Sejak merdeka tahun 1945 hingga tahun 2015, usia Negara kesatuan kita sudah berusia kurang lebih 70 tahun. Pasang surut perjalanan bangsa ini sungguh memerlukan sikap yang benar-benar dewasa bagi kita sebagai penduduk Negeri. Perjalanan bangsa ini tidak mungkin dinafikan bahwa presiden sebagai Nahkoda Republik, tentunya  memiliki kebijakan yang mungkin tidak sepemahanan dengan kita. Oleh karenanya kedewasaan sikap sangat dibutuhkan agar kita tidak menilai “sebuah kebijakan” dari kacamata yang sempit sehingga membuat kita bersikap apatis.

Agustina Soebachan mengajak kita semua untuk sadar akan pentingnya persatuan bangsa melalui buku yang ditulisnya dengan judul “Spirit 7 Presiden RI, Pasang surut NKRI dari pak Karno Hingga pak Jokowi.”

Kehadiran buku ini lebih ingin mengajak pembaca untuk mengetahui plus minus kondisi riil Negeri ini di bawah kepemimpinan presiden yang telah dan sedang memimpin. Di samping itu, kehadiran buku ini juga ingin mengajak para pembaca untuk meneladani hal-hal yang baik dari mereka. Adapun hal-hal yang buruk ataupun blunder yang sekiranya ada, bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran supaya kita semua tidak terjebak pada kesalahan yang sama.

Pada kepemimpinan Seoekarno, segenap bangsa Indonesia kala itu masih termasuk ke dalam golongan negara miskin. Sebab masih baru saja merdeka, dan baru bisa menegakkan kepala di hadapan  negara-negara lain. Saat itu rakyat Indonesia bangga dan bersukacita dengan pemimpinnya yang tampak berani dan sejajar dengan para pemimpin lain yang sudah lebih maju. (Hal.17) 

Akhir kekuasaan soekarno diawali dengan pemberontakan G-30-S/PKI. Kekerasan terjadi dimana-mana. Sehingga 12 maret 1967 pertanggungjawaban Soekarno ditolak MPRS, kemudian Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno berdasarkan hasil sidang umum MPRS (TAP MPRS/1968) pada tanggal 27 maret 1968. (Hal. 36). Soeharto mulai bergerak bebas menumpas pemberontakan G-30-S-PKI setelah Soekarno menurunkan surat perintah pada tanggal 11 maret yang dikenal dengan (supersemar atau suarat perintah sebelas maret). Hal 46)’

Tumbangnya rezim orde lama merupakan awal dari kekuasaan orde baru. Di mana kekuasaan presiden kedua ini dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia adalah rezim terlama berkuasa selama 32 tahun yakni mulai tahun 1966-1998.

Buah pena alumnus Universitas Satra Indonesia UGM ini, mengungkap prestasi yang diraih oleh 7 nahkoda bangsa ini berikut pula dengan ungkapan-ungkapan kekurangannya selama menjabat sebagai presiden. Sebagiamana prestasi dan kekurangan yang diraih oleh rezim terlama di dalam perjalanan bangsa kita tertuang kompleks dalam buku ini.

Mulai dari catatan HAM yang buruk seperti di bidang politik, Soeharto melakukan penyatuan partai politik sehingga pada masa orde baru partai politik hanya tiga partai : Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada awalnya memang efektif, namun dalam perjalanannya mencul ketimpangan dalam dunia politik bangsa ini, Muncullah istilah “Mayoritas Tunggal” dengan Golkar sebagai Partai utama dan mengebiri dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan pemilu. (Hal. 52)

Di samping itu, pada tahun 1996 HAM juga mencatat pelanggaran yang dilakukan oleh Soeharto dengan berusaha menyingkirkan Megawati Soekarno Putri dari kepemimpinan  PDI. Padahal PDI merupakan partai resmi yang ada di Indonesia. Karena megawati bukanlah sosok yang diinginkan Soeharto untuk menjadi pimpinan PDI. Sementara sebagian besar internal partai menginginkan Megawati menjadi pimpinan partainya. Namun demikaian, sebagai rakyat Indonesia tidak sepatutnya kita melihat sejarah perjalanan bangsa ini dengan sebelah mata, sebab di samping pelanggaran HAM tersebut, ada bebrabagai prestasi yang diraih Soeharto dalam mengantarkan Republik ini menjadi negeri yang diperhitungkan dalam kacamata Internasional.

Di antara sekian banyak prestasi yang diraih Soeharto sebagai presiden adalah tercapainya kondisi swasembada beras yang membuat wilayah paling akar benar-benar mengidolakan soeharto sampai sekarang. Program pembangunan yang ditawarkan Soeharto memang memukau. karena memang beliau adalah seorang perencana yang ulung.  Tahapannya jelas, visi dan misinya jelas, targetnya jelas. Ada GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) yang menjadi pedoman dalam pembangunan negara. Ada tahapan pembangunan jangka panjang, yang pada pelaksanannya dijabarkan  ke dalam tahap-tahap pembangunan jangka pendek. Yaitu Repelita/Pelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun/Pembangunan Lima Tahun). Dan setiap pelita titik beratnyapun sudah ditentukan dengan pasti.

