Categories
Berita

Menjadi UPZ BAZNAS Jember, YPI Darul Hikam Siap Menyalurkan Zakat Umat

Media Center Darul Hikam – Zakat, salah satu rukun Islam, memiliki peran penting dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umat. Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar, namun belum sepenuhnya tersalurkan secara optimal. Di sinilah BAZNAS hadir sebagai lembaga resmi pemerintah yang mengelola zakat secara profesional dan akuntabel.

Di Kabupaten Jember, BAZNAS terus berupaya meningkatkan potensi pengumpulan zakat. Salah satu strateginya adalah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi yang memiliki potensi besar untuk menjadi Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

Salah satunya, Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darul Hikam Jember yang kini resmi menjadi Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Jember. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) ini dilakukan di Kantor BAZNAS Jember, Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 46, Jember, Jawa Timur, pada hari Jumat, 26 April 2024.

Sekretaris BAZNAS Jember, Abdul Ghofar Zaen, S.H., menjelaskan alasan terpilihnya YPI Darul Hikam sebagai UPZ dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mendasari terpilihnya YPI Darul Hikam sebagai UPZ BAZNAS Jember.

Pertama, YPI Darul Hikam berstatus sebagai yayasan, yang termasuk salah satu pihak yang diizinkan untuk mendirikan UPZ BAZNAS Jember. Kedua, YPI Darul Hikam memiliki jaringan luas dan basis massa yang besar, sehingga potensi pengumpulan zakatnya pun besar.

“Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam termasuk dalam kategori ini. Oleh karena itu, Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam memiliki kewenangan untuk menjadi UPZ secara resmi dari BAZNAS Kabupaten Jember,” ungkap Ustadz Ghofar.

Selain itu Ustadz Ghofar mengatakan, proses pendirian UPZ YPI Darul Hikam terbilang mudah dan efisien, yaitu cukup mengajukan beberapa pengurus yang mau di SK menjadi amil, minimal terdiri dari ketua, penasehat, sekretaris, dan bendahara.

“Setelah pengajuan diajukan ke BAZNAS Jember, dilakukan verifikasi dan pembuatan SK Amil kepada UPZ YPI Darul Hikam,” jelas Sekretaris BAZNAS Jember.

Terakhir, Ustadz Ghofar berharap semakin banyaknya UPZ di sejumlah daerah dan sektor, dapat memudahkan para muzakki untuk berzakat sesuai dengan syariat Islam.

“Harapan BAZNAS Jember ke depannya adalah agar UPZ ini dapat memudahkan para muzakki untuk berzakat sesuai dengan syariat Islam. Hal ini karena UPZ tersebut telah resmi diberi Surat Keputusan (SK) Amil oleh pemerintah,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris UPZ YPI Darul Hikam, M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC., menyampaikan, Yayasan Pendidikan Islam Darul Hikam telah resmi menjadi UPZ BAZNAS Kabupaten Jember. Dengan ini, menunjukkan bahwa YPI Darul Hikam berupaya untuk semakin bermanfaat kepada banyak umat.

“Sebelumnya, YPI Darul Hikam menerima donasi berupa dana wakaf, infak, dan sedekah, namun dengan ditetapkannya sebagai UPZ BAZNAS, YPI Darul Hikam juga menerima zakat dari para donatur,” tutur Irwan yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Selanjutnya Irwan mengatakan, tujuan dari YPI Darul Hikam mendaftarkan diri sebagai UPZ BAZNAS Kabupaten Jember dikarenakan beberapa hal.

“Pertama, karena tingginya tingkat kepercayaan masyarakat yang begitu besar, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah zakat mal yang masuk, terutama pada bulan Ramadan kemarin. Kedua, besarnya permintaan masyarakat, agar Darul Hikam dapat memperluas kebermanfaatannya,” pungkasnya.

Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : Lum`atul  Muniroh

Categories
Berita

Jelang Lebaran, YPI Darul Hikam Salurkan Puluhan Paket Zakat Kepada Kaum Duafa

Media Center Darul Hikam – Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darul Hikam merupakan salah satu lembaga pendidikan ternama yang berdiri di Kabupaten Jember, tepatnya di Perum Pesona Surya Milenia C7 No. 6 Mangli Kaliwates Jember.

Sebagai lembaga yang berdiri dengan misi mulia untuk menyebarkan pendidikan Islam yang berkualitas serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, YPI Darul Hikam hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menebarkan manfaat yang luas bagi umat, salah satu aktivitasnya, yaitu menyalurkan zakat kepada 30 orang jamaah Masjid Al Baitul Amien, Kauman pada Selasa (8/4/2024).

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Ramadan 1445 H yang dilaksanakan oleh YPI Darul Hikam, dimana sebelumnya YPI Darul Hikam juga menggelar buka bersama ratusan mahasantri selama bulan Ramadhan.

Hal ini semakin meneguhkan komitmen lembaga yang telah berdiri sejak tahun 2015 ini sebagai lembaga pendidikan yang unggul dalam mencetak kader pemimpin umat yang ahli agama dan ahli bidang sains.

Ketua YPI Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., dengan penuh rasa syukur menyampaikan, bahwa YPI Darul Hikam kembali menyalurkan zakat kepada para kaum duafa di tahun ini.

“Alhamdulillah, kami bersyukur dapat kembali menyalurkan zakat kepada para kaum duafa di tahun ini. Semoga bantuan ini dapat bermanfaat bagi mereka dan meringankan beban hidup mereka,” ucap Prof. Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Lebih lanjut, Prof. Haris menjelaskan, zakat yang disalurkan ini merupakan hasil dari dana yang dihimpun oleh Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam.

“Dana zakat ini berasal dari para donatur yang memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama. Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan dan dukungan mereka,” tambah Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara Hukum Administrasi Negara.

Prof. Haris juga berharap program penyaluran zakat ini dapat terus dilaksanakan setiap bulan dan juga rutin setiap tahun.

“Kami menginginkan agar program ini dapat membantu para kaum duafa dan meringankan beban hidup mereka. Kami juga mengajak kepada masyarakat untuk berzakat dan juga berwakaf melalui YPI Darul Hikam, sehingga program ini dapat terus berkelanjutan, kata Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember.

Penyaluran zakat ini disambut dengan antusias oleh para kaum duafa dan pengurus Masjid Al-Baitul Amin Jember yang mengaku sangat senang menerima bantuan ini.

