalankan ibadah haji tahun 2024.
Perlu diketahui, definisi anti-Semitisme menurut IHRA adalah “persepsi tertentu terhadap orang Yahudi, yang dapat diungkapkan sebagai kebencian terhadap orang Yahudi. Manifestasi retoris dan fisik anti-Semitisme ditujukan kepada individu Yahudi atau non-Yahudi dan/atau properti mereka, terhadap institusi komunitas Yahudi dan fasilitas keagamaan”.
Di mana dalam perundang-undangan Amerika tersebut, lanjut Prof Haris dinyatakan bahwa mengeritik, apalagi menyerang negara, bangsa dan pemerintahan Israel merupakan anti semitisme yang telah ditetapkan sebagai kejahatan (crime) di Amerika Serikat.
“Bagaimana bisa warga negara yang mengeritik negaranya sendiri dianggap hal wajar bahkan disebut sebagai kebebasan berekspresi dalam negara demokrasi, sedangkan jika di Amerika terdapat orang yang mengeritik, mengingkari dan menyerangnya secara terbuka dianggap sebagai ‘crime’ kejahatan dan pelanggaran terhadap perundang-undangan,” jelasnya.
Menurut Guru Besar UIN KHAS Jember itu, genosida dan pembunuhan massal yang dilakukan oleh rezim Israel di Gaza, termasuk dihalanginya bantuan kemanusiaan dan obat-obatan, sehingga mengakibatkan ancaman kelapangan massal, sungguh tidak bisa masuk di akal, jika perbuatan tersebut dilakukan atas nama ajaran suatu agama.
“Maka dari itu, negara/bangsa tidak logis jika disamakan dengan agama/keyakinan, termasuk Israel disamakan dengan Yahudi. Keduanya sangat berbeda, negara itu Negara itu ‘naturally earthly’ (memilki tabiat bumi/manusiawi). Sementara agama itu ‘naturally heavenly’ (bertabiat langit/suci),” pungkasnya.
Reporter: M. Irwan Zamroni Ali
Editor: Akhmad Kamil Rizani
Media Center Darul Hikam – World Moslem Studies Center (Womester) menggelar acara Halal Bihalal dan Diskusi interaktif tentang Perdamaian di Timur Tengah bersama Narasumber dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, pada Selasa, 30 April 2024, 20.00 WIB secara daring.
Dalam acara tersebut hadir para pengurus Womester, diantaranya, Diplomat dan ASN di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Nur Salim, LC., M.Si sebagai narasumber, Direktur Womester, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. Wakil Dikretur Womester, KH. Moh. Romli, Sekretaris Womester Akhmad Kamil, dan puluhan anggota lainnya.
Sebelumnya, Womester di tahun 2024 berhasil melakukan pengabdian internasional di dua Benua, yaitu Benua Asia di Hong Kong dan Benua Eropa di Belanda. Pengabdian tersebut dilakukan pada 09-26 Maret 2024.
Dalam kesempatan itu, Direktur Womester, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC, menyampaikan jika pihaknya telah berhasil melakukan sejumlah kegiatan, seperti penyusunan buku pedoman fiqih di luar negeri, hingga pengabdian di luar negeri.
“Kami sudah berhasil melakukan sejumlah kegiatan internasional, ke depan kegiatan semacam ini harus terus kita lakukan untuk kemaslahatan umat,” ujar Guru Besar UIN KHAS Jember.
Misalnya, lanjut Prof Haris, di Hong Kong lebih dari 95% tenaga kerja asal Indonesia merupakan perempuan, sedangkan di Belanda jumlah laki-laki dan perempuan WNI hampir seimbang. Oleh karena itu, jangan sampai WNI yang ada di luar negeri tidak mendapatkan perhatian, baik dari sisi Hak Asasi Manusia-nya hingga menjalakan kegiatan keagamaan.
“Selain itu, kami juga melakukan liputan Islam dunia kerja sama Womester dan Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr PBNU. Bentuk kerja samanya dalam serba serbi Ramadhan di beberapa negara, baik itu di Hong Kong, Belanda, Australia, Jerman, Amerika Serikat dan sebagainya. Bahkan reportase ini dapat dilihat dari berita online, seperti NU Online dan lainnya,” tambah Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.
Dalam diskusi yang dipimpin oleh Muchimah tersebut, Diplomat dan ASN di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Mohammad Nur Salim, LC., M.Si menjelaskan, konflik Israel dan Palestina tidak dipahami dengan menggunakan satu pendekatan saja, namun perlu dilakukan kajian dengan pendekatan yang sangat kompleks.
“Memahami isu Israel dan Palestina ini kita tidak bisa hanya menggunakan satu pendekatan saja. Akan tetapi harus menggunakan banyak pendekatan, seperti pendekatan agama, pendekatan geopolitik, pendekatan kemanusiaan dan lain-lain,” tutur Ustad Nur Salim
“Harus multilayer, karena begitu rumitnya konflik yang terjadi antara Israel dan Palastina. Misalnya, kita melihat dari pendekatan historisnya, bagaimana sejarah yang terjadi pada 3000 tahun yang lalu,” tambahnya.
Oleh karena itu, ia mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Womester, sebagai organisasi yang memiliki perhatian terhadap isu global yang tengah terjadi.
“Saya kira kegiatan ini bagus, karena kita berusaha mencari lebih tahu sejelas mungkin tentang informasi isu yang terjadi sebenarnya. Karena banyak di luar sana disinformasi yang beredar luas. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah salah satunya mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Palestina,” pungkasnya.
Penting diketahui pula, Womester merupakan salah satu NGO di Indonesia yang bergerak di bidang penelitian, pendidikan, pengabdian masyarakat dan juga kerja sama. Pembentukannya dirintis oleh sekelompok dosen dan peneliti dari kultur Islam progresif -tradisional yang intens berdiskusi dan mengembangkan pemikiran ke arah yang lebih terbuka dan toleran dengan isu-isu global. Meski tujuannya untuk masyarakat Indonesia dan negara Indonesia.
Reporter: M. Irwan Zamroni Ali
Editor: Moh Kamil