Sabbatical Leave 2019 di IAIN Cirebon Tingkatkan Kualitas Akademik dan Persiapan Transformasi Menjadi UIN

CIREBON, SC- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon melaksanakan kegiatan Sabbatical Leave 2019 dengan narasumber guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Azis Farurrozi MA dan guru besar IAIN Jember, Prof Dr M Noor Harisuddin MFilI di lantai 3 gedung rektorat kampus setempat, Senin (4/11/2019).

Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg menjelaskan, dengan adanya kegiatan yang akan dilaksanakan selama 2 pekan ini, pihaknya telah menginstruksikan semua lembaga di IAIN Cirebon, seperti LPPM, LPM, fakultas, dan pascasarjana untuk bisa memanfaatkan kehadiran dua profesor yang menjadi narasumber tersebut untuk kemajuan kampus ini.

“Saya minta untuk diambil ilmu dan pelajarannya demi pengembangan lembaga dan peningkatan kualitas akademik kampus ini. Dari lembaga tentu kami akan mengambil manfaat dan pelajaran dari keduanya,” kata Sumanta di ruang kerjanya usai membuka kegiatan tersebut.

Manfaat yang dapat diserap dari kegiatan ini, lanjut dia, ialah terkait inovasi untuk program pembelajaran, penelitian, pengelolaan lembaga, kajian keilmiahan, pendirian prodi, pendirian fakultas, dan pendirian lembaga. Pasalnya, ungkap Sumanta, kedua narasumber tersebut kaya akan pengalaman dan memiliki terobosan yang bisa diserap dan diimplementasikan demi kemajuan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

“Prof Haris itu profesor muda, beliau mempunyai inovasi yang dapat kita serap. Sedangkan Prof Azis ini lebih senior, beliau mempunyai banyak pengalaman dan seorang asesor. Bahkan pendirian S3 di IAIN Cirebon ini juga asesornya beliau. Jadi dia juga punya kontribusi dalam pendirian S3 kita. Sehingga strata kita lengkap, tidak hanya strata 1 dan 2 saja, tapi juga sampai strata 3. Yaitu, program sarjana, magister, dan doktor,” ungkapnya.

Selain itu, kata Sumanta, kegiatan ini juga sebagai salahsatu persiapan untuk transformasi kampus tersebut dari IAIN menjadi UIN. Pasalnya, selain luas lahan dan jumlah mahasiswa, pengembangan prodi dan fakultas juga merupakan salahsatu persyaratan yang harus dipenuhi.

“Oh betul (salahsatu persiapan untuk bertransformasi dari IAIN menjadi UIN). Semua perangkat yang ada itu kan memang arahnya ke sana. Karena secara otomatis transformasi menjadi UIN kan ada pengembangan prodi, pengembangan fakultas, penunjang infrastruktur, peningkatan akses, jumlah mahasiswa. Itu semua kan jadi syarat-syarat semua,” ucapnya.

Untuk itu, kata Sumanta, titik tekan dari kegiatan ini adalah bagaimana narasumber ini bisa memberikan sentuhan akademik demi kemajuan pengembangan lembaga di perguruan tinggi, khususnya di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini. Karena fokus dari kegiatan ini yang sudah dihadirkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam (Pendis) dan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama ke kampus ini dalam rangka peningkatan mutu akademik dan pengembangan lembaga.

“Karena dari kedua tokoh ini banyak pengalaman-pengalaman, keilmuan-keilmuan, keahlian yang kita dapatkan. Harapannya setelah kegiatan ini, atau outputnya pembelajaran, peningkatan akademik di lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon semakin bergairah. Dosen-dosennya semakin terpacu untuk melakukan kegiatan akademik yang inovatif yang dapat berkompetisi. Sehingga apa yang menjadi garapan kita dapat terangkat,” pungkasnya. (Arif)

Bagikan :

Facebook
WhatsApp
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Postingan Terkait

Segudang Keuntungan Kuliah Sambil Mondok

Menjalani aktivitas kuliah sekaligus sebagai santri di pondok pesantren? Apa untungnya? Jawabannya banyak. Mahasiswa tak hanya mendapatkan ilmu umum tetapi juga ilmu agama yang mumpuni.