“Saya senang sekali dengan pemberian sedekah untuk jamaah Masjid Al-Baitul Amin dari YPI Darul Hikam. Saya berdoa, semoga donatur tambah berkah dan lembaga wakaf tambah maju dan tambah bermanfaat di masa yang akan datang,” ungkap Jarot jamaah Masjid Al-Baitul Amin.

Diketahui pula, saat ini YPI Darul Hikam terus berupaya untuk menebarkan manfaat seluas-luasnya untuk umat, salah satu program yang tengah gencar dilakukan yaitu menyelenggarakan pelatihan bagai para peserta Program Prakerja baik dari Jember hingga seluruh Indonesia.

Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Kolom Pengasuh

Work-Life Balance Ala Orang Belanda

Oleh: M. Noor Harisudin

Hari itu (24/8/2024), saya melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kota Den Haag. Ini saya lakukan setelah berkeliling kota Bremen dan Hamburg keduanya di Jermankarena tugas menjalankan safari dakwah di sana. Beberapa kolega menyampaikan informasi pada saya tentang ratusan ahli pesawat terbang Indonesia didikan BJ. Habibie yang tinggal di Bremen dan Humberg. Mereka bekerja di perusahaan pesawat terbang di Jerman.

Akhirnya, sampai juga saya ke dua kota di Jerman tersebut, bahkan berdakwah di sana. Setelah berdakwah dua hari di Musholla Breman dan KJRI Humberg Jerman, saya kembali ke Den Haag.

Mengapa harus ke Den Haag? Ya. Saya diundang untuk ikut serta kegiatan Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda yang hari itu mengadakan acara rapat kerja dan berbuka bersama di Masjid Al Hikmah Den Haag.

Soal transportasi yang nyaman di Eropa. Beberapa hari sebelumnya, dalam safari dakwah ke Jerman, saya menggunakan bus dari Amsterdam-Bremen. Bremen ke Humberg, saya diantar menggunakan mobil Pak Gery bersama anak dan istrinya. Dari Humberg-Amsterdam-Den Haag, saya kembali menggunakan bus. Saya menikmati perjalanan dengan bus ini karena meski jarak tempuh yang lumayan jauh, saya merasakan suasana bus yang mewah dan nyaman. Saking nyamannya, perjalanan 8,5 jam dari Humberg ke Amsterdam, juga tidak terasa.

Dari sekian perjalanan saya dari Belanda ke Jerman dan pulang dari Jerman ke Belanda, yang menarik adalah sopir bus-nya. Sekian bus disopiri langsung oleh orang Belanda. Sebagai driver, merangkap kondektur dan juga kernet. Ketiganya dirangkap dalam satu orang. Orang Belanda itu kerjanya cak cek, Prof. dan efesien kerja”, kara dokter Ikhwan pada saya. Dokter Ikhwan adalah putra pertama Mahfud MD yang sedang menempuh program Ph.D di Amsterdam bersama istrinya. Jika melihat sopir bus Belanda, maka apa yang dikatakan dokter Ikhwan tidak keliru. Bayangkan: ngerneti, menjadi kondektur dan sekaligus nyopiri. Pemandangan yang tidak kita peroleh di Indonesia. Di Indonesia sopir ya hanya sopir. Kondektur ya kondektur. Kernet ya kernet.

Mereka terbiasa dengan motto kerja; kalau bisa dilakukan oleh satu orang, mengapa pakai dua atau tiga orang. Tak heran jika di banyak sektor kerja orang Belanda, mereka hanya menggunakan sedikit orang atau minimal sesuai kebutuhan kerja.

Meski sedikit orang, namun tidak mempengaruhi kerja cepat orang Belanda. Satu orang Belanda sama dengan tiga orang Indonesia, Prof, kata dokter Ikhwan pada saya. Apalagi mereka memiliki pola kerja yang disebut dengan work-life balance.

Work-life balance adalah keadaan seseorang yang bisa mengatur dan membagi waktu dan energi untuk kehidupan pekerjaan dan pribadi yang baik. Artinya, ia bisa mengatur dan membagi waktu dengan seimbang untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti rekreasi, hobi keluarga, dan urusan lainnya.

Dalam work-life balance, orang Belanda menyelesaikan pekerjaan di tempat alias sisa pekerjaan tidak boleh dibawa pulang. Ketika pulang, mereka sudah hanya fokus bercengkerama dengan keluarga atau teman-temannya.

Praktis, orang Belanda menggunakan berbagai cara bagaimana pekerjaan selesai. Mereka selalu all out dalam bekerja. Oleh karena itu, tidak ada HP ketika mereka bekerja. Tidak sama dengan sebagian kita yang bekerja sambil bermain HP, di Belanda bermain HP ketika sedang bekerja dilarang keras. Tidak hanya HP, aktivitas lain juga dilarang dalam cara kerja mereka. Mereka hanya akan focus on the work. Sehingga pekerjaan orang Belanda selalu selesai pada waktunya.

Selain itu, mereka selalu bekerja on time. Misalnya ketika janjian sama Isha, seorang Belanda yang menjadi master Tapak Suci di Amsterdam, jam 9 pagi waktu Belanda untuk diantar ke Rijk Museum Amsterdam, 10 menit sebelumnya saya sudah menunggu di depan housing Habib. Jangan pernah terlambat menepati janji di Belanda kareana ini merupakan kesalahan fatal.

Dus, karakter lain orang Belanda adalah disiplin kerja. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghargai, menghormati, taat dan patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dan tidak mengelak dengan sangsi-sangsi yang berlaku apabila melanggara tugas yang diberikan. Selain datang dan pulang tepat waktu, orang Belanda dikenal mengerjakan semua pekerjaan dengan baik. Mereka juga mematuhi semua peraturan perusahaan dan kantor sesuai, dengan norma-norma sosial yang berlaku.

Kita juga bisa belajar cara kerja smart orang Belanda. Mereka akan menggunakan cara smart untuk menyelesaikan kerjanya. Bagaimana kerjaan cepat selesai dengan hasil yang maksimal. Sehingga, mereka akan menggunakan teknologi untuk membantu berbagai pekerjaan mereka sehingga cepat selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Sebetulnya, orang Indonesia bisa meniru cara kerja orang Belanda. Tinggal mau memulai apa tidak. Mau coba? Wallahualam. ***

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Penjara Belanda Kosong: Berkah atau Musibah?

