Categories
Berita

Ceramah Di Masjid Al Hikmah Den Haag, Prof. Haris Jelaskan Karakteristik Beragama Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Beragama di Belanda, lebih banyak pahalanya. Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, dalam safari dakwah kerjasama World Moslem Studies Center (Womester) dengan Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda di Masjid Al-Hikmah Den Hag Belanda (19/Maret 2024).

Menurut Prof Haris, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan seseorang. Tentu kadar kesulitan dan kepayahan beragama di Belanda lebih berat daripada di negara Indonesia. Ini salah satu ciri khas beragama di negara Belanda dan negara Eropa lainnya.

Acara ceramah agama dimulai jam 17.30 hingga jam 18.45 waktu buka puasa. Hadir pada kesempatan itu KH Hasyim Subadi (Rois Syuriyah PCI NU Belanda), Kiai Nur Ahmad, Ph.D (Ketua Tanfidziyah PCI NU Belanda), para pengurus Masjid Al Hikmah dan ratusan jamaah masjid. Ratusan orang hadir menyimak ceramah guru besar UIN KHAS Jember tersebut.   

Mengapa? Karena  di sini lebih masyaqat dibanding di Indonesia. Padahal, pahala itu bergantung pada kadar kepayahan orang. “Al-ajru biqadrit ta’abi. Pahala itu bergantung pada kadar kepayahan. Kalau kepayahan orang puasa di Belanda 17 jam, tentu lebih banyak dari puasa yang hanya 14 jam seperti di Indonesia,” ujar Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Selanjutnya, Prof Haris menjelaskan tentang tingkatan beragama. Dalam beragama, ada tingkatannya seperti tingkatan dalam berfikih ada yang pakai taqlid, ittiba dan ijtihad.

“Kalau praktik beragama itu, ya tiga itu. Taqlid, ittiba dan ijtihad. Jadi, jangan dicaci orang awam yang beragama secara taqlid. Namun, orang yang punya kapasitas harus didorong untuk melakukan ijtihad. Kalau tidak bisa ijtihad sendiri, maka dilakukan ijtihad jama’i,” terang Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dari aspek tauhid, beragama juga bertingkat, yaitu tauhidnya orang awam, orang filosof dan orang ahli ma’rifat sebagaimana disebut dalam kitab ihya Ulumudin.

“Tauhidnya orang awam ya ikut pada ustad, kiai atau ulama tentang keyakinan pada Allah. Sementara, tauhidnya orang filosof atau ahli teologi butuh dalil. Dan tauhidnya orang ahli makrifat, mereka langsung melihat langsung hadirat Allah Swt,” ujar Prof Haris yang berdakwah di Eropa sejak tanggal 10 sampai dengan 26 Maret 2024 ini.

Demikian juga dalam hal puasa. Ada tingkatan orang berpuasa. Tingkatan puasa orang awam. Selanjutnya tingkatan puasa orang khawas. Dan terakhir tingkatan orang khawasul khawash.

“Seperti disampaikan Kiai Subadi dalam kitab Durratun Nasihin, tingkatan ini ada. Dan paling banyak tingkatan orang awam. Makanya, kalau bisa, kita menaikkan tingkatan puasa kita dari awam ke khawash,” ujar Prof. Harisudin yang telah berdakwah ke berbagai negara seperti Taiwan, Australia, Singapura dan New Zealand.   

Cara untuk menaikkan kelas, salah satunya adalah dengan puasa orang khawas. Puasanya dengan puasa yang tidak hanya tidak makan dan tidak minum. Sabda Navi Muhammad Saw: Rubba shaimin laisa lahu min shiyamihi illal jua’ wal athas. Banyak sekali orang berpuasa tidak mendapat apa-apa dalam puasanya, kecuali lapar dan dahaga.

“Puasa khawas belajar tidak hanya sekedar itu. Namun puasa mata dari melihat yang tidak bermanfaat. Puasa telinga dari mendengar yang tidak berguna. Puasa bicara dari bicara yang tidak bermanfaat. Puasa pikiran dari pikiran kotor. Kita belajar puasa ini biar naik kelas”, ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

 

Reporter :M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Berita

Prof Haris: Fikih Aqalliyat Menjadi Solusi Berislam Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Ada fikih rukhshah (dispensasi) untuk orang-orang Muslim di luar negeri. Karena keadaan mereka menghadapi berbagai persoalan yang tidak didapati di Indonesia.

Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center yang juga Guru Besar UIN KHAS Jember di Auditorium Waginengin University, Belanda.

Acara ini diselenggarakan oleh Pengajian Waginengen dengan jumlah hampir 100 mahasiswa yang saat ini sedang kuliah di kampus Waginengen. Acara pengajian diselenggarakan pada Selasa, 19 Maret 2024 ini dimulai jam 17.30 hingga 18.45.  Acara berlangsung ‘gayeng’ dengan beberapa pertanyaan peserta setelah penyampaian materai selesai.  

Umat Islam di Belanda misalnya, lanjut Prof. Haris, kesulitan berwudhu. Di Belanda dan negara Eropa yang lain tidak menyiapkan sarana wudhu di tempat-tempat publik. Sehingga, umat Islam harus berwudhu di wastafel dan mengangkat kaki ketika membasuh kaki. Padahal, orang-orang di Belanda menganggap demikian ini sebagai tidak sopan hal tersebut selain juga kelihatan becek yang tidak disenangi orang Belanda.

“Dalam konteks inilah, maka berlaku hukum rukhsah. Rukhsah adalah ma syuria li udzrin syaqqin fi halatin khasatin. Sesuatu yang disyariatkan karena udzur masyaqat dalam keadaan tertentu. Dalam konteks wudhu di atas, maka solusinya adalah mashul khuffain atau mengusap dua kaos kaki tanpa harus membuka kaos kaki tersebut,” tukas Prof Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur tersebut.

Keadaan serupa didapati Muslim dalam menjalankan sholat lima waktu. Bagi mahasiswa misalnya ada yang merasa kesulitan melakukan sholat lima waktu secara ada’an karena ada ujian, maka mereka bisa mengambil rukhsah menjama’ sholat tersebut tanpa sholat qasar. Karena mereka dihadapkan sistem kampus yang mengharuskan mereka mengikuti ujian dengan cara tersebut.