Di bidang kesehatan ada program Keluaga berencana (KB) dengan maksimal 2 anak demi menanggulangi membludaknya pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari masalah kelaparan, penyakit, ketersediaan lapangan kerja, hingga kerusakan lingkunan hidup. Di bidang pendidikan Soeharto menjadi pelopor proyek wajib belajar 9 tahun. Yang bertujuan untuk meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Bahkan tahap-tahap perencanaan pembangunan Soeharto, yakni repelita/pelita menjadi rujukan negara berkembang lainnya sebab dinilai efektif.

Presiden ketiga adalah B.J. Habiebie setelah Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998 tepatnya pukul 09.00 WIB (Hal.61), sesaat kemudian  Soeharto menyerahkan tampuk kekeuasannya kepada Habiebie yang waktu itu Habiebie merupakan wakil presiden  Soeharto. Agar tidak terjadi kekosongan kekuasaan. (Hal.76).

Memang jabatan Habiebie sebagai presiden terlampau singkat. Namun keberhasilan beliau dari bidang ekonomi mampu membawa nilai tukar rupiah ke posisi Rp.7000 per dolar dari yang semula di awal masa jabatannya Rp. 15.000 per dolar. Indeks IHSG pun dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan kepemimpjnan Habiebie. (Hal.79). Di samping tu, Habiebie juga disebut sebagai bapak Demokrasi (Hal.82) karena Habiebie berhasil mengembangkan sebuah konsep pemerintahan yang lebih jelas. Di antaranya adalah : kebebasan multpartai dalam pemilu (UU No.2 tahun 1999), Undang-Undang Anti Monopoli (UU No.5 Tahun 1999), dan berbagai kebebasan seperti kebebasan berkumpul dan berbicara (demokrasi), Kebebasan BI dari pengaruh presiden (UU No.23 Tahun 1999).

Namun demikian ada kelemahan Habiebie yang dipandang sebelah mata oleh semua pihak. Yang paling memilukan adalah keputusan Habiebie memberikan opsi referendum bagi rakyat Timur Leste yang berakhir dengan kemerdekaan provinsi tersebut.(Hal.97). Selain itu, Habiebie dianggap kurang sereus menangani kasus yang melibatkan orang-orang terdekat Habiebie dalam skandal Bank Bali. Konon Habiebie dari kacamata politk dianggap terlulu polos menanganinya.

Presiden ke-4 adalah KH. Abdurrahman Wahid yang beken dikenal dengan Gus Dur. Presiden ke-4 ini juga tidak lama menahkodai republik ini. Dimulai tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir pada sidng istimewa MPR tahun 2001. Presiden yang dianggap nyleneh dan kontrofersi ini di samping mendulang prestasi yang gemilang juga memiliki kelemahan-kelemahan semasa menjabat sebagai orang nomor satu di republik kita tercinta ini. Gus Dur disebut sebagai presiden pembela kaum minoritas  di mana pada bulan Januari 2001 menetapkan tahun baru Cina (Imlek) sebagai hari libur Nasional. Sehingga pada tanggal 10 Maret 2001 beliau diangakat sebagai Bapak Tionghoa oleh beberapa tokoh Tionghoa. (Hal.119).

Selain itu, pada awal pemerintahan Gus Dur dalam reformasi, pemerintahannya ditempuh dengan dua jalan. Pertama, membubarkan Departemen penerangan, yakni senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media. Kedua, adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. Dari sektor ekonomi Gus Dur berhasil menempatkan seorang yang kompeten dalam menjalankan tugas kenegaraan yaitu Dr. Rizal Romli yang sempat menduduki tiga jabatan kunci. Yaitu kepala Badan Urusan Logistik (April-Agustus 2000), Menko Perekonomian (Agustus 2000-Juni 2001), dan Manteri Keuangan (Juni-Juli 2001) dan terakhir Gus Dur mengangkat Dr.Rizal Romli  sebagai pimpinan Bulog. Dengan terobosan, gagasan dan ide barunya pada Agustus 2001 Dr. Rizal Romli berhsil meningalkan kas Bolug triliunan rupiah.