Oleh: M. Noor Harisudin

Salah satu hal menarik di Belanda adalah banyaknya penjara yang terpaksa ditutup. Tahun 2009 misalnya, Belanda menutup delapan penjara. Demikian juga, tahun 2014 Belanda kembali menutup penjara. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung; 19 penjara. Alasan penutupan karena menurunnya kejahatan di Belanda.

Menurut laporan DutchNews.nl pada 1 Maret 2022, tingkat pencurian dan perampokan di Belanda menurun drastis dalam sepuluh tahun terakhir. Misalnya perampokan yang turun 71 %, perampokan rumah turun 74 % dan pencopetan turun 85 persen.

Menurunnya kejahatan berdampak pada minimnya jumlah tahanan. Jika dihitung mulai tahun 2005 hingga tahun 2022, jumlah tahanan di Belanda menurun drastis dari 50.650 menjadi hanya 30.380. Tentu saja, menurunnya angka kejahatan ini mengakibatkan penjara di Belanda banyak yang ditutup, bahkan sebagian disulap menjadi sekolah, pusat pengungsi, museum atau bahkan kantor.

Sekedar contoh, British School of Amsterdam yang menampung banyak permintaan pendidikan internasional hingga tahun 2021 menata ulang tempat yang sebelumnya merupakan penjara menjadi teater sekolah.

Demikian juga Penjara Nasional Veenhuizen di Propinsi Drenthe Belanda telah beralih fungsi sebagai museum sebagai upaya pemerintah Belanda membuka diskusi tentang kejahatan dan hukum serta ragam sejarah yang mengerikan yang mengitarinya. Sekarang namanya berubah menjadi Museum Penjara Nasional Veenhuizen.

Minimnya jumlah kejahatan dan tahanan di Belanda berkorelasi dengan jaminan sosial yang diberikan oleh negara pada rakyatnya.

Banyak penjara tutup. Karena sistem sosial sudah bagus. Jaminan sosial juga lancar. Kesenjangan orang kaya miskin tidak ada, kata dokter Ikhwan, putra Mahfud MD Habib pada saya. Ikhwan adalah mahasiswa S3 kedokteran di Amsterdam.

Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa pajak tinggi pada orang kaya membantu negara meratakan jaminan sosial pada seluruh warganya. Dengan cara ini, nyaris tidak ada orang yang miskin dan kekurangan karena semua telah difasilitasi negara.

Dengan kata lain, implementasi keadilan sosial telah menjadikan jumlah kejahatan nyaris tidak ada. Kalaupun ada, kejahatan dilakukan oleh sebagian kecil imigran dari luar Belanda. Karena mereka sudah sejahtera dan makmur semua, maka tidak ada kejahatan, tukas dokter Ikhwan kembali pada saya.

Pada sisi lain, kita perlu mendalami aspek humanisme soal penjara di Belanda. Pemerintah Belanda memang jarang atau tepatnya meminimalisir memasukkan orang ke dalam penjara.

Kiai Nur Ahmad, mahasiswa Ph.D Leiden University, kembali bercerita tentang seorang pencuri handphone temannya. Temannya lapor pada polisi Belanda. Tapi, polisi Belanda mengatakan untuk menunggu orang yang mencuri sadar dan mengembalikannya beberapa bulan lagi. Jadi, diminta bersabar, kata Kiai Nur Ahmad dalam diskusi sahur pada bulan Ramadlan 1445 H ini.

Bagaimana dengan hak orang yang kehilangan? Bukankah Hp nya juga hal yang penting bagi dia? Bagaimana jika ternyata tidak dikembalikannya.

Ketika teman yang kehilangan kembali ke kantor polisi menanyakan Hp-nya, maka Polisi kembali menghimbaunya untuk bersabar. Karena, lanjut polisi, jika dia dipaksa untuk mengembalikan, maka besar kemungkinan dia akan melakukan kejahatan yang lebih besar lagi.

Walhasil, hingga artikel ini Hp masih belum kembali. Entah, sampai kapan. Namun, itulah model penanganan kejahatan di Belanda yang superhumanis.

Tidak hanya ketika penanganan kejahatan, namun ketika ada dalam penjara, Belanda juga memperlakukan narapidana secara humanis. Lihat misalnya bentuk penjara yang luas dan tidak sempit, seperti penjara-penjara di Indonesia.

Penjara Belanda ini bahkan memberikan layanan dua jam setiap enam minggu agar para tahanan bisa melepas rindu dengan keluarga atau pasangannya di kamar khusus yang telah disediakan. Luar biasa bukan.

Selain tentu saja, penjara bekerja sama dengan instansi lain memberikan ketrampilan agar narapidana bisa kembali bekerja saat bermasyarakat. Berbagai ketrampilan diajarkan dan tentu saja agar mereka tidak asing lagi di tenga-tengah masyarakat Belanda. Tegasnya, mereka dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Penjara-penjara di Belanda, oleh karenanya, menyiapkan program reintegrasi para narapidana agar bisa diterima kembali dengan baik saat kembali dan selanjutnya narapidana diharapkan dapat berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat.

Gambaran ini semua menujukkan sikap humanisnya pemerintah Belanda pada para nara pidana baik sebelum, pada saat dan paska penjara di negeri kincir angin tersebut.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia yang terus overload kapasitas penjaranya? Nampaknya, Indonesia masih perlu banyak belajar lagi ke Belanda. *** (Bersambung)*

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Ziarah ke Makam Snouck Hourgronye

Oleh: M. Noor Harisudin

Di sela-sela gemerlap intelektual Leiden University yang melegenda, saya berkesempatan berkunjung ke rumah Snouck Hourgronye. Siapa yang tidak kenal dengan Snouck Hourgronye? Seorang orientalis Belanda yang masyhur dan memiliki reputasi dunia. Pahlawan bagi Belanda, namun tokoh munafik yang dibenci oleh rakyat Indonesia. Oleh Belanda, Snouck Hourgronye diminta untuk menaklukkan perlawanan rakyat Indonesia. Studinya tentang Islam luar biasa. Dikagumi, namun juga dibenci. Itulah sosok Snouck Hourgronye.