Sholat Jum’at adalah kesulitan lain yang dialami Muslim Eropa. Mereka dihadapkan pada sistem pekerjaan pada perusahaan yang tidak memungkinkan untuk keluar pada jam sholat Jum’at. Dengan terpaksa, mereka harus memilih; tetap bekerja dan meninggalkan sholat atau pilihan kedua, sholat Jum’at dan mereka tidak bekerja.    

Demikian juga kesulitan mencari makanan yang benar-benar halal, ketika berada di luar rumah. “Maka yang demikian ini dibolehkan mencari yang ada karena tidak ada pilihan lain. Ini berlaku hukum darurat atau hajat,” ujar Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember.

Dalam konteks inilah, maka dibutuhkan fikih rukhsah yang disebut dengan Fikih Aqaliyat. Fikih Aqalliyat adalah al-ahkamu al-fiqhiyatu al-mutaaliqatu bil muslimi al-ladzi yaisyu fi biladil Islam. Artinya hukum fikih yang berkaitan dengan muslim yang tinggal di luar negara Islam.

“Bagi orang muslim Eropa ini, maka mereka dapat mempraktikkan Fikih Aqalliyat. Dan Fikih Aqalliyat ini base on maqashid syariah”, ujar Prof Haris, Guru Besar UIN KHAS Jember yang juga Satgas Gerakan Keluarga Maslahat NU Jawa Timur tersebut.

Sebelum panjang lebar menyampaikan Fikih Aqaliyat, Prof Haris menjelaskan Islam yang terdiri dari tiga unsur yaitu Iman (tauhid), Ihsan (tasawuf) dan Islam (syariah).

“Nah, kita bahas bagian dari Islam yang bernama Syariah atau Fikih. Fikih adalah ilmu tentang hukum syar’i yang bersifat amaly yang digali dari dalil terperinci. Mulai bangun tidur hingga tidur kembali, kita dalam teropong hukum Fikih,” ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Belajar tentang Islamic Studies, nanti kembalinya pada tiga hal ini. Misalnya ilmu Qur’an ya Kembali pada tiga hal ini. Demikian juga ilmu Hadits ya Kembali pada tiga hal ini.  

“Juga ilmu-ilmu yang lain, nanti kembali pada tiga hal ini dan ujungnya adalah aklahakul karimah,” pungkas tukas Prof. Haris yang juga Ketua Pengurus Pusat  Asosiasi Dosen Pergerakan.

Reporter : M. Irwan Zamroni Ali

Editor : Siti Junita

Categories
Kolom Pengasuh

Tantangan Islam Di Belanda: Dari Legalisasi Ganja Hingga Pernikahan LGBT

Oleh: M. Noor Harisudin

Ketika perjalanan ke Belanda, saya sempat ditanya penumpang Kereta Api Pandalungan Jember-Jakarta. “Mas, untuk apa ke Belanda? Kulakan Ganja ?”. Katanya sedikit bergurau pada saya. Saya jawab sambil gurau juga: ya. Saya pikir, tidak perlu serius menjawabnya. Penumpang kereta sebelah saya kebetulan adalah seorang pengusaha ekspor ke luar negeri.

Begitu sampai Belanda karena undangan dakwah Ramadlan oleh Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Belanda 10-26 Maret 2024, saya memang menjumpai hal unik di negeri kincir angin ini. Ganja sini dibolehkan. Dengan kata lain, jual beli ganja halal dan legal. Catatannya, hanya ganja. Kalau narkotika, narkoba, dan yang sejenis —sama dengan di Indonesia, hukumnya illegal. Hanya saja, kalau ganja, boleh dan legal. Itulah mengapa di beberapa tempat tercium rasa ganja. Bahkan di beberapa tempat, misalnya Central Station Amsterdam, kita juga bisa menjumpai museum ganja.

Dus, minuman wiski dan minuman keras yang lain juga dilegalkan di negeri ini. Orang boleh minum wiski, arak dan yang sejenis baik di rumah atau bar-bar berisi minuman keras. Karena bagi mereka, minuman wiski adalah bagian dari privasi manusia. Bar-bar minuman wiski banyak kita jumpai di Belanda. Hanya saja, minuman wiski dilarang ketika orang sedang melakukan pekerjaan apakah di perusahaan, kantor dan atau lain sebagainya. Pertimbangannya, adalah efektivitas ketika bekerja.   

Selain ganja dan minuman keras, Belanda juga dikenal sebagai negara yang membolehkan prostitusi. Kalau kita jalan-jalan, utamanya malam hari, kita akan mendapati aquarium berisi perempuan nonik-nonik Belanda yang cantik dan menjadi pekerja seks komersil. Prostitusi di Belanda termasuk yang terbesar di dunia.  Di Amsterdam, nuansa prostitusi berkelas dunia bisa didapati di Red Light District. Kawasan prostitusi lain adalah De Wallen, kawasan di sebuah kota tua Amsterdam dengan lokasi prostitusi terbesar dan tertua di dunia, Di Belanda, prostitusi sudah legal sejak tahun 1811. 

Prostitusi memang dilegalkan di negeri ini. Hanya saja, prostitusi dikawal ketat keamanannya sehingga minim terjadi kriminalitas. Jika ada ‘pelanggan yang macam-macam’, mereka langsung ditangkap polisi. Demikian juga, mereka diberi perlindungan kesehatan yang memadai. Posisi pekerja seks ini legal di bawah  pemerintah Amsterdam. Mereka membayar pajak, sehingga privasi pekerja seks tetap terjaga dengan baik.

Pornografi adalah hal lain yang dilegalkan di negeri kincir angin. Kalau kita jalan-jalan ke Central Stasiun Amsterdam, kita akan menjumpai gambar-gambar vulgar laki dan perempuan telanjang. Tertulis disana museum sex dan pornografi. Beberapa museum berjejer dengan rapi di tempat ini. Ini karena Belanda melegalkan pornografi.  

Tidak hanya pornografi. Belanda juga melegalkan aborsi (pengguguran anak). Artinya, negeri ini membolehkan aborsi dilakukan secara resmi oleh warganya. Tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti Indonesia, aktivitas aborsi legal dan diperbolehkan di negeri kincir angin tersebut. 

Dan satu hal yang paling kontroversi. Belanda juga melegalisasi pernikahan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). “Di sini, teman saya ada yang nikah sesama laki-lakinya, prof. Itu terjadi saat ospek di kampus”, kata seorang mahasiswa di Waginengin University, Belanda. Belanda dikenal sebagai negara pertama yang melegalkan pernikahan sejenis di dunia. Jika Anda menjumpai logo pelangi, maka itu adalah petanda mereka yang pro LGBT. Di koridor student housing, meski tidak semua, mereka bebas melakukan ‘hubungan’ suka sama suka diantara mereka.