Di samping prestasinuya, Gus Dur juga banyak menuai protes dari kalangan elite politik. Berawal dari pengunduran diri Menko Pengentasan kemiskinan Hamzah Haz (November 1999) karena dtuding melakukan tipikor oleh Gus Dur selema berada di Amerka, namun pihak lain menduga mengunduran diri Hamzah Haz karena ketidak senangannya pada Gus Dus yang dekat dengan Israel. Bulan Mei pemerintahan Gus Dur menandatangani kesepamahan dengan GAM, dan mengusulkan mencabut TAP MPRS No.XXIX/MPR/1966 Marxisme Leninisme dicabut (Hal. 131), Bulan April sebelumnya Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi, dengan tuduhan terlibat korupsi. (Hal.132)

Pada tahun 2000 muncul dua skandal Buloggate, selain itu Gus Dur dituduh menyimpan 2 juta dollar AS untuk dirinya sendiri di mana uang tersebut bantuan dari Brunei (Hal.133). Pada bulan Maret Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihsa Mahendra dicopot dari jabatannya karena mengumumkan permintaan agar Gus Dur Mundur. Menteri Kehutanan Nur Mahmudi Ismail juga dicopot  dengan alasan berbeda visi dengan Gus Dur dalam pengambilan kebijakan dan dianggap tidak dapat mengendalikan partai PKS yang pada saat itu masanya ikut dalam aksi  menuntut Gus Dur mundur.

Kemudian beliau meminta Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Namun Susilo menolak hingga Gus Dur mencopot jabatannya. Akhirnya pada tanggal 20 Juli 2001 Amien Rais menyatakan Sidang Istimewa dimajukan tanggal 23 Juli. TNI pun mengerahkan 40000 tentara di Jakarta lengkap dengan Tank yang moncongnya dihadapkan ke Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuasaan.

Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan Dekrit sebagai bentuk perlawanan terhadap sidang Istimewa MPR. Yang berisi: pembubaran MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, membekukan partai Golkar, akan tetapi Dekrit tersebut tidak mendapat dukungan sama sekali. Pada tanggal 23 Juli 2001, MPR secara resmi melengserkan Presiden Dus Dur dan menggantinya dengan Megawati, Namun Gus Dur pada saat itu bersikeras dan tetap menganggap dirinya sebagai Presiden, akan tetapi pada tanggal 25 Juli Gus Dur pergi ke Amerika dengan alasan kesehatan.

Presiden Indonesia ke-5 adalah Megawati Soekrano Putri, anak presiden yang menjadi presiden.  Terlepas dari fakta bahwa naiknya Megawati ke kursi kepresidenan adalah skenario kelompok elite politik untuk melengserkan Gus Dur, namun ada harapan besar yang dititipkan rakyat kepada Megawati. Di antaranya Rakyat ingin kondisi perekonomian segera pulih, keamanan segera beres, praktek KKN ditekan, keadilan ditegakkan, dan kesejahteraan rakyat naik. (Hal.153)

Prestasi yang diraih presiden Megawati selama 3 tahun menahkodai republik kita tercinta ini antara lain: tidak membiarkan pemerintahannya terkooptasi oleh konflik kepentingan konglomerat yaitu dengan tidak mengangkat pengusaha bermasalah pada bagian pemerintahannya sehingga tidak terjadi state capture corpuration, melakukan pembangunan infrastuktur yang vital, diantaranya Tol Cipularang, Jembatan Suramadu, Rel ganda Serpong- Jakarta, Rel Ganda Jakarta-Bandung. Menyelesaikan masalah BLBI yang sejak 1998 tidak terselesaikan dengan berhasil menangkap dua pengempleng BLBI David Nusa Wijaya dan Hendrawan dan jebloskan ke penjara.  Melakukan pemerataan pembangunan dengan membentuk provinsi baru berdasarkan kebutuhan, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulbar, dan Papua Barat.

Namun kekurangannya juag dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia. Di antaranya adalah kesepakatan kerja sama Indonesia dan IMF tidak kunjung menunjukan harapan segera terbebasnya Indonesia dari terpaan krisis ekonomi. Memilki hutang kepada CGI (Lembaga Donor andalan orde baru) yang terus membengkak hingga Rp.1260 triliun atau sebesar 75% dari PBD (Pendapatan Domestik Bruto) negeri ini. Di bidang ekonomi pemerintahan Megawati tampak memanjakan kekuatan asing. Perusahaan negara yang strategis malah diobral murah satu per satu,. Sebut saja Indosat, Telkom, Metrosel, Astra, Indofood, sejumlah stasiun TV, dan Garuda Indonesia. Kekuatan bisnis asingpun berebut untuk memilikinya.

Presiden Indonesia ke-6 adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Merupakan presiden pertama yang langsung dipilih oleh rakyat, beliau adalah presiden yang berkuasa selama dua periode, sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. (hal. 162). Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa SBY.