Hari Rabu itu (20/3/2024), Hengki, Ketua Lembaga Talif wan Nasyr Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda yang juga seorang alumni magister Universitas Islam Negeri Sahida Jakarta mengajak saya keliling ke Universitas Leiden. Setelah berkeliling kesana-sini, saya lalu diajak ke rumah Snouck Hourgronye. Ini rumah Snouck Hourgronye, Prof. Rumahnya ada di pinggir kanal yang lain. Rumah Snouk Hourgronye tampak kecil, namun asri. Di atas pintu tertulis namanya, meski tidak kelihatan jelas.

Nama lengkapnya Christian Snouck Hourgronye. Dilahirkan 8 Pebruari 1857dan meninggal 26 Juni 1936. Snouck Hourgronye menjadi mahasiswa teologi Kristen di Unversitas Leiden tahun 1874. Gelar doktornya diperoleh tahun 1880 dengan disertasinya Het Mekkaansche feest (Perayaan Mekah). Tahun 1881, Snouck Hourgronye diangkat menjadi professor di Sekolah Pegawai Sipil Leiden.

Snouck Hourgronye dikenal sebagai sarjana Belanda bidang budaya Oriental dan Bahasa. Snouck Hourgronye yang fasih Bahasa Arab ini masuk ke kota suci Mekkah tahun 1885, setelah berhasil menyelesaikan pemeriksaan untuk diizinkan ziarah ke kota Mekah. Untuk masuk ke kota Mekah, Snouck Hourgronye melalui Kerajaan Ottoman yang masih berkuasa di dunia Islam saat itu. Selain itu, Snouck Hourgronye harus menjadi mualaf. Nama mualafnya Haji Abdul Ghafar.

Tahun 1889, Snouck Hourgronye menjadi profesor Melayu di Universitas Leiden. Selain itu, ia juga menjadi penasehat resmi pemerintah Belanda urusan Kolonial. Ia mengambil peran aktif dalam bagian akhir Perang Aceh (1873-1913). Dengan pengetahuannya tentang Islam, Snouck Hourgronye merancang strategi untuk menghancurkan perlawanan rakyat Aceh dan mengakhiri perang 40 tahun dengan korban kurang lebih 100.000 dan satu juta terluka. Tahun 1906, Snouck Hourgronye kembali ke Belanda dan melanjutkan karir akademisnya.

Selain ke rumah Snouck, saya juga diajak ke patung para tokoh Universitas Leiden. Sejumlah guru besar dan tokoh penting. Salah satunya, orang Indonesia yang pertama kali kuliah disana, yaitu Prof Hussein Djayadiningrat yang asal Serang Banten. Tertulis pada prasasti di bawah arca Prof Hussein: The first scholar to receive a Ph.D converred on 3 may 1913 by Le Converred Leiden University. Orang yang pertama kali lulus kuliah di Leiden University.

Tak terasa, hari sudah sore, dan kami harus pulang ke housing Kiai Nur Ahmad. Tadi belum ke makam Snouck Hourgronye, Prof. Besok saya akan antar ke sana, kata Kiai Nur Ahmad ketika buka bersama saya dan Hengki di housingnya. Buka puasa hari itu spesial banget. Ada sop buntut yang disiapkan untuk kita semua dengan sambal terasi jeruknya. Maknyus. Belum dengan gorengan bakwan, tahu isi dan lain sebagainya serasa buka bersama di Indonesia.

Hari Kamis, (21/3/2024), sesuai janjinya, saya diajak Kiai Nur Ahmad ke makam Snouck Hourgronye. Kurang lebih setengah jam, kami sudah sampai di lokasi yang dituju. Sebelumnya, kami harus naik sepeda lima kilometer dari housing Kiai Nur Achmad. Sepanjang jalan, kami juga berhenti di spot-spot kota Leiden yang indah dan menawan. Tentu sambil foto-foto selfi bersama kiai muda asal UIN Walisongo Semarang tersebut.

Makamnya, lanjut Kiai Nur Ahmad, indah sekali. Tak heran jika menjadi tempat pelarian muda-mudi yang pacaran. Atau sekedar menjadi tempat baca-baca. Sama sekali tidak ada kesan seram seperti makam-makam di Indonesia. Sama dengan pemakaman yang lain di Belanda, gerbang pemakaman Snouck Hourgronye tampak indah dari depan. Ada parkir sepeda pancal yang disiapkan.

Kiai Nur Ahmad yang menunjukkan dimana makam Snouck Hourgronye. Ini makamnya Snouck Hourgronye. Dia bersama tiga orang keluarganya yang lain, kata Kiai Nur Achmad pada saya.

Saya langsung jujug ke makam Snouck Hourgronye. Ada kotak persegi empat yang cor-coran. Di sana tertulis nama-nama orang yang dikuburkan, meski tulisan juga terlihat samar-samar. Dalam makam ini, ada empat keluarga Snouck yang dikubur. Saya berdiri di sebelah makam saja, Kiai Nur Ahmad, pinta saya pada Kiai Nur Ahmad. Jepret-jepret, foto di sebelah kuburan Snouck Hourgronye.

Sekitar setengah jam kemudian, saya berdiri di pusara Snouck Hourgronye. Entah, apa yang saya pikirkan. Namun, saya reminder pada masa kejayaan saat Snouck Hourgronye diangkat oleh penjajah Belanda. Bagaimana orientalis jenius ini bisa menjadi penasehat Belanda dan sangat berpengaruh di bumi Indonesia. Memori saya pun kembali pada teori Knowledge and Power. Hubungan antara pengetahuan dan kekuasaannya, Michael Foucault. *** (Bersambung)

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Talif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember

Categories
Kolom Pengasuh

Hikmah Ramadhan 2024, Islam yang Diamalkan

Ra aitul al-islaama ‘amalan laa iimaanan fil gharbi. Wa raitul al-Islaama iimaanan laa ‘amalan fis syarq.

Saya melihat Islam yang diamalkan bukan Islam yang diimani di Barat.

Sementara, saya melihat Islam yang diimani dan bukan Islam yang diamalkan di Timur.

Demikian perkataan Muhammad Abduh ketika berkunjung ke Paris pada tahun 1884 M.

Muhammad Abduh takjub dengan amaliyah Islam di Paris (Eropa) yang tampak dalam berbagai sendi kehidupan.