Sebagai muslim, tentu ini tantangan baru. Muslim di negeri Belanda pasti akan menjumpai hal-hal demikian ini. Bagaimana sikap seorang muslim? Minimal, seorang muslim harus ingkar dengan qalbu mereka sebagai bentuk tindakan amar ma’ruf nahi mungkar. Sembari ajak-ajak melakukan kebaikan dengan dakwah Islam juga dapat terus dilakukan agar orang menjauhi hal-hal dilarang agama ini dalam kehidupan mereka.  *** (Bersambung)

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                    

Categories
Kolom Pengasuh

Memotret Pendidikan Di Negeri Belanda

Oleh: M. Noor Harisudin

Sembari berdakwah lima belas hari di negeri kincir angin, saya juga takjub dengan model Pendidikan di Belanda. Pendidikan di Belanda termasuk maju. Menurut World Economic Forum, Belanda disebut sebagai negara terdidik ketiga di dunia.  Untuk mengurus Pendidikan, Belanda memiliki kementerian Ministerie van Onderwijs, Cultuur en Wetenschappen; OCW. Selain membidangi pendidikan, kementerian ini juga membidangi  kebudayaan, ilmu pengetahuan, penelitian, kesetaraan gender dan juga komunikasi.

Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikandi tingkat dasar. Penjurusan ini tentu saja mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis dari siswa.

Secara umum, sistem penjurusan di Belanda dapat dikategorikan sebagai berikut:

Pertama, pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education). Kedua, pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and training) Ketiga, pendidikan tingkat tinggi (higher education).

Sebelum kuliah di perguruan tinggi, terdapat beberapa jenis kelas yang dapat diambil siswa Belanda. Misalnya siswa dapat mengambil HAVO (pendidikan menengah umum senior) atau VWO (pendidikan pra-universitas) sebelum mereka melanjutkan ke perguruan tinggi. Atau juga mereka juga dapat mengambil VMBO (pendidikan kejuruan menengah persiapan) jika dia tidakingin langsung masuk perguruan tinggi. Dengan sistem ini, siswa dapat bekerja dengan program yang akan mengakomodasi kebutuhan mereka.

Sementara itu, hari sekolah di sekolah dasar Belanda biasanya berlangsung muai jam 8.30 pagi hingga jam 15.00 sore pada hari kerja. Namun, siswa pulang untuk makan siang daripada makan di kafetaria sekolah. Bagi Warga Negara Indonesia yang ingin langsung anaknya diterima di Indonesia ketika kembali, mereka tidak mencukupkan  sekolah di Belanda, mereka masih mensekolahkan anaknya lagi di KBRI Den Haag secara online. Jadi ketika kembali ke tanah air, mereka langsung dapat menggunakan ijasahnya ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.  

Namanya Sekolah Indonesia Den Haag yang disingkat SIDH. Sekolah SIDH diselenggarakan baik offline maupun online mulai tingkat SD sampai SMA. Menurut dokter Ikhwan, seorang mahasiswa Ph.D kedokteran di Amsterdam, ia menyekolahkan buah hatinya di SIDH agar setelah kembaki ke Indonesia tidak perlu melakukan penyesuaian jenjang pendidikan. SIDH memiliki kurikulum yang sama dengan di Indonesia.  

Apa yang membedakan sekolah Belanda dengan Indonesia? Sekolah di Belanda memberikan pekerjaan rumah (PR) dengan jumlah sedikit bagi anak-anak. Bagi Belanda, bermain dan olahraga sangat penting untuk pertumbuhan dan kinerja anak-anak di sekolah. Oleh karena itu, pelajar Belanda di bawah usia 10 tahun menerima sangat sedikit pekerjaan rumah –untuk dibilang tidak ada. Orang tua siswa merasa senang karena pekerjaan rumah tidak dibawa ke rumah masing-masing. Tentu ini berbeda dengan Pendidikan di Indonesia yang senang memberi PR pada siswa.

Mereka juga diajari critical thinking sejak kecil. Dengan critical thinking, mereka terbiasa memiliki pendapat sendiri. Mereka juga biasa berpendapat berbeda dengan orang lain. Bukan orang Belanda, kalau dia tidak memiliki pendapat. Kalau Indonesia hanya menghafal Pelajaran saja sehingga siswa tidak kritis dan cenderung tidak punya pendapat. Hal yang mestinya diubah untuk Pendidikan Indonesia di masa-masa yang akan datang. Apalagi di era 4.0 seperti sekarang. Seorang mahasiswa S3 Kedokteran di Amsterdam, dokter Ikhwan, mengatakan bahwa critical thinking ini membuat anaknya punya pendapat yang berbeda.     

Perbedaan lainnya adalah bahwa biaya pendidikan di Belanda cukup terjangkau. Di Belanda, kita menemukan pendidikan gratis untuk sekolah dasar dan menengah bagi orang yang tinggal di Belanda. Orang tua baru disuruh  membayar uang sekolah tahunan ketika anak mereka mencapai usia 16 tahun. Sementara itu, keluarga dengan penghasilan rendah dapat mengajukan hibah dan pinjaman. Untuk mahasiswa, biaya kuliah rata-rata sekitar 2000 euro per tahun. Padahal, biaya pendidikan aslinya mencapai 19.000 euro per tahun.

Namun demikian, Habibus Salam, seorang warga Indonesia di Amsterdam khawatir dengan anak-anaknya jika nanti sekolah di Belanda. Ada kekhawatiran sebagian warga Indonesia bahwa nanti anak-anak akan berubah setelah masuk ke sekolah Belanda. Pendidikan di Belanda dipandang akan memberangus ‘tradisi Islam’ dari orang tua mereka. Kekhawatiran ini tentu berlebihan, namun begitulah faktanya.

Dalam konteks inilah, saya bisa memahami, mengapa PPME Al Ikhlas Amsterdam mendirikan ‘madrasah’ di saat weekend dengan para pengajar yang berkompeten. Di madrasah inilah, anak-anak Indonesia ditempa secara agama dengan baik. Mereka dikenalkan agama, meskipun tidak banyak karena hanya memanfaatkan momentum weekend. PPME Al- Ikhlas juga mengadakan Pendidikan agama, bukan hanya anak kecil namun juga untuk orang-orang lansia.