Prestasi selama pemerintahan SBY meliputi berhasilnya merdakan konflik Aceh dan maluku. Selaian itu SBY juga berhasil menata kembali kehidupan masyarakat Aceh setelah porak poranda dihantam gelombang tsunami yang super dahsyat. Penghematan nasional pengguanaan bahan bakar (migas) menjadi gas Elpiji. Di samping itu, pada tahun 2009 pemerintahan SBY berhasil menanggulangi kemiskinan eksiting Klaster I berupa bantuan dan jaminan atau perlindungan sosial, Klaster II berupa pemberdayaan masyarakat melalui program Nasioanal Pemberdayaan masyarakat dengan adanya Program PMPN Mandiri, Klasters III tentang koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) dan Klaster IV adalah program murah 8 ntuk rakyat.

Transformasi dan perlindungan sosial yang diimplementasikan dengan diluncurkannya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Pengembangan Livelihood, pemberdayaan, akses berusaha dan kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Di bidang penegakan hukum juga patut diacungi jempol termasuk ketika besannya Aulia Pohan terkena kasusu korupsi SBY tetap menjalankan prosedur hukum sebagaimana mestinya. (Hal. 178)

Kekurangan SBY selama menjadi presiden adalah kelambanannya dalam bertindak setiap merespon permasalan yang kerap kali membuat rakyat gemas dan geram dengan sikap seperti ini. (Hal.164) Selain itu, yang membuat rakyat merasa gemas terhadap presiden lulusan Akmil terbaik 1973 ini adalah sikap galau dan sensitifnya. SBY pernah mengeluhkan ancaman/teror yang diterima oleh beliau dan keluarganya. Sementara soal sensitivitas, terlihat ketika ada komentar yang menyangkut keluarganya.( Hal.166). Hal-hal demikian seharusnya tidak diperlihatakan di depan publik mengingat seorang presiden adalah publik figur secara Nasional.

Presiden ketujuh adalah presiden yang terkenal dengan blusukannya, yakni Joko Widodo yang panggilan akrabnya Jokowi.  Rasanya terlalu dini untuk membincang prestasi yang dilakukan Jokowi sebab pada saat buku ini ditulis Jokowi belum genap enam bulan menjabat sebagai presiden. (Hal. 190).  Kebijakan jokowi menakikan BBM tentunya sangat beralasan yakni subsidi dihapus untuk memperbaiki anggaran negara. Sebenarnya, untuk mendukung pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan, Jokowi memprogramkan adanya kartu Indonesia Sehat dan kartu Indonesia Cerdas, namun tampaknya belum maksimal pencapainnya

Sebuah kosekuensi yang wajar dari sebuah kebijakan. Apapun kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah tentunya berasalan sekali. Oleh di dalam buku ini mengajak segenap elemen masyarakat (Rakyat) untuk tetap mendukung kebijakan yang diberlakukan oleh Jokowi, sebab Jokowi sangat membutuhkan dukungan dari rakyat yang memilihnya, meski sulit dirasa bagi rakyat kecil tapi penting untuk dilakukan demi negaranya.(Hal 193).. Di sisi lain seorang Jokowi mesti sadar diri bila tak ingin ditinggal oleh pemilih dan pendukungnya. Pencitraanpun rasanya sudah tidak dibutuhkan lagi. (Hal. 194).

Begitulah lika-liku perjalanan negara Indonesia di bawah kebijakan seorang pemimpin yang memiliki visi dan misi yang berbeda. Yang perlu kita lakukan sebagai warga rakyat adalah tetap bersikap dewasa dan legowo dengan program-progran yang diberlaakukan oleh sang presiden sebagai nahkoda bangsa yang bdipilih lima tahuan sekali demi tercapainya stabilitas sebuah negara yang masih terus mencari jati diri dalam perjalanannya.

Peresensi

M. Sofiatul Iman,

Mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Jember

Bagikan :

Facebook
WhatsApp
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Postingan Terkait