Itulah yang saya rasakan ketika mendapat tugas berdakwah di Belanda mulai tangagl 12 hingga 26 Maret 2024.

Saya diundang Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Belanda untuk berdakwah keliling di sejumlah kota di Belanda dan juga Jerman, mulai Amsterdam, Den Haag, Wageningen, Leiden, Bremen dan Hamburg.

Keempat kota pertama adalah kota-kota di Negeri Belanda dan dua yang terakhir adalah dua kota di Jerman.

Sembari berdakwah selama lima belas hari di negeri kincir angin, secara kasat mata, saya melihat Islam yang diamalkan, bukan Islam yang diimani di sana.

Penduduknya non-muslim, namun amaliyahnya justru Islam.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Setidaknya, ada sejumlah amaliyah Islam yang kita lihat dan rasakan ke Negara Kincir Angin tersebut, sebagaimana berikut:

Pertama, kota-kota di Belanda bersih.Ruas-ruas jalan yang rapi dan bersih kita lihat di hampir semua sudut jalan.Kita sulit mendapati sampah di jalanan, kafe, housing, airport, stasiun, dan sebagainya. Hadits an-nadlaftu minal iman (kebersihan sebagian dari iman) benar-benar mewujud dalam semua bidang kehidupan.

Kedua, Negeri Belanda sangat mempedulikan lingkungan. Udara yang segar benar-benar dijaga. Jalanan rapi, tertib dan bersih. Sebisa mungkin, orang menggunakan transportasi publik. Bahkan sepeda pancal adalah transportasi utama orang Belanda.

Dengan demikian, selain antimacet, juga tidak membuat polusi udara yang menyesakkan dada. Belanda melarang menggunakan aqua gelasan, namun menggunakan air isi ulang. Ini sejalan dengan pesan Alquran untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sebaliknya melarang berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. Al-Araf: 85).

Ketiga, jalanan di Belanda nyaris tanpa macet. Kecuali Amsterdam kota besar di Belanda, semua jalanan berlangsung tertib. Semua juga tertib berlalu lintas.

Demikian juga, parkir mobil dan kendaraan teratur. Ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW: la dlarara wa la dlirara. Artinya: Tidak boleh ada madlarat pada diri sendiri dan juga pada orang lain.

Keempat, penegakan hukum di Belanda sangat memanusiakan manusia. Tak heran jika sejumlah penjara di Belanda, ada yang tutup.

Dengan kata lain, kejahatan tidak ada atau bahkan zero. Juga tidak ada korupsi. Penegakan hukum tidak serta merta langsung babibu hantam kromo, namun dicari dulu akar masalahnya. Sejauh bisa tidak dihukum, maka jangan dihukum.

Apalagi jika dihukum malah justru berdampak negatif dan semakin meluas kejahatannya di masa itu dan masa yang akan datang.

Ini selaras dengan maqasidus syariah yang berorientasi pada kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat (mashaalihul ‘ibaad fil ma’asyi wal ma’aad).

Kelima, pendidikan yang mencerahkan. Sejak kecil, anak-anak dididik dengan model critical thinking yang mencerahkan.

Mereka tidak dicekoki sederet hafalan apalagi pekerjaan rumah (PR) yang membosankan, namun mereka dicerahkan dengan cara berpikir kritis sejak sekolah dasar (basic school).

Demikian ini selaras dengan pesan Alquran, afala ya’qiluun (apakah kalian tidak berakal), afalaa yafatakkaruun (apakah kalian tidak berpikir) dan afala yatadabbarun (apakah kalian tidak berpikir).

Keenam, Belanda adalah welfare state (negara kesejahteraan). Oleh karenanya, di Belanda tidak ada orang kaya dan juga orang miskin. Orang kaya takut dengan pajak yang tinggi hingga 52 persen dari penghasilannya.

Orang miskin akan mendapat jaminan sosial dari selisih pajak orang kaya, meski ia tetap berkewajiban membayar pajak minimal 33 persen.

Negeri Belanda memang menggantungkan penghasilan dari pajak warganya.

Apa yang dilakukan di negeri Belanda sejalan dengan QS. Al-Hasyr ayat 7: kay la yakunan dulatan bainal aghniya minkum. Artinya, agar harta itu tidak berputar di antara orang kaya kalian.

Ada banyak hal amaliyah Islam lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu di negara bekas penjajah tersebut.

Semuanya juga menjadikan Negara Belanda sebagai 10 negara dengan tingkat kebahagian tertinggi dunia.

Seperti kata Muhammad Abduh, saya menduga, demikian ini karena Belanda mengamalkan ajaran Islam.

Momentum Ramadan 1445 H ini seyogyanya menjadi refleksi kritis atas keberislaman kita.

Benarkah kita sebagai muslim sudah mengamalkan ajaran Islam?

Berapa ayat Alquran yang sudah kita praktikkan dalam hari-hari kita?

Berapa hadits Nabi yang sudah juga kita praktikkan dalam hari-hari kita?

Ataukah justru kita semakin jauh dari amalan Islam?

Dalam Hikam, Ibnu Athailah al-Iskandari mengatakan ‘khairul ‘ilmi ma kaanat al khasyah ma’ahu’.

Sebaik-baik ilmu, adalah ilmu yang dibarengi al-khasyah (rasa takut pada Tuhan).

Tidak hanya itu, sebaik-baik ilmu, adalah juga ilmu yang diamalkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Islam bukanlah ajaran teoritis yang melangit, namun Islam adalah agama yang harus membumi dalam praksis kehidupan.

Kekuatan Islam bukan kata-kata indah, namun praksis kehidupan yang dirasakan manfaatnya dalam berbagai sektor kehidupan.

Itulah makanya, para ulama yang mengamalkan ilmunya mendapat tempat terhormat dalam Islam, seperti doa-doa yang kita lantunkan dan selalu ditujukan pada mereka al-ulamaa al-‘aamilin’. Alfatihah.

(*)Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim. Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara.

Categories
Kolom Pengasuh

Beasiswa LPDP dan Bargaining Position Indonesia

Oleh: M. Noor Harisudin***

Hari itu (19/3/2024), saya bertemu teman-teman penerima beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) di Wageningen University and Research, kota Wageningen, Belanda. Ada 300 lebih awardee LPDP di kampus ini. Jumlah yang lumayan banyak. “Satu angkatan magister saja 130 orang, Prof”, kata Syahril Imron pada saya dalam perbincangan ringan di kampus siang itu.

