Obituari untuk Prof. Dr. Hj. Siti Mahmudah, M.Ag.: Cahaya Ilmu yang Tak Pernah Padam

Dalam ingatan sivitas akademika UIN Raden Intan Lampung dan keluarga besar umat Islam Indonesia, nama Prof. Dr. Hj. Siti Mahmudah, M.Ag. akan terus bergema sebagai sosok ulama perempuan, guru besar, sekaligus penafsir zaman yang lembut dalam tutur, tegas dalam prinsip, dan bening dalam pemikiran.

Beliau bukan sekadar akademisi, tetapi penjaga nurani ilmu, yang menjadikan ruang kuliah sebagai taman zikir intelektual, dan pena ilmiah sebagai alat untuk menyalakan cahaya Islam yang rahmatan lil-‘alamin.

Perjalanan Ilmiah dan Keteladanan

Sebagai Guru Besar bidang Sejarah Peradaban Islam, beliau telah menapaki jalan panjang dunia ilmiah. Pengangkatannya pada tahun 2023 menjadi simbol bahwa ilmu bukan sekadar tumpukan data, melainkan napas kehidupan yang harus dihirup dengan kesadaran spiritual. Dari ruang-ruang kuliah di Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung hingga forum-forum ilmiah internasional, beliau selalu hadir dengan keteduhan dan ketajaman pandangannya. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ikut menjadi saksi ketekunan ilmiah beliau, ketika menempuh pendidikan pada jenjang magister dan doktor di kampus Islam tertua di Indonesia tersebut. 

Sebagai Ketua Program Doktor (S3) Hukum Keluarga Islam, beliau membimbing generasi ulama dan akademisi baru untuk berpikir kritis, berijtihad dengan konteks, dan menjadikan hukum Islam sebagai rahmat, bukan dogma yang membeku. Di bawah arahannya, tema-tema disertasi dan riset hukum Islam tumbuh dalam kepekaan sosial, yang menyentuh isu perempuan, keluarga, dan masyarakat akar rumput yang sering terlupakan oleh wacana besar.

Pemikir Moderasi dan Islam Kontekstual

Dalam karya-karyanya, Prof. Mahmudah menjelma sebagai jembatan antara teks dan realitas. Artikelnya yang terbit di Jurnal Peuradeun Q1 internasional, berjudul “Resistance to Religious Moderation in Indonesia’s Lower to Middle-Class Communities” (2025), menjadi bukti kepiawaiannya membaca denyut sosial masyarakat Indonesia: bahwa moderasi beragama bukan sekadar slogan, melainkan perjuangan sunyi untuk mendamaikan teologi dengan realitas sosial.

Karya lain seperti “Islam dan Tradisi Lokal” (2022) serta “Historisitas Syari’ah: Kritik Relasi-Kuasa Khalil ‘Abd al-Karim” menunjukkan keberaniannya menelusuri akar-akar sejarah syariat, bukan untuk meruntuhkan keyakinan, tapi untuk menegakkan kesadaran bahwa syariat selalu hidup dalam ruang, waktu, dan kemanusiaan.

Ia menulis bukan untuk berdebat, tapi untuk menghidupkan nurani keilmuan. Dalam orasinya, ia sering mengingatkan,

“Nabi tidak menegakkan syariat sekaligus, tetapi dengan teori gradualisasi, karena kebenaran yang datang terlalu cepat bisa kehilangan maknanya.”

Penggerak Ilmu dan Ulama Perempuan

Prof. Mahmudah juga menjadi salah satu motor penggerak keulamaan perempuan Indonesia. Melalui berbagai forum seperti Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan diskusi keagamaan di MUI Lampung, beliau menegaskan peran perempuan bukan hanya di ranah domestik, tetapi juga sebagai pewaris pengetahuan, penjaga moral bangsa, dan penerus tradisi ijtihad.

Sebagai Editor-in-Chief dalam berbagai jurnal ilmiah, di antaranya Jurnal SMART dan Direktur Prosiding Internasional Raden Intan, beliau membangun infrastruktur ilmiah agar para akademisi muda dapat menapaki jalan publikasi internasional. Di ruang sunyi perpustakaan dan laboratorium penelitian, beliau dikenal sederhana: selalu siap membaca naskah mahasiswa hingga larut malam, memberi koreksi dengan tinta biru dan senyum lembut.

Warisan yang Tak Pernah Usai

Warisan Prof. Siti Mahmudah bukan hanya pada teks dan jabatan, tetapi pada manusia, pada ribuan mahasiswa dan dosen yang ia bentuk dengan keteladanan ilmiah dan moral. Ia mengajarkan bahwa menjadi ilmuwan berarti menjaga keseimbangan antara akal dan adab, antara berpikir dan berdoa.

Dalam satu kesempatan, ia pernah menulis:

“Ilmu tidak akan menjadi cahaya bila ia tidak disertai keikhlasan. Karena sesungguhnya ilmu yang benar tidak membuat kita tinggi di hadapan manusia, tetapi tunduk di hadapan Allah.”

Kini, cahaya itu telah kembali kepada Sang Pemilik Ilmu.

Namun di ruang-ruang kuliah, di setiap tesis dan artikel yang ia bimbing, di setiap doa mahasiswa yang ia tuntun, namanya tetap hidup sebagai lentera ilmu, guru yang meneduhkan, dan ulama perempuan yang meninggalkan jejak cahaya dalam sejarah Islam Indonesia.

Selamat jalan, Prof. Dr. Hj. Siti Mahmudah, M.Ag., rekan seperjuangan program doktoral,

Semoga Allah menempatkanmu di taman ilmu yang abadi, di sisi para syuhada, shalihin, dan ulama yang mengajar bukan hanya dengan kata, tetapi dengan ketulusan jiwa.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Obituari untuk Prof. Dr. Hj. Siti Mahmudah, M.Ag.: Cahaya Ilmu yang Tak Pernah Padam”, Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/ubaidillahbahisan1442/68e45adfed6415380019b9b2/obituari-untuk-prof-dr-hj-siti-mahmudah-m-ag-cahaya-ilmu-yang-tak-pernah-padam?page=2&page_images=1

https://www.kompasiana.com/ubaidillahbahisan1442/68e45adfed6415380019b9b2/obituari-untuk-prof-dr-hj-siti-mahmudah-m-ag-cahaya-ilmu-yang-tak-pernah-padam?page=2&page_images=1

Bagikan :

Facebook
WhatsApp
Telegram

Postingan Terkait