LAZAWA Darul Hikam Kembali Salurkan Daging Kurban untuk Para Dluafa

Jember – Dalam semangat Idul Adha 1446 H, Lembaga Zakat dan Wakaf (LAZAWA) Darul Hikam kembali menyalurkan hewan kurban dari para donatur kepada masyarakat yang membutuhkan. Tahun ini, LAZAWA Darul Hikam menyembelih satu ekor sapi atas nama Sahra binti Yusuf, Buang bin Hodri, dan Ririn Chusniah binti Ahlul Hikam, serta satu ekor kambing atas nama Wildan Rofikil Anwar. Penyembelihan ini menjadi wujud komitmen lembaga dalam mengelola amanah kurban secara profesional dan penuh tanggung jawab. Penyembelihan dilakukan pada Sabtu, 07 Juni 2025 di lingkungan Pondok Pesantren Darul Hikam Putra, Ajung, Jember, Jawa Timur, dengan melibatkan para pengurus LAZAWA Darul Hikam dan para mahasantri. Daging kurban kemudian didistribusikan kepada 120 orang mustahik, terdiri dari warga kurang mampu, santri, dan kaum dhuafa di wilayah Jember, khususnya di Kecamatan Ajung, Kaliwates, dan Sumbersari. Nazhir LAZAWA Darul Hikam, M. Irwan Zamroni Ali, S.H., M.H menyampaikan bahwa proses penyembelihan hingga distribusi kurban berjalan dengan lancar dan sesuai syariat. Ia menekankan bahwa amanah dari para donatur adalah tanggung jawab besar yang harus dikelola secara amanah dan transparan. “Alhamdulillah, tahun ini kami kembali dipercaya menyalurkan hewan kurban dari para donatur. Kami pastikan setiap tahapan dilakukan sesuai syariat Islam, mulai dari penyembelihan hingga pendistribusian. Semoga setiap tetes darah hewan kurban ini menjadi amal jariyah bagi para donatur,” ujar Irwan. Menurutnya, LAZAWA Darul Hikam tidak hanya menjalankan fungsi sosial semata, tetapi juga sebagai lembaga yang terus mendorong nilai-nilai kepedulian dan kebersamaan dalam masyarakat. Penyembelihan kurban ini menjadi momentum penting untuk memperkuat solidaritas umat, terutama dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil. Sementara itu, Direktur LAZAWA Darul Hikam, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M. Fil.I., CLA., CWC., menyampaikan apresiasinya kepada para donatur yang telah mempercayakan ibadah kurban melalui lembaga yang ia pimpin. Ia menyebut bahwa kurban bukan hanya ibadah ritual, melainkan sarana membangun kepedulian sosial secara konkret. “Kurban adalah bentuk nyata solidaritas umat Islam. Melalui LAZAWA Darul Hikam, kami ingin memastikan bahwa semangat ibadah ini benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Terima kasih kepada para donatur yang telah menunaikan ibadah kurban bersama kami. Semoga Allah lipatgandakan pahalanya dan menjadikannya wasilah keberkahan hidup,” ungkap Prof. Haris. Ia menambahkan bahwa LAZAWA Darul Hikam akan terus memperluas jangkauan distribusi kurban dan program sosial lainnya, baik di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Dengan sistem pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang semakin profesional, Prof. Haris optimistis lembaga ini akan terus memberikan kontribusi nyata bagi kemaslahatan umat. Program kurban tahun ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan dakwah sosial yang secara rutin dilakukan oleh LAZAWA Darul Hikam. Selain distribusi daging kurban, lembaga ini juga aktif dalam pemberdayaan umat, dakwah, hingga pembangunan sarana ibadah dan pendidikan. Dengan semangat “Berbagi untuk Kebaikan”, LAZAWA Darul Hikam terus mengajak masyarakat untuk bersinergi dalam membangun peradaban yang lebih adil dan sejahtera melalui zakat dan wakaf. Reporter : Iklil Naufal Umar Editor : Ravi Maulana

Kolaborasi PCINU Rusia dan Lazawa Darul Hikam Indonesia Wujudkan Kurban di Negeri Beruang Merah