Beasiswa LPDP sendiri merupakan beasiswa untuk warga Indonesia baik untuk kuliah S2 (magister) maupun S3 (doktor) di dalam maupun luar negeri. Beasiswa ini dikelola Kementerian Keuangan RI. Pada kementerian lain, kita mengenal Beasiswa Indonesia Bangkit yang juga disingkat BIB. Beasiswa ini dikeluarkan oleh Kemenag RI. Sementara itu, Kemendikbud RI juga mengeluarkan beasiswa yang disebut dengan Beasiswa Unggulan. Penerima beasiswa LPDP –dan juga yang  lain–harus memenuhi syarat tertentu misalnya maksimal 35 tahun.  

Beberapa tahun terakhir, problem beasiswa LPDP juga muncul. Misalnya awardee LPDP yang tidak mau kembali ke Indonesia dengan cara memperlama tinggal di negara penerima beasiswa. Demikian juga, problem klasik minimnya dana beasiswa mahasiswa sehingga menyebabkan mereka harus mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun demikian, beasiswa LPDP masih jauh lebih tinggi daripada yang lain.

Di Belanda, penerima beasiswa LPDP Kementrian Keuangan, Kemenag RI, Kemendikbud dan sebagainya menyebar ke berbagai kota pilihan. Misalnya Amsterdam, Leiden, Wageningen, Utrecth, Den Haag, Harlem, dan sebagainya. Jumlahnya mencapai ribuan dan lebih banyak dari jumlah penduduk yang lain.

Sore ini, saya memang berencana mengisi ceramah di Pengajian Wageningen. Pengajian ini diketuai seorang anak muda, Rio yang juga penerima beasiswa LPDP. Saya bersama Syahril Imron merapat ke kampus terbaik dunia bidang pertanian tersebut. Malam sebelumnya, saya juga menjadi imam sholat tarawih di salah satu housing mahasiswa.

Pengajian sore itu berlangsung gayeng. Acara pengajian dimulai jam 17.30 waktu Belanda. Sembari menunggu buka puasa  jam 19.00, saya menyampaikan urgensi Fikih Aqalliyat untuk mahasiswa yang tinggal di Belanda dan juga Eropa. “Hukum-hukum yang berkaitan dengan muslim di negara non-muslim”, saya kutip pernyataan Bin Bayah terkait definisi Fikih Aqalliyat.

Umat Muslim di Belanda dan Eropa cukup menggunakan Fikih Aqalliyat untuk beribadah sehari-hari. “Dalam Fikih Aqalliyat, karena kondisi darurat dan hajat, maka umat Islam mendapat rukhsah (dispensasi) dalam beragama. Misalnya bolehnya mengusap dua kaos kaki ketika berwudlu tanpa harus membuka dan membasuhnya yang disebut dengan mashul khuffain. Demikian juga kondisi sulitnya mensucikan Najis Mughaladlah boleh mensucikannya dengan sabun, tidak menggunakan campuran debu dan air dari tujuh kali basuhan karena sulitnya keadaaan”, demikian saya sampaikan dalam forum yang dihadiri ratusan mahasiswa tersebut.

Peserta acara ini rata-rata adalah awardee beasiswa LPDP. “Di sini, banyak yang mendapat beasiswa, Prof. Rata-rata beasiswa LPDP. Dari Sabang sampai Merauke “, kata Syahril Imron pada saya setelah selesai acara. Saya dengan Syahril Imron adalah satu almamater di Pondok Salafiyah Kajen Pati Jawa Tengah.   

Sistem penerimaan beasiswa LPDP di kampus Wageningen University berbeda dengan kampus lain. Pembayaran LPDP ditransfer ke kampus dan baru didistribusikan pada awardee LPDP. “Belanda sangat senang dengan beasiswa LPDP. Termasuk Wageningen University ini sangat peduli dengan LPDP karena dianggap menguntungkan Belanda”, kata Syahril Imron dalam perjalanan pulang ke housingnya malam itu.

Keberadaan LPDP, bagi Syahril Imron, sangat berarti bagi Belanda. Dan ini sesungguhnya dapat menjadi bargaining position Indonesia di mata Belanda. Karena Belanda tidak pernah bersalah meski 300 tahun menjajah Indonesia. Pelajaran untuk anak-anak Belanda sejak kecil juga tidak dianggap bermasalah bagi Belanda. Sehingga, Belanda merasa tidak perlu memberi privilege pada Indonesia. Belanda memperlakukan sama Indonesia dengan negara lain. Padahal, sesungguhnya bisa dilakukan Belanda untuk memberi kemudahan pada orang Indonesia sebagai bentuk balas jasa pada Indonesia yang dijajahnya.

Dalam konteks inilah, maka beasiswa LPDP dapat menjadi salah satu kekuatan Indonesia untuk melakukan tekanan pada pemerintah Belanda. Apalagi mereka sangat membutuhkan LPDP yang jumlahnya ribuan di negara kincir angin tersebut. Kita bisa membayangkan bagaimana jika Belanda tanpa mahasiswa beasiswa LPDP dari Indonesia. *** (Bersambung)     

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Berita

Tumbuhkan Kecintaan Al-Qur’an, Ponpes Darul Hikam Menjadi Tuan Rumah Semaan bil Ghoib Santri Situbondo

Media Center Darul Hikam – Sejumlah santri dari Pondok Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo menunjukkan kemampuan mereka dalam menghafal Al-Quran melalui khataman bil ghoib di Pondok Cabang Putra Darul Hikam Ajung Jember, Selasa (2/4/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Semaan Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh Majelis Sema’an Al-Qur’an Darul Mujtahid Jember.

Acara ini dihadiri oleh Pengasuh PP Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC., Pengasuh Putri PP Darul Hikam, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H. dan dihadiri puluhan santri Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah Sukorejo Situbondo.

Ahmad Fahrur Rozi, Ketua Majelis Sema’an Al – Qur’an Darul Mujtahid Jember mengatakan acara diawali dengan pembacaan tawasul dan ayat suci Al-Quran. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pembacaan Al-Quran juz 30 secara serentak oleh para santri. Suasana semakin haru saat para santri melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan merdu dan penuh penghayatan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan hafalan para santri dan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,” ujar Rozi yang juga Mahasiswa Universitas Ibrahimy Situbondo.