Hasilnya, luar biasa. Muncul generasi baru muslim yang pada satu sisi aware dengan Pendidikan Belanda, namun pada sisi lain tetap teguh dengan ajaran agama mereka. Ini yang saya dapati dari anak-anak milenial seperti Hamzah, Nabila, Mizar, dan lain sebagainya. Mereka adalah generasi Z muslim Belanda yang luas dalam pergaulan, namun tetap teguh dengan pendirian (Islam-nya).  *** (Bersambung) 

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                    

Categories
Keislaman

Hukum Mimpi Basah saat Puasa, Apakah Membatalkan?

Setiap Muslim hendaknya menghindari hal yang membatalkan puasa agar puasanya sah. Keluar air mani karena mimpi basah saat puasa atau sebab yang lainnya menjadi polemik yang dipertanyakan oleh banyak kalangan. Apakah mimpi basah saat puasa di siang hari Ramadhan dapat membatalkan puasa?  

Pada dasarnya, hukum keluar air mani dalam literatur fiqih terbagi menjadi dua bagian. Pertama, hukumnya dapat membatalkan puasa, dan yang kedua, hukumnya tidak dapat membatalkan puasa.  

1. Keluar Mani yang Membatalkan Puasa

Termasuk dalam poin pertama ini adalah onani. Onani yaitu proses mengeluarkan mani atau sperma tanpa melakukan senggama, seperti mengeluarkannya dengan tangan sendiri, atau dengan tangan istri.

Selain itu, perkara yang tergolong pada poin pertama adalah mengeluarkan mani dengan cara kontak langsung dengan kulit lawan jenis sebagai indera perasa, seperti dengan mencium, menyentuh, dan berpelukan tanpa terhalang oleh busana. Proses keluar air mani yang demikian  itu, semuanya membatalkan puasa.

2. Keluar Mani yang Tidak Membatalkan Puasa

Namun, jika air mani keluar disebabkan berpikir pada hal-hal yang tidak senonoh, atau melihat dengan penuh gairah, atau keluarnya melalui mimpi (mimpi basah), maka hal tersebut tidak sampai membatalkan puasa.

Al-Khatib As-Syirbini dalam kitab Mughnil Muhtaj menjelaskan:

Artinya, “Dan wajib (menahan diri) dari onani, jika orang puasa melakukannya maka batal puasanya. Hal yang sama jika mani keluar akibat menyentuh, mencium, dan tidur bersamaan (dengan adanya sentuhan). Adapun hanya sebatas berpikir atau melihat dengan gairah maka (hukumnya) serupa dengan mimpi basah, (yaitu tidak membatalkan puasa).” (Al-Khatib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut, Darul Ma’rifah:1997], jilid I, halaman 630).  

Dari sini dapat disimpulkan, keluar mani melalui mimpi atau biasa dikenal dengan mimpi basah saat puasa tidak membatalkan keabsahannya.

Argumentasi mengapa mimpi basah tidak membatalkan puasa adalah karena orang yang tidur tidak terkena khitab (aturan hukum) Allah swt, sebagaimana orang gila dan anak kecil.  

Keterangan serupa dapat dibaca dalam artikel NU Online berjudul “Mimpi Basah di Siang Bulan Ramadhan, Membatalkan Puasa?”. Wallahu a’lam.

Sumber : https://islam.nu.or.id/ramadhan/hukum-mimpi-basah-saat-puasa-apakah-membatalkan-cD5HG

Categories
Berita

Khutbah Jum’at Di Masjid Al-Ikhlas Amsterdam, Prof Haris Dorong Umat Islam Kembangkan Wakaf Di Eropa

Media Center Darul Hikam – Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, Direktur World Moslem Studies Center (Womester), mengajak umat Muslim di Eropa untuk mengembangkan wakaf. Wakaf ini digunakan untuk pengembangan Pendidikan dan kesejahteraan umat.

Demikian pernyataan Prof Haris, Guru Besar UIN KHAS Jember, dalam khutbah Jum’atnya di Masjid Al-Ikhlas PPME Amsterdam, Belanda pada Jumat, 15 Maret 2024. Hadir pada kesempatan itu tiga ratus lebih jamaah terdiri dari orang Indonesia, Belanda, Maroko. Turki, Lebanon, Suriname, dan sebagainya. Sholat Jum’at dimulai jam 13.00 dan diakhiri jam 14.30 waktu Amsterdam.  

Sebelumnya, Prof Haris mengajak jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT di bulan suci Ramadhan 1445 H. “Mari kita tingkatkan ketakwaan pada Allah Swt di bulan Ramadhan, bulan dimana para setan dibelenggu dan pintu neraka ditutup. Sebaliknya, bulan dimana pintu kebaikan dan pintu surga dibuka seluas-luasnya “, tukas Prof Haris memulai khutbah Jum’atnya. Khutbah Jumat disampaikan dalam dua Bahasa; Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda.  

Prof Haris yang juga Dewan Pakar PW Lembaga Ta`lif wa  an Nasyr NU Jawa Timur menyampaikan, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk bertauhid, dan hanya menghamba pada Allah Swt. Seorang Muslim tidak boleh menghamba pada selain Allah Swt. Islam juga mengajarkan untuk tidak boleh mencinta pada selain-Nya, karena cinta pada selain-Nya hanya akan menjadikan penghambaan padanya.

“Cinta harta hanya akan menjadikan budak harta, cinta jabatan akan menjadikan kita budak jabatan, cinta popularitas akan menjadikan kita budak popularitas,” jelas Prof Haris yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember.

“Dalam kitab Hikam, Ibnu Athailah Iskandari mengatakan: Ma ahbabta syaian illa kunta lahu abdan, wahuwa la yuhibbu an takuna lighairihi abdan. Artinya: kamu tidak mencintai sesuatu kecuali kamu akan menjadi budaknya. Sementara, Allah Swt. ingin agar kita menjadi hambanya, bukan hamba selainnya,” tambah Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur.

Oleh karena itu, agar Muslim tidak mencintai dunia, Prof Haris mengajak umat Islam untuk menggerakkan filantropi dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk sedekah wajib (zakat) maupun sedekah sunah (waqaf dan sedekah biasa).

“Sedekah wajib Zakat ada zakat mal dan zakat fitrah. Jika sedekah biasa seperti memberi takjil, sedekah buka bersama dan sedekah sahur, maka wakaf seperti wakaf uang pada masjid al-Ikhlas untuk pengadaan tanah, pembangunan, dan sebagainya,” jelas Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam Mangli Jember.