Moskow – Semangat berkurban tahun ini kembali digaungkan oleh Lazisnu PCI NU Rusia namun dengan sentuhan berbeda. Untuk pertama kalinya, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di Rusia pada Jumat, 6 Juni 2025, dilakukan melalui kerja sama strategis dengan Lazawa Darul Hikam Indonesia, yaf dikenal aktif menjalin dengan mitra strategis dunia. Kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam memperluas jangkauan program sosial keagamaan sekaligus memperkuat jaringan antar-lembaga Islam di kancah global. Ketua Tanfidziyah PCINU Rusia, Amy Maulana mengungkapkan alasan utama menggandeng Lazawa Darul Hikam Indonesia dalam pelaksanaan program kurban tahun ini. “Kami memilih berkolaborasi dengan Lazawa Darul Hikam Indonesia karena mereka aktif menjalin hubungan dengan diaspora, termasuk PCNU luar negeri. Kolaborasi ini memperkuat gerakan sosial Islam lintas batas negara, dan kami berharap kerja sama seperti ini bisa terus dilakukan setiap tahun,” ujar Amy sapaan akrabnya. Menurut Amy, kegiatan penyembelihan kurban di Rusia bukanlah hal baru. Sejak tahun 2020, LAZISNU PCINU Rusia rutin menyelenggarakan program ini setiap Idul Adha. Namun tahun ini menjadi spesial karena hadirnya mitra strategis dari Indonesia yang memberikan dukungan tidak hanya secara finansial, tetapi juga secara kelembagaan. Dukungan dari Lazawa Darul Hikam juga memungkinkan pelibatan lebih luas para donatur dari Indonesia yang ingin berkurban di Rusia. Mereka difasilitasi untuk menyalurkan kurban melalui kanal resmi, yang hasilnya langsung dirasakan oleh masyarakat muslim setempat dan diaspora Indonesia di Moskow dan Kazan. Amy menekankan bahwa kerja sama ini tidak hanya soal teknis penyaluran kurban, tetapi juga sebagai bentuk diplomasi umat Islam Indonesia yang membawa wajah Islam moderat dan peduli ke panggung internasional. “Dengan adanya kegiatan seperti ini, kami bisa menunjukkan bahwa muslim Indonesia adalah bagian dari komunitas muslim global yang aktif membantu sesama. Ini juga menjadi sarana diplomasi, mengenalkan nilai-nilai Islam ala Indonesia yang ramah dan inklusif,” tutur Amy. Program ini turut mendapat sambutan hangat dari komunitas muslim di Rusia. Mereka menilai inisiatif tersebut sebagai jembatan persaudaraan antara dua negara dengan populasi muslim yang besar. Amy menambahkan, “Apresiasi sangat besar dari komunitas muslim Rusia karena ini bukan hanya soal daging kurban, tapi soal solidaritas antarumat.” Kerja sama antara LAZISNU PCINU Rusia dan Lazawa Darul Hikam juga melibatkan banyak pihak lainnya, termasuk mahasiswa dan organisasi masyarakat Indonesia yang berdomisili di Rusia, seperti Permira, HPII, Muhammadiyah, dan ICMI wilayah Rusia. Direktur Lazawa Darul Hikam, Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, menyampaikan bahwa pelaksanaan kurban di luar negeri merupakan inovasi baru di tahun 2025. Langkah ini menjadi titik awal bagi lembaga yang berbasis di Jawa Timur itu dalam memperluas cakupan distribusi zakat, infak, sedekah, dan kurban ke kancah global. “Ini adalah inovasi program kurban tahun 2025. Pertama kalinya Lazawa Darul Hikam melakukan penyembelihan dan penyaluran kurban di luar negeri,” ujar Prof. Haris. Menurutnya, meskipun volume kurban yang disalurkan kali ini belum besar, kegiatan ini menjadi fondasi penting bagi agenda internasionalisasi program-program sosial keagamaan Lazawa ke depannya. “Meskipun masih belum banyak, tapi ini adalah langkah awal untuk melakukan internasionalisasi program. Jadi program-program kita tidak hanya lokal, tidak hanya nasional, tapi juga internasional,” ungkap Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember itu. Ia juga menegaskan bahwa ekspansi ini akan terus diperluas ke berbagai belahan dunia agar manfaat dari kurban dan zakat semakin dirasakan oleh umat Islam global. “Ke depan kita akan lebih masif lagi ke Rusia dan beberapa negara lain di seluruh dunia. Dan kami berharap para donatur juga semakin banyak dan semakin bisa memberikan manfaat pada umat Islam di seluruh dunia,” imbuhnya. Dalam kesempatan itu, Prof. Haris juga menyampaikan apresiasi kepada para mitra di Rusia yang telah mendukung program ini, serta ucapan terima kasih kepada para donatur yang telah mempercayakan kurban mereka melalui Lazawa Darul Hikam. “Terima kasih Ustadz Amy Maulana (Ketua Tanfidziyah PCINU Rusia) bisa berkolaborasi untuk pemberian manfaat yang lebih luas ke masyarakat dunia. Terima kasih kepada tim dari Lazawa Darul Hikam, terima kasih pada orang yang berkurban, para donatur yang selama ini telah mensupport Lembaga Zakat dan Wakaf Darul Hikam sehingga semakin hari semakin tambah besar dan menjadi luar biasa,” tutupnya. Langkah ekspansif ini menandai arah baru Lazawa Darul Hikam dalam menjadikan kurban tidak hanya sebagai ibadah individu, tetapi juga sebagai instrumen diplomasi kemanusiaan lintas negara. Reporter : Ravi Maulana Editor : Wildan Rofikil Anwar

Seminar Internasional di UIN Bukittinggi, Prof. Harisudin Bahas UU Sekuler Perspektif Maqashid Syariah