Terakhir Rozi menambahkan bahwa Khataman bil ghoib sendiri merupakan proses membaca Al-Qur’an sampai khatam tanpa melihat mushaf. Menurut Fahrur, metode ini berbeda dengan membaca Al-Qur’an binnadhor yang menggunakan mushaf.

“Khataman bil ghoib melatih hafalan dan mental para santri. Mereka dituntut untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar meskipun tanpa melihat mushaf,” tambahnya.

Iklil Naufal Umar, tuan rumah Semaan Al-Qur’an bil ghoib yang diselenggarakan di Pondok Cabang Putra Darul Hikam Ajung Jember, mengungkapkan tujuan diadakannya kegiatan ini.

“Tujuan khataman bil ghoib ini adalah untuk melatih mental dan memperkuat hafalan para santri, serta sebagai pengabdian kepada masyarakat,” ujar Iklil.

Iklil berharap khataman bil ghoib ini dapat menarik minat masyarakat untuk mengajarkan dan membimbing anak-anaknya agar dapat menghafalkan Al-Quran sampai khatam.

“Semoga dengan kegiatan ini, generasi muda Islam semakin cinta terhadap Al-Quran dan menjadikannya pedoman hidup mereka,” harap Iklil.

Sementara itu, Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H., Pengasuh Putri PP Darul Hikam, menyampaikan harapan khusus terkait penyelenggaraan Semaan Al-Qur’an ini.

“Kami berharap berkah dari Kiai Assad Shamsul Arifin, pengasuh Pondok Sukorejo Situbondo, bisa mengalir ke Pondok Pesantren Darul Hikam. Hal ini karena pengasuh kami merupakan salah satu santri dan alumni dari Pondok Sukorejo,” tutur Ibu Nyai Robi yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Terakhir, Ibu Nyai Robi juga berharap semangat para santri Darul Hikam bisa meningkat ketika melihat para santri Sukorejo membacakan samaan bil ghoib di pesantren.

“Ini diharapkan dapat memotivasi para santri untuk selalu menghafalkan Al-Quran,” pungkas Nyai Robi.

Kegiatan semaan Al-Qur’an bil ghoib ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menginspirasi pesantren-pesantren lain untuk melakukan kegiatan serupa. Hal ini sebagai upaya untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dan mencetak generasi muda yang qurani.

Kontributor : Akhmal Duta Bagaskara

Editor          : M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC.  

Categories
Kolom Pengasuh

Berkunjung Ke Rijk Museum Amsterdam

Oleh: M. Noor Harisudin

Menjelang pulang ke Indonesia, tepatnya Senin, 25 Maret 2024, saya diajak seorang teman Belanda yang juga aktivis pencak silat Tapak Suci. Namanya Isha Sward. Dia mengajak bertemu saya di Sentral Amsterdam. “Bapak harus ketemu saya, “ katanya pada saya dalam handphone. Isha Sward teman Abah Sukarno, dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Akhirnya saya ketemu Mr Isha setelah berkeliling ke sana kemari. Mr. Isha juga muter berkeliling di sekitar sentral karena mobilnya tidak dapat berhenti. Saya bersama Habib, Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda. Memang, hari itu, saya minta ditemani Habib untuk beli oleh-oleh Belanda. Ahmad Eidward Said, anak kecil saya di Jember berkali-kali telpon minta dibawakan oleh-oleh dari Belanda. Saya pun merogeh kocek uang euro untuk membeli beberapa kaos dan souvenir Belanda. Harganya memang lumayan murah.

Jadi, ketika bertemu Mr.  Isha, saya menenteng tas oleh-oleh. “Ayo kita kemana”, kata Isha. Saya dan Habib minta tolong diantar Isha ke housing. Isha pun membawa mobil mewahnya mengantar kita ke housing. Dan Isha menawarkan saya dan Habib untuk berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam esok hari Selasa. Malamnya, Mr. Isha mengirim saya tiket Museum. Harganya 22,5 euro. Untuk dua orang, jadi bayar 45 euro. Super banget, piker saya.  

“Besok pagi jam 9, saya antar ke Rijk Museum Amsterdam. Tapi setelah itu, saya tinggal. Karena saya ada acara”, kata Mr. Isha dalam Bahasa Indonesia. Mr. Isha pandai Bahasa Indonesia karena ia lama tinggal di Indonesia. Mr. Isha juga belajar Tapak Suci di Indonesia. Di Belanda, Mr. Isha sudah jadi Master Tapak Suci di Belanda.

“Jangan lupa, kalau sudah keliling Rijk Museum, agar keliling naik kapal di kanal”, kata Isha pada saya dan Habib. Naik kapal di kanal depan Rijk Museum memang indah dan mengasyikkan.

Selasa, 26 Maret 2024, tepatnya  Jam 9.30, saya dan Habib masuk Rijk Museum. Mr Isha yang mengantar kami ke Rijk Museum menggunakan mobil mewahnya jam 09.00 pagi on time. Begitulah orang Belanda, selalu on time. Tradisi yang harus kita tiru.

Sampai di museum, saya benar-benar kaget. Antrean museum begitu banyak. Padahal, Museum baru buka. Ketika saya pulang, jumlah yang masuk juga bertambah banyak. Ratusan orang antrian di luar. Petugas museum menjaga antrian Panjang agar para pengunjung masuk dengan tertib.

Saya dan Habib masuk ke museum jam 9.45 pagi. Terlihat bangunan museum yang tinggi, mewah dan megah. Tingginya mencapai 15 meteran. Tembok kanan kiri juga indah dilihat. Para penjaga di dalam museum juga terlihat full menjaga Rijk Museum. Ada lift di setiap lantai, selain disediakan juga tangga manual yang cukup melelahkan bagi kita yang tidak terbiasa berjalan kaki.   

Di dalam museum, para pengujung juga membludak. Orang dewasa dan anak muda. Bahkan anak kecil juga masuk ke dalam museum. Anak-anak basic school bersama guru dan juga guide nya. Jika kita memesan guide di Rijk Museum, maka kita harus membayar 7,5 euro.