Wakaf, sebagaimana dikemukakan Prof. Haris, harus ada atensi lebih daripada bentuk filantropi lainnya seperti sedekah dan zakat. Terutama di bulan Ramadlan ini, mobilisasi dana wakaf dapat digunakan untuk pengembangan Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat muslim di Belanda khususnya dan juga Eropa pada umumnya. Potensi dana wakaf yang produktif dan dengan prinsip ‘keabadian’nya, memungkinkannya menjadi sumber keuangan finansial dana umat Islam untuk membangun peradaban ke depan.   

Lebih lanjut, menurut Prof Haris, filantropi Islam memiliki banyak manfaat sebagaimana telah dijelaskan dalam al Qur`an. Seperti, agar tidak terjadi kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin. (kay la yakunan dulatan bainal aghniya minkum: QS al hasyr, 7), sebagai jalan untuk menyucikan dan membersihkan diri individu (khudz min amwalihin shadaqatan tuthahiruhum wa tuzakkihim: QS At-Taubah: 103).

Kemudian, filantropi Islam juga bisa memperoleh pahala kebaikan yang abadi (shadaqatin jariyatin: hadits), melipatgandakan rezeki (man dzalladzi yuqridlullaha qardlan hasanan fayudlaifahu adl’afan katsirat wallahu yaqbidlu wayabsitu. Wa Ilahi turjaun: QS al-Baqarah: 245), memudahkan urusan (faamma man a’ta wat taqa washaddaqahu bil husna fasanuyassiruhu lil yusra: QS. Al-Lail 7), dan menolak bala (as-sadaqatu tadfaul bala: hadits). 

“Mari di bulan ramadhan, kita jangan lupa kewajiban; zakat mal dan zakat fitrah. Tidak hanya itu, mari kita lengkapi dengan sedekah dan juga wakaf untuk pengembangan pendidikan dan kesejahteraan umat di Masjid al Ikhlas PPME Belanda ini khususnya dan masjid-masjid Eropa pada umumnya,” pungkas Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur mengakhiri khutbahnya.

Reporter : Lumatul Muniroh

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Kolom Pengasuh

Parjo Orang Jawa Suriname, Dulu Jaksa Kini Aktivis Masjid Amsterdam

Oleh: M. Noor Harisudin

Namanya Parjo. Orangnya hitam. Perawakannya tinggi. Matanya tajam. Orangnya ramah. Begitu kenal pertama kali dengan saya di Masjid al-Ikhlas Amsterdam. Aku wong suriname. Kata Parjo ramah pada saya. Ya, Parjo adalah orang Jawa Suriname.

Suriname adalah nama sebuah negara di di Amerika Selatan bagian utara. Suriname berbatasan demgan Samudera Atlantik di utara, Guyana Perancis di Timur, Guyana di Barat dan Barsil di Selatan. Suriname adalah negara terkecil di Amerika Selatan dengan jumlah penduduk 612.985 jiwa dengan wilayah seluas 163.820 kilometer persegi. Ibu kota Suriname adalah Paramibo.

Suriname telah dihuni berbagai masyarakat adat termasuk Arawak, Karibia dan Wayana sejak milenium keempat sebelum masehi. Belanda menguasai sebagian besar wilayah tersebut pada akhir abad ke-17. Tahun 1954, Suriname menjadi konstituen Kerjaan Belanda dan pada tanggal 25 Nopember 1975, Suriname merdeka dari Belanda. Kebanyakan orang Suriname adalah keturunan budak dan buruh yang dibawa Afrika dan Asia oleh Belanda. Tidak ada etnis yang mendominasi. Salah satunya adalah etnis Jawa yang berjumlah 14 persen di Suriname.

Selain menguasai bahasa Inggris, dan Belanda, orang Jawa Suriname Jawa juga fasih Bahasa Jawa. Jawa Ngoko tepatnya. “Aku isin Bahasa Jowo Ngoko. Ora iso alus”, kata Parjo ketika menjemput saya dari Hotel Hyatt ke Masjid al-Ikhlas Amsterdam.

Parjo sendiri adalah jaksa purna bakti yang mendarmakan dirinya di Masjid al-Ikhlas. Kemampuannya di bidang penegakan hukum sebagai jaksa menjadikan masjid al-Ikhlas seperti punya ‘benteng hukum’ yang kuat. Sebagai Wakil Ketua PPME yang menaungi Masjid Al Ikhlas, Parjo –kata bapak Kiai Budi—menjadikan pengurus PPME Masjid Al-Ikhlas tidak perlu takut-takut melaksanakan kegiatan senyampang tidak bertentangan regulasi di Belanda. Parjo sendiri menjadi jaksa di Amsterdam selama 16 tahun.

Parjo bercerita saat bekerja menjadi jaksa dan merasa yang under presser  karena bekerja mulai jam 7 pagi dan pulang jam 11 malam. Itu ia jalani selama 16 tahun. Belum suka duka di ruangan sidang dalam menjalani penegakan hukum di negeri kincir angin.  

Sebelumnya, Parjo kerja sebagai jurnalis selama 15 tahun di Amerika Serikat. Ia menguasai tiga Bahasa: Inggris, Perancis dan Belanda. Tentu, penguasaan ini baik orasi maupun literasi (tulisan) dalam membuat pemberitaan di media tersebut.  

Parjo memiliki tujuh anak dan satu istri. Istri Parjo adalah pebisnis yang tinggal di Amerika. Sementara, Parjo tinggal sendiri di Amsterdam.  Jadi keluarga tersebut memiliki rumah di Amsterdam dan Amerika. Kecuali anak keenam dan ketujuh, anak Parjo sudah mentas. Yang terakhir, masih kuliah.   

Kini, di usia yang sudah 63 tahun, Parjo mendarmakan dirinya sebagai aktivis majlis al Ikhlas Amsterdam. Ia bersama pengurus yang lain menggerakkan Masjid al Ikhlas sehingga lebih Makmur dan bergeliat di tengah kota Amsterdam. Seperti tugas pada hari jum’at itu (15/3/2024). Dia menyiapkan khutbah versi Belanda dari naskah yang saya susun dalam Bahasa Indonesia. Setelah saya membacakan berkhutbah dalam Indonesia, Parjo menyampaikan khutbah ulang dalam Bahasa Belanda. Ini penting agar pesan keagamaan dalam khutbah Jumat sampai pada para Jama’ah.