Media Center Darul Hikam – Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M.Fil.I, CLA, CWC, menyampaikan gagasan strategis mengenai pentingnya pendekatan Maqashid Syariah dalam memahami dan menilai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Gagasan tersebut disampaikan dalam “5th International Seminar on Islamic Law” yang diselenggarakan oleh Fakultas Syariah Syekh M. Djamil Djambek, UIN Bukittinggi, pada Selasa, 3 Juni 2025. Dalam pemaparannya yang berjudul “Pengaturan Undang-Undang di Indonesia dalam Perspektif Maqashidus Syariah”, Prof. Haris menegaskan bahwa pendekatan Maqashid Syariah harus menjadi landasan penting dalam menilai dan mengkaji substansi regulasi yang berlaku di Indonesia. Menurutnya, meskipun Indonesia bukan negara agama atau negara Islam, tetapi juga bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara Pancasila, dan nilai-nilai Pancasila sejatinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat Islam. “Indonesia adalah negara Pancasila, dan Pancasila sendiri sesuai dengan syariah Islam. Artinya, produk hukum yang dihasilkan dalam sistem hukum nasional bisa dan harus ditelaah melalui pendekatan maqashid,” tegas Prof Haris yang juga Direktur World Moslem Studies Center (Womester). Lebih jauh, Prof. Haris menjelaskan bahwa sebagian peraturan perundang-undangan di Indonesia sejatinya bersumber dari fiqh Islam yang telah melalui proses taqnin (kodifikasi) dan pada akhirnya menjadi bagian dari positive law. Namun, banyak pula undang-undang yang tidak secara langsung berasal dari hukum Islam. Dalam konteks ini, ia menyarankan penggunaan Maqashid Syariah sebagai alat analisis normatif dan filosofis terhadap hukum positif, untuk menguji sejauh mana suatu peraturan mengandung nilai keadilan, maslahat, dan kebijaksanaan. Sebagai Ketua Umum PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara sekaligus Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Prof. Haris menyampaikan bahwa dalam sistem legislasi Indonesia, kewenangan pembuatan undang-undang berada di tangan DPR dan Presiden. Namun, produk hukum yang dihasilkan tidak boleh lepas dari prinsip-prinsip moralitas publik dan maqashid syariah. Ia juga memaparkan mengenai hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011. Dalam penjelasannya, ia menekankan pentingnya memahami prinsip-prinsip hukum seperti lex superior derogat legi inferiori, lex specialis derogat legi generali, lex posteriori derogat legi priori, dan asas bahwa suatu peraturan hanya dapat dicabut oleh peraturan yang sederajat atau lebih tinggi. Prinsip-prinsip ini, menurutnya, sejalan dengan struktur berpikir dalam hukum Islam yang rasional, sistematis, dan maslahat-oriented. Dalam kerangka maqashid, Prof. Haris menguraikan pemikiran tokoh-tokoh besar Islam seperti Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Imam al-Ghazali, dan Jamaludin Atiyah. Ia menyampaikan bahwa maqashid tidak hanya menyangkut kepentingan individu, tetapi juga mencakup kepentingan keluarga, umat, dan kemanusiaan secara luas. Dalam konteks ini, hukum yang berlaku harus mampu menjaga agama (hifz al-din), jiwa (hifz al-nafs), akal (hifz al-‘aql), harta (hifz al-mal), dan keturunan (hifz al-nasl). Prof. Haris yang juga Pengasuh PP. Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember menyoroti bahwa undang-undang yang telah ditelaah dari perspektif maqashid dan terbukti mengandung kemaslahatan, meskipun pada asalnya bersifat mubah (boleh), dapat menjadi wajib untuk ditaati oleh umat Islam. Ia mengutip pendapat Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain, bahwa pemerintah berwenang menjadikan suatu perbuatan yang mubah menjadi wajib jika hal itu mengandung kemaslahatan umum. “Perbuatan yang mubah jika ditetapkan pemerintah menjadi wajib, maka umat wajib mengikutinya demi kemaslahatan umum. Ini adalah bentuk ketaatan terhadap otoritas syar’i dan negara,” jelasnya. Selain itu, ia mengingatkan bahwa penentuan maslahat dalam suatu peraturan tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan melalui proses ijtihad kolektif (ijtihad jama’i) oleh lembaga yang berkompeten dan berdasarkan data ilmiah serta pertimbangan teknologi. Pemaparan Prof. Haris ini mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta seminar yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, peneliti, serta praktisi hukum dari dalam dan luar negeri. Banyak yang menilai bahwa pendekatan maqashid yang dikembangkan dalam konteks hukum nasional merupakan terobosan konseptual yang penting di era modern, khususnya dalam kerangka integrasi hukum Islam dengan sistem hukum negara. Selain Prof M Noor Harisudin, seminar internasional ini dihadiri para nara sumber bereputasi internasional seperti Ass. Profesor Dr Wan Mohd Yusof Wan Chik (Univ Sultan Zainal Abidin Malaysia), Prof. Dr. Abd Qadir Haron (International Islamic University Islamabad Pakistan), dan Prof. Dr. Busyro (UIN Bukittinggi). Sebelumnya, Dekan Fakultas Syariah UIN Bukittinggi, Prof. Dr. H. Ismail juga hadir membuka dan menyampaikan sambutan pembukaan. Seminar Internasional yang dimulai jam 08.00 dan selesai jam 12.10 WIB via zoom meeting berlangsung seru dan khidmat. Reporter : Wildan Rofikil AnwarEditor : M. Irwan Zamroni Ali

Ingin Dampak Nyata, Lazawa Darul Hikam Belajar Inovasi Wakaf ke Yayasan Masjid Salman ITB