Rijk Museum terdiri empat lantai yang dimulai dari angka nol. Masing-masing lantai menunjukkan tahun peradaban Belanda. Apa saja diperoleh informasinya di sini. Misalnya lantai 3 memuat peradaban Belanda 1900-1950 M dan 1950-2000 M. Di sini, segala bentuk peradaban abad ke – 20 dan 21 ada di sini.

Jika masuk ke lantai 2, kita juga akan bertemu dengan peradaban Belanda pada 1600-1650 M dan 1650-1700 M. Di sini, banyak lukisan yang menggambarkan peradaban pada saat itu. Di samping produk peradaban saat itu.

Masuk ke lantai 1, kita akan bertemu peradaban Belanda periode 1700 M-1800 Mdan 1800 M-1900 M. Pernik-pernik peradaban saat itu terlihat di sepajang ruang lantai 1. Semua pengunjung asyik membawa imaginasi-nya ke abad masa lampau. Museum di Belanda benar-benar tempat rekreasi yang mengasyikkan dan tidak membosankan.  

Menuju ke lantai 0 yang paling bawah, kita akan bertemu peradaban Belanda  periode 1100 M- 1600 M. Di lantai 0 ini, selain periode awal Belanda, kita juga akan menjumpai special collections.

Rijk Museum dilengkapi dengan WIFI, restoran dan café yang membuat pengunjung semakin nyaman. Ada juga perpustakaan yang hanya bisa diakses sedikit orang. Selain itu, ada juga tempat pembelian souvenir dan juga buku-buku terutama yang berkaitan dengan Rijk Museum. Ada juga buku-buku berisi lukisan para pelukis ternama di Belanda dan juga dunia. Seperti halnya negara eropa yang lain, dalam museum kita juga melihat lukisan vulgar gambar orang yang bertelanjang.

Jam 12.00 siang, saya dan Habib lalu keluar museum. Berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam serasa berkunjung ke peradaban Belanda 900 an tahun lamanya (1100-2000 M). Museum ini seolah ingin menunjukkan, bahwa ‘kami orang-orang berperadaban tinggi dunia. Anda bisa melihat wajah bangsa kami melalui museum ini’. Kira-kira, ini yang tergambar dalam pikiran saya dua jam berkeliling museum yang keren ini.  

Di belakang Rijk Museum, ada kebun indah yang bisa dinikmati semua orang. Saya benar-benar menikmati akhir di Belanda dengan bersantai ria di kebun Rijk Museum sembari melihat bunga tulip dan Sakura yang mulai bermekaran indah. ***

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Belajar Wakaf, STAIM Lumajang Kunjungi Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam

Media Center Darul Hikam Setelah sekian banyak lembaga yang berkunjung ke Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, kini giliran Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum (STAIM) Lumajang melakukan Benchmarking atau studi banding ke Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember pada hari Rabu, (03/04/2024) kemarin.

Hadir dalam kesempatan itu Ketua STAIM  Lumajang, Mochammad Hisan, S.Psi., M.Sos., bersama dengan Wakil Ketua I, Farhanuddin, S.Pd., M.Pd.,I., Kaprodi Hukum Keluarga Islam, Ahmadi, S.H., MH., dan Dr. Ahmad Zarkasi, M.Pd.

Di samping itu, Ketua YPI Darul Hikam yang juga Direktur Lembaga Wakaf, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M. Fil.I., CLA. CWC. bersama Ustadz M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H., CWC yang juga Nazhir wakaf turut membersamai dalam acara Benchmarking atau studi banding.

Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof Haris menuturkan, wakaf sebagai salah satu bentuk filantropi Islam yang dikelola dengan baik memiliki peran besar dalam mendukung pembangunan sosial, termasuk memperkuat Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Keberadaan lembaga wakaf yang dikelola dengan manajemen yang baik dan modern akan menjadi suplemen yang sangat besar bagi Perguruan Tinggi untuk meningkatkan Tri Dharma di tengah-tengah masyarakat,” tutur Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Lebih lanjut, Prof Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center menjelaskan, sebelum membentuk dan melegalkan lembaga wakaf, konsep, teknis, dan cara kerjanya harus benar-benar dimatangkan.

“Mengelola wakaf berbeda dengan mengelola zakat, infaq, maupun sedekah. Bila wakaf produktif (uang), maka diperlukan perencanaan pengelolaan agar uang wakaf bisa menghasilkan keuntungan. Dan hasil keuntungannya itu yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan gerakan-gerakan filantropi,” tambah Prof. Haris yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara – Hukum Administrasi Negara.

Di kesempatan yang sama, Ust. Irwan menjelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut, STAIM Lumajang belajar tentang manajemen wakaf dan infak.

 “Semua berjalan dengan lancar. Kita sama-sama belajar tentang manajemen wakaf dan infak. Hal ini penting mengingat wakaf dan infak dapat membantu perekonomian umat. Manfaatnya sungguh besar dan luas,” papar Ust. Irwan yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Selain itu, Ust. Irwan mengatakan dalam proses untuk mendapatkan bukti Nazhir wakaf uang yang harus mengikuti aturan di Badan Wakaf Indonesia (BWI). Mulai dari kesiapan pelaporan bulanan dan 6 bulanan, memiliki NPWP, Dokumen Rekomendasi LKSPWU, dan sebagainya. Semua itu wajib dipenuhi untuk mendapatkan bukti Nazhir wakaf uang dari BWI.

“Selain itu, yang paling penting adalah lembaga harus memiliki minimal dua Nazhir wakaf kompeten. Nazhir dinyatakan kompeten jika sudah selesai mengikuti pelatihan Nazhir wakaf dan lolos asesmen,” imbuhnya.

Ketua STAIM Lumajang, Mochammad Hisan mengungkapkan, mengelola Perguruan Tinggi Islam Swasta (PTIS) memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam hal pendanaan yang berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baik umum maupun keagamaan

“Semoga rencana kerjasama ini akan menjadi sumbangsih positif untuk pengembangan STAIM ke depan. Tentunya kita akan terus meminta bimbingan dan arahan dari Prof. Haris,” ujar alumnus Psikologi UINSA ini.

Kunjungan STAIM Lumajang ke YPI Darul Hikam diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru dalam mengelola wakaf produktif untuk pengembangan pendidikan Islam di Jawa Timur.

Reporter: Akhmal Duta Bagaskara

Editor: M. Irwan Zamroni Ali