Memang, Jumat hari itu, 15 Maret 2024, saya mendapat tugas dari Kiai Budi untuk berkhutbah di Masjid al-Ikhlas Amsterdam. Saya diminta membuat pokok-pokok pikiran versi Bahasa Indonesia dan Parjo yang mentranslate -nya ke dalam Bahasa Belanda.

Saya menyampaikan khutbah tentang Filantropi Islam di Bulan Ramadlan. Filantropi mesti lebih dimaksimalkan lagi di bulan Ramadlan. Saya memberi perhatian khususnya sedekah dan wakaf –selain tentu saja zakat—untuk menggerakkan dakwah Islam di negara Belanda. Saya khutbah kurang lebih tiga puluh menit karena disambung dengan khutbah versi Belanda-nya Parjo.     

Kembali ke Parjo. Ketika saya tanya, sebagai apa di masjid, Parjo menjawab dengan bahasa Jawa ngoko. “Aku dadi wakil ketua PPME Al Ikhlash Amsterdam periode 2022 – 2025. Kaping pisanan, aku dijaluk dadi ketua nalika Rapat Anggota Umum, nanging aku nolak amarga sibuk kerja lan uga lelungan menyang luar negeri akeh”. (Artinya: Saya menjadi Wakil Ketua PPME Al-Ikhlas Amsterdam Periode 2022-2025. Pertama, aku diminta jadi ketua dalam Rapat Anggota Umum, namun saya menolak karena sibuk kerja dan sering bepergian keluar).

Lebih lanjut, tentang kontribusi ke Masjid al-Ikhlas, Parjo menuturkan: “Kula minangka tiyang Jawi Suriname sampun dipun paringi ide gotong royong pramila kula ngrewangi ngrembakaken masjid PPME Al Ikhlash Amsterdam kanthi dhuwur. Aku seneng nuduhake kawruh lan pengalaman ing organisasi”. (Artinya: Sebagai orang Jawa Suriname, sayi diberi ide gotong royong untuk musyawarah masjid PPME Al Ikhlas Amterdam agar maju. Saya senang menunjukkan pengetahuan dan pengalaman di organisasi). *** (Bersambung) *

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta`lif wa an Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.

Categories
Kolom Pengasuh

Suara Imam ‘Masjidil Haram’ Di Masjid Amsterdam

Oleh: M. Noor Harisudin*

Meski masih terasa letih karena baru tiba di Amsterdam (12/3/2024), sore itu saya mengiyakan diajak seorang aktivis Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda, mas Habibus Salam untuk ke Masjid al-Ikhlas Amsterdam. Mas Habib, begitu saya memanggilnya, menjemput saya di Hotel Hyatt jam 17.30 sore. Sebagaimana diketahui, waktu berbuka puasa di Amsterdam pukul 18.45 waktu setempat. Sementara, kita sahur sebelum waktu subuh jam 5.20.  Dibanding Indonesia, puasa di Belanda hari-hari ini hampir sama dengan Indonesia yang hanya 14 jam. Tapi di akhir bulan Ramadlan 1445 H ini, waktu buka puasa jam 20.30 waktu Belanda (sekitar 15,5 jam).   

Jarak rumah Mas Habib juga jauh. Sekitar satu jam dari Hotel Hyatt. Dari Hotel, kami lalu naik mobil taxi ke Masjid al-Ikhlas. Masjid al-Ikhlas sendiri adalah pusat kebudayaan atau Indonesian Cultuur Centrum yang digunakan sebagai masjid umat Islam di Amsterdam. Masjid ini di bawah PPME. PPME sendiri singkatan dari Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa. Pada tahun 1971 silam, Gus Dur  bersama Kiai Hambali  dan kawan-kawannya yang mendirikan PPME di Den Haag. Sebagian besar anggota perkumpulan ini adalah kader Nahdliyyin.  Tokoh-tokohnya membeli bangunan masjid ini sejak tahun 2015 yang silam. Lokasi Masjid al-Ikhlas di Jan van Gentstraat 140,  1171 GN Badhoevedorp.

Sebelum memiliki masjid, PPME Amsterdam menyewa tempat untuk berbagai kegiatan ibadah umat Islam. Suka duka mewarnai jamaah. Mulai harus pulang lebih awal, tidak tenang sholat berjamaah dan sebagainya. Kini, setelah memiliki masjid, jamaah Masjis al Ikhlas bebas melakukan apa saja. Apakah mereka melakukan itikaf,  sholat, membaca al-Qur’an atau pendidikan, tidak  tidak akan ada yang melarang aktivitas masjid ini. Setiap weekend, Masjid al- Ikhlas juga mengadakan madrasah untuk anak-anak muslim hingga jama’ah lansia.   

Selama bulan Ramadlan 1445 H, Masjid al-Ikhlas mengadakan berbagai kegiatan. Misalnya buka bersama yang dilanjutkan dengan ceramah agama dan diakhiri sholat tarawih. Aktivitas dimulai jam 18.00 hingga 21.30 waktu Belanda. Kegiatan buka bersama merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu. Jika buka puasa Indonesia banyak di hotel dan restoran, kalau buka puasa di Belanda diselenggarakan di masjid. Salah satunya Masjid al-Ikhlas Amsterdam.

Dug dug dug. Tabuhan bedug Masjid al-Ikhlas menandakan kita sudah masuk Maghrib alias buka puasa. Ternyata bedug tidak hanya kita jumpai di Indonesia, namun juga di Belanda. Lalu panitia Ramadlan menggelar tikar masjid agar makanan tidak mengotori masjid. Para jama’ah pun makan dengan lahap. Apalagi makanannya khas Indonesia banget. Ada takjil kurma, salad, kolak dan sebagainya. Sementara, makan besarnya nasi, sayur, daging, sambal dan juga krupuk. Kurang lebih setengah jam kita makan dan dilanjutkan dengan sholat Maghrib berjamaah dan kajian keagamaan hingga waktu Isya.

Tim emak-emak Masjid memang menyiapkan logistik ini dengan baik. Di sebelah sudut ruangan masjid, disediakan ruangan khusus dapur. Emak-emak biasanya menyiapkan makanan disini. Bukan hanya makanan pada saat buka puasa, mereka juga menyiapkan untuk setelah buka puasa dan tarawih. Tim logistik yang cukup keren dan membanggakan.    