Bandung, 28 Mei 2025Meski telah mencapai sejumlah pencapaian penting dalam satu tahun terakhir, Lembaga Zakat dan Wakaf (Lazawa) Darul Hikam tak lantas berpuas diri. Demi menjaga relevansi dan daya saing di tengah perkembangan zaman, Lazawa Darul Hikam terus berinovasi—termasuk dengan belajar langsung ke Yayasan Masjid Salman ITB, Bandung. Kunjungan tersebut dilaksanakan pada Rabu, 28 Mei 2025, pukul 09.00–12.00 WIB. Rombongan Lazawa dipimpin oleh Direktur Wakaf Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., SH., M.Fil.I., CLA., CWC., bersama Dewan Pengawas KH. Moh. Romli, M.Pd.I., dan Bendahara Robiatul Adawiyah, SHI., MH. Mereka disambut hangat oleh Pembina Salman ITB, KH. Achmad Nasir Budiman, SH, Direktur Utama Wakaf Ir. Hari Utomo, MBA serta General Manager Bayu R. Ardiansyah. Di awal pertemuan, KH. Achmad Nasir Budiman mengisahkan sejarah berdirinya Masjid Salman yang begitu ikonik di lingkungan kampus ITB. “Selamat datang di Wakaf Salman ITB. Saya ingin berbagi sedikit tentang sejarah masjid ini. Aktivis Masjid Salman adalah perpaduan antara kalangan priyayi dan santri, sebuah kekuatan yang membentuk karakter pergerakan masjid ini. Dari sinilah lahir berbagai inovasi,” ujar Kiai Nasir yang juga dikenal sebagai kader Bang Imad, seorang ideolog Islam terkemuka di Masjid Salman. Ia menambahkan, Masjid Salman merupakan salah satu masjid kampus paling legendaris di Indonesia. Meski pendiriannya sempat menghadapi tantangan, pada akhirnya masjid tersebut berdiri dengan restu Presiden Ir. Soekarno. Rektor ITB kala itu, Prof. Ir. O. Kosasih, turut memberi dukungan, sehingga pada 5 Mei 1972 Masjid Salman secara resmi menggelar salat Jumat perdana. Sementara itu, Direktur Utama Wakaf Salman, Ir. Hari Utomo, MBA menjelaskan struktur manajerial lembaga yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid Salman ITB. “Kami beroperasi di bawah Yayasan Masjid Salman ITB. Unit zakat kini sudah berdiri sendiri dengan nama Rumah Amal, namun tetap berada dalam koordinasi yayasan. Dulu, kami juga belajar ke berbagai tempat, seperti halnya Darul Hikam hari ini,” ujar Hari Utomo. Didirikan pada tahun 2017, Wakaf Salman kini berkembang pesat dan menjangkau berbagai wilayah di Indonesia. “Saat ini kami memiliki 30 karyawan. Pada tahun 2024 lalu, kami berhasil menghimpun dana wakaf sebesar Rp26 miliar. Dana ini kami salurkan untuk berbagai program inovatif,” jelas Hari yang juga dikenal sebagai seorang pengusaha. Menutup sesi diskusi, General Manager Bayu R. Ardiansyah memaparkan sejumlah program unggulan Wakaf Salman. “Salah satu program andalan kami adalah pembangunan masjid wakaf. Ada masjid yang kami danai 100 persen, seperti di Kampung Badui, dan ada pula yang didanai sebagian sesuai kebutuhan. Termasuk juga masjid yang kami bantu di Palestina,” ungkap Bayu, alumnus ITB. Ia juga menyoroti program wakaf sumur sebagai bentuk inovasi lainnya. “Kami mengembangkan berbagai proyek wakaf sumur yang menjangkau daerah terpencil, dari Aceh hingga Papua. Skemanya beragam, mulai dari pipanisasi, pembangunan MCK, hingga pemberdayaan masyarakat lokal,” tambahnya. Menanggapi kunjungan tersebut, Prof. M. Noor Harisudin menyampaikan apresiasi yang mendalam atas sambutan dan ilmu yang diberikan. “Kami sangat berterima kasih atas sambutan hangat dan sesi berbagi yang inspiratif ini. Banyak wawasan baru yang kami peroleh dan insyaaAllah akan segera ditindaklanjuti. Kami juga membuka peluang kerja sama ke depan,” ungkap Prof. Haris, yang juga dikenal sebagai dai internasional. Bagi tim Lazawa Darul Hikam, kunjungan ini menjadi pengalaman berharga. Ilmu dan wawasan dari Salman ITB menjadi bekal penting dalam memperkuat peran wakaf di Darul Hikam Jember. Semoga Lazawa Darul Hikam terus tumbuh menjadi lembaga zakat dan wakaf yang maju dan berdampak luas. Reporter: Wildan Rofikil AnwarEditor: M. Irwan Zamroni Ali