Categories
Berita

Lailatul Ijtima Ranting NU Lambangsari Bekasi, Prof. Haris Dorong Pengurus NU Untuk “Naik Kelas”

Bekasi, Media Center Darul Hikam

Ada yang baru dalam lailatul ijtima NU Ranting Lambang Sari Bekasi. Karena Prof. Kiai MN Harisudin, Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember hadir dalam acara rutinan bulanan di kediaman Dr. KH. M. Faisal, yang juga Ketua PBNU Bidang OKK. Pada kesempatan itu, hadir sejumlah tokoh seperti Dr Yasir Fadli (Wakil Ketua PP ISNU), KH Ali Anwar (Pengasuh Ponpes Yapink Tambun Bekasi), Dr. KH Ali Usman Hakim (Wakil Ketua PCNU Bekasi), Dr. KH. Heri Kuswara (Instruktur Nasional PBNU dan Ketua PP Pergunu), Dr. KH. Ayi Nurdin, SH,MH (Katib Syuriyah PCNU Kota Bekasi), Kiai Deden (Ketua MWCNU Tambun Selatan), Rois Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah Ranting NU Lambangsari serta ratusan jamaah dari Ranting NU Lambangsari Kecamatan Tambun Selatan Bekasi. (23/1/2024).

Kiai Faisal, dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih pada para hadirin dan khususnya tamu Istimewa yang hadir yaitu Prof Haris. “Terima kasih Prof. Harisudin yang juga Wakil PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur dan Ketua Asosiasi Dosen Pergerakan yang berkenan hadir pada malam ini. Mohon nanti dapat memberi tausiyah setengah hingga satu jam untuk kami yang ada di sini”, tukas Kiai Faisal yang juga Dosen Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Sementara itu, dalam tausiyahnya, Prof. M.N Harisudin menyatakan pentingnya ber-NU dengan niat memperbaiki diri. “Bahasa KH. Munasir Ali, Ndadani Awak atau memperbaiki diri. Karena itu, kita merasa kotor, bodoh dan sebagainya sehingga perlu berkumpul di NU dalam bimbingan ulama dalam rangka memperbaiki diri”.

Niat ini, lanjut Prof. Haris, selanjutnya ditindaklanjuti dengan menambah ilmu dan amal soleh. “La tafrahanna illa biziyadati ilmin waamalin shalihin. Jangan bangga benar, kata Imam al-Ghazali, kecuali karena tambah ilmu dan amal. Kalau dua hal ini, kita perlu bangga. Tapi kalau tambah mobil, tidak bangga. Tambah naik jabatan, jangan bangga. Dan lain lain, jangan bangga”, ujar Prof Haris yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur.

Kalau sudah mendapatkan ilmu, lalu diamalkan dan diistiqomahkan, maka tidak berhenti disini. Pengurus NU seharusnya berpikir naik kelas. “Berislam itu berkelas-kelas. Ibaratnya ada yang kelas SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Tugas pengurus NU “naik kelas”, ujar Prof Haris, Guru Besar termuda di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri pada tahun 2018.

Dalam tauhid, menurutnya, ada tiga tingkatan, yaitu tingkatan imanul awam (iman orang awam), imanul mutakallimin (imannya para teolog dan filosof) dan imanul Arifin (imannya ahli ma’rif). “ Pengurus NU jangan berhenti di imannya orang awam, tapi harus naik minimal ke kelasnya iman para filosof. Jika iman orang awam tidak perlu bukti, makai man orang filosof harus berdasar dalil dan bukti”, ujar Prof Haris yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember.

Demikian juga dalam berfiqh, ada tingkatan taqlid, ittiba dan ijtihad. “Kalau taqlid, kita beragama cukup bersandar pada ustadz tanpa tahu dalil. Kalau ittiba’, kita beragama dengan tahu dalilnya. Kalau ijtihad, kita beragama dengan mencari dalilnya sendiri”, ujar Prof. Haris yang juga aktif berdakwah di luar negeri.

Sementara, menghadapi Ramadlan dua bulan lagi, Prof. Haris juga mengingatkan tiga kelas tingkatan puasa. “Insyaallah, kita semua hafal; puasa awam, khawas dan khawasul khawash. Yang belum adalah mempraktikkannya. Bertahun-tahun, kita puasa awam. Kita harus berpikir puasa di atas orang awam, yaitu puasa khawas,”.

Puasa khawash tidak sekedar puasa dengan tidak makan dan tidak minum, namun puasa dengan menutup mata, menutup telinga, menutup mulut, menutup pikiran dari sesuatu yang tidak bermakna atau tidak bermanfaat.

Disinilah, para pengurus NU harus mulai berpikir “naik kelas”. “Saya kita, keberagama Pengurus NU disini lima atau sepuluh tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Artinya sudah meningkat. Tentu meningkatnya ada yang pelan, tapi juga ada yang drastis. Semoga Ramadlan nanti momentum naik kelas kita semua”, ujar Prof Haris mengakhiri pengajian pada malam Rabu tersebut.

Kontributor: M. Irwan Zamroni Ali

Editor: Akhmad Kamil Rizani