Yang menarik, adalah kegiatan sholat tarawih berjama’ah. Seorang pendiri PPME Masjid al-khlas, Kiai Budi, menyampaikan bahwa orang disini mensyaratkan imam tarawih tiga hal: NU, penghafal al-Qur’an dan memiliki suara merdu. Tahun sebelumnya, jamaah Masjid al-Ikhlas komplain karena imam tarawih tidak seperti yang diinginkan jamaah. Tarawih di sini  sebelas rakaat dengan witirnya. Tapi, jangan tanya lama sholatnya. Lumayan.

Hanya saja, selama tarawih, kita mendengarkan lantunan suara merdu imam yang didatangkan dari Indonesia. Tarawih Amsterdam Rasa Mekah. Begitu saya menyebutnya. Karena imamnya bukan hanya menghafal dan fasih  al-Qur’an, namun juga memiliki suara merdu. Ustadz Dr. Nasih yang juga imam Masjid al-Akbar Surabaya tahun ini yang didatangkan dari Indonesia. Selama satu bulan, ia mengajari ngaji emak-emak sekaligus mengisi tarawih di Masjid al-Ikhlas Amsterdam. Imam Isya’-nya adalah Ust Dr. Mistar yang juga alumni Mesir dengan suara emasnya.

Tal heran, jika jamaah tarawih Masjid al-Ikhlas membludak. Mereka krasan. Suara imam menjadi hipnotis tersendiri. Selain jamaah Indonesia, saya banyak menemukan jamaah dari Maroko, Pakistan, Lebanon dan tentu muslim asli Belanda. Masjid full dengan jamaah sholat kurang lebih 200-an jamaah lebih. Selain faktor lain, kata Kiai Budi, yang jamaah merasa nyaman memarkir mobilnya di sekitar masjid.   

Saya sendiri kebagian mengisi majlis taklim dan khutbah Jum’at di Masjid al-Ikhlas ini selama beberapa hari di Amsterdam. *** (Bersambung)

* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta`lif wa an Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember.                 

Categories
Berita Lembaga Wakaf Tunai

Berbagi Kebahagiaan Ramadhan, Lembaga Wakaf Darul Hikam Inisiasi Buka Bersama Para Mahasantri

Media Center Darul Hikam – Berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadhan dengan mengadakan kegiatan buka bersama (Bukber) juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember. Kegiatan Bukber selama Bulan Ramadhan tersebut, merupakan salah satu Program Infak yang ada di Lembaga Wakaf Darul Hikam.

Ratusan mahasantri dari pondok cabang putra di Ajung, pondok cabang putri dan pondok pusat di Mangli, berkumpul untuk mengikuti acara tersebut.

Tidak hanya sekedar berbuka puasa, kegiatan yang sudah berlangsung sejak awal puasa, yaitu 12 Maret 2024, juga diisi dengan acara khotmil quran dan tahlil bersama, yang dipimpin langsung oleh Ibu Nyai Robiatul Adawiyah, S.H.I., M.H.

Menurut Nyai Robi, panggilannya, kegiatan bukber di Darul Hikam, merupakan metode mengajak para santri untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca dan khataman Al-Qur’an.

“Tujuannya adalah untuk meraih berkah Al-Qur’an, syafaat Rasulullah, keberkahan Ramadan, serta malam Lailatul Qadar. Dengan demikian, acara ini dirancang untuk mempererat hubungan spiritual dengan Allah,” ucap Nyai Robi yang juga Dosen Fakultas Syariah UIN KHAS Jember.

Di Pesantren Darul Hikam, kegiatan khataman Al-Qur’an dilakukan secara intensif selama bulan Ramadan. Melalui acara buka bersama, para santri dan pengasuh menyatukan diri dalam kegiatan ini. Suasana istimewa tercipta karena semua santri diperlakukan sama rata.

“Bahkan, pengasuh pun ikut serta, menciptakan atmosfer kekeluargaan yang kuat di antara semua peserta. Saat berkumpul untuk makan bersama dan berbuka puasa, keakraban antar santri dan pengasuh terasa begitu nyata,” tambahnya.

“Di Darul Hikam, santri-santri diwajibkan untuk membaca Al-Qur’an sampai khatam dan berdoa bersama mencari ridha Allah melalui keberkahan Al-Qur’an dan syafaat Rasulullah di bulan Ramadan Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang sedang berpuasa, maka baginya pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun” (HR. Tirmizi, 807. Ibnu Majah, 1746. Ibn Hibban, 8/216. Al-Bany dalam Al-Jami’, 6415),” tambahnya.

Di samping itu, Direktur Lembaga Wakaf YPI Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC menuturkan, Program Bukber di Lembaga Wakaf merupakan program khusus di Bulan Ramdhaan 1445 H. Di dalamnya dikemas dengan khotmil quran dan tahlil bersama.

“Di program ini dikemas dalam bentuk khataman quran, tahlil, dan doa bersama untuk bangsa dan juga untuk para donatur khususnya,” ujar Prof Haris yang kini tengah berdakwah di Belanda

Kami, lanjut Prof Haris, sangat berterima kasih kepada para donatur atas infaknya, semoga amal baik ini diganti oleh Allah Swt.

“Para mahasantri jangan lupa untuk berdoa kepada para donatur dan bangsa ini, semoga bangsa ini ke depan semakin makmur, maju, dan maslahat,” tambah Pengasuh Pondok Pesantren Putra Darul Hikam ini.

Kegiatan bukber yang dikemas dalam bentuk khataman qur`an, tahlil dan doa bersama ini menuai respons positif dari banyak kalangan, terlebih para mahasantri yang mengikuti kegiatan ini.

Ketua Pondok Pusat, Miftahus Syifa’ mengatakan, kegiatan buka bersama ini momentum penting untuk memperkuat kebersamaan dan meningkatkan keimanan santri dalam menyambut bulan suci Ramadan.

“Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kegiatan tersebut sebagai sarana untuk memupuk rasa persaudaraan antar-santri serta mempererat hubungan antara para santri,” ucapnya.

Ketua Pondok Cabang Putri, Alifah Rahma Putri Anabila mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat rasa kebersamaan, mungkin dengan salah satu bacaan khataman bersama

“Pastinya ada kegiatan interaksi antar santri. Dan interaksi juga bisa dimulai dari saat duduk bersama pada saat buka bersama,” ungkap Alifa yang juga mahasiswa FTIK UIN KHAS Jember itu. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pondok Cabang Putra, Lutvi Hendrawan, juga mengatakan bahwa kegiatan bukber yang diinisiasi oleh Darul Hikam, sangat baik dan patut untuk diistiqomahkan.

“Tentunya hal seperti ini sangat baik dan dapat selalu diistiqomahkan agar senantiasa memberikan manfaat yang sangat luar biasa ke depannya,” tutur Lutvi yang juga mahasiswa FEBI UIN KHAS Jember itu.

Reporter : Akhmal Duta Bagaskara

Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Categories
Kolom Pengasuh

Ramadan Karem Di Negeri Kincir Angin

Oleh: M. Noor Harisudin*

Jika KH. Moh. Romli dan KH. Lukman Hakim mendapat tugas dakwah Islam dari World Moslem Studies Center (Womester) ke Hong Kong, saya yang mendapat tugas ke Belanda. Jika keduanya berangkat jam 8 dan 9 Maret 2024 (Jum’at dan Sabtu), saya berangkat Minggu, jam 03.00 tepatnya 10 Maret 2024 dengan naik Kereta Api Pandalungan langsung rute Jember – Stasiun Gambir Jakarta.

Sebelumnya, saya sendiri khawatir tidak mendapatkan visa sehingga tidak bisa ke negeri kincir angin tersebut. Infonya, banyak juga yang tidak lolos visa ke Belanda. Karena itu, begitu visa dan pasport sampai rumah jam 10 pagi hari Ahad pagi (10 Maret 2024), saya langsung bergegas cari tiket PP Jakarta – Belanda. Sementara, seperti telah saya katakan tadi, untuk Jember ke Jakarta, saya memesan tiket kereta api Pandalungan.

Saya sampai di Stasiun Gambir, jam Senin, 11 Maret jam 04.45 WIB. Setelah ke hotel transit untuk mandi dan sholat subuh di Stasiun Gambir, saya menemui Kamil, sekretaris Womester yang lagi kuliah S3 di UIN Syarih Hidayatullah Jakarta. Saya langung ke Kopi Kenanga, berdiskusi kecil dengan Mas Kamil dan lalu bersiap naik GrabCar ke Belanda.

Dari Stasiun Gambir ke Bandara Soetta, kami tempuh setengah jam. Alhamdulillah, saya lalu check in di terminal 3 Bandara Internasional Soetta dan lalu bergabung masuk ke ruang imigrasi. Tidak lama, saya langsung menuju tempat boarding pass. Kebetulan, saya naik pesawat Turkish Airlines. Di Bandara Soetta, tepat jam 9. 50 WIB, saya berangkat ke Belanda melalui Turkish Airlines dan transit di Istanbul. Perjalanan Jakarta Turki mencapai 12 jam. Ketika tiba di Bandara Istanbul Turki, saya lihat jam Jakarta sudah menunjukan jam 10 malam  atau jam 18.25 waktu Turki. Saya transit ke Bandara Istanbul Turki 14 jam 25 menit. Kesempatan ini saya gunakan untuk melihat kemegahan Bandara Internasional ini.

Bandara Instanbul Turki sangat keren. Saya takjub melihat kemegahan dan kemewahannya, serasa menikmati Turki di masa kejayaannya. Meski Bandara Internasional Istanbul Turki bukan termasuk tujuh terbaik Bandara Internasional dunia, Bandara Turki ini tidak kalah bahkan bisa lebih baik. Di bandara ini, lantai paling bawah di-design hanya menjadi lantai boarding pass penumpang. Sementara, lantai dua dan tiga Bandara desain berisi berbagai hal mulai restoran halal, took fasion, money changer, kafe copi, oleh-oleh Bandara  dan semuanya berada di dua lantai tersebut.

Bandara Internasional Istanbul sangat luas. Bandara ini berdiri di area seluas 76,5 juta meter persegi. Bandara ini bahkan lebih besar dari kota Leicester di Inggris. Ada lima concourse di bandara, antara lain A, B, C, D dan F untuk penerbangan internasional dan G untuk penerbanganan domestik. Saya ‘mutar-mutar’ ke bandara ini merasa ‘tidak kuat’ karena sangat luasnya Bandara ini. Saya sempatkan sahur puasa pertama di bandara ini dengan nasi dan mie. Harganya lumayan, hanya 450 lira Turki atau setara 12,80 Euro.

Seperti kita tahu, bahwa Bandara Internasional Istanbul juga memiliki banyak fasilitas yang modern. Misalnya saja area dalamnya yang mewah dan membuat kita serasa berjalan di dalam hotel bintang lima. Terdapat pula lounge, duty free, dan masih banyak lagi. Demikian juga, masjid, family room, toilet, termasuk toilet difabel disediakan banyak jumlahnya. Semua fasilitasnya menarik, megah dan mewah.

Tidak hanya itu. Bandara Internasional Istanbul Turki juga dilengkapi dengan hotel kapsul untuk para penumpang yang harus transit lama dan ingin beristirahat terlebih dahulu. Bandara ini juga menyediakan banyak tempat duduk dan stop kontak untuk men-charge gadget kita.

Senin 11 Maret 2024 pagi jam 08.40, saya melanjutkan keberangkatan dari Bandara Istanbul, dengan menaiki Turkish Airlines bersama para penumpang dengan tujuan Belanda. Perjalanan sampai ke Belanda 10. 50, atau dua jam meski sejatinya empat jam perjalanan. Saya sempat dihentikan di Imigrasi oleh petugas. Kemudian, saya telpon mas Nur Ahmad, akhirnya diclearkan bahwa saya undangan PCI NU Belanda dan disini lima belas hari lamanya.

Setelah lolos imigrasi, saya keluar dan mencari bagasi. Tak lama, saya keluar disambut meriah Mbak Aprilia dan Mas Kiai Nur Ahmad. Betapa senangnya kami. Mas Nur Ahmad adalah Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda yang saat ini sedang kuliah doktor di Leidan. Sementara, Mbak Aprilia adalah pegawai Hotel Hyat yang tinggal lama di Belanda dan aktif di Masjid al-Ikhlas Amsterdam.

Setelah foto sejenak, kami langsung diajak Mbak Aprilia dan Mas Nur Ahmad ke Hotel Hyat Amsterdam. Sepanjang perjalanan, saya menikmati kincir angin yang berada tengah-tengah persawahan Amsterdam. Tak terasa, 10 menit perjalanan kami sudah sampau di Hotel. Saya pun mulai istirahat jam 11. 00 waktu Belanda. *** (Bersambung) *

M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta`lif wa an Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, dan Guru Besar UIN KHAS Jember.