
Oleh: M. Noor Harisudin
Direktur Womester, Guru Besar UIN Kiai Haji Achamd Siddiq Jember dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025
Innalillahi wainnai ilaihi rajiun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada Nya kita akan kembali. Dengan ini kami menginformasikan bahwa Masjid al Ikhlas Kabukicho akan ditutup resmi pada tanggal 30 September 2025.
Demikian bunyi media sosial Masjid al Ikhlas Kabukicho Tokyo Jepang. Tentu menyedihkan. Namun, saya tidak kaget karena ketika berada di Jepang, saya sudah mendengar informasi ini dari beberapa pengurus PCI NU Jepang. Penutupan masjid ini juga logis; karena kontrak atau sewa masjid ini akan berakhir tanggal 30 September 2025 dan tidak dapat diperpanjang lagi.
Masjid Kabukicho adalah masjid legendaris yang berada di tengah tempat hiburan malam Tokyo. Masjid ini didirikan oleh alm Bapak Idrisno Majid. Selanjutnya, masjid ini dikembangkan komunitas Indonesia yang tinggal di Jepang.
Secara historis, masjid ini telah berdiri sejak tahun 2002 yang silam. Masjid ini lalu direnovasi pada tahun 2017. Masjid ini berukuran kecil. Sekitar 4 x 4 meter. Namun masjid ini memiliki bangunan tiga lantai dengan CCTV di setiap lantainya. Di lantai bawah tersedia kamar mandi, tempat wudlu dan juga dapur masjid.
Jumlah jama’ah masjid Kabukicho –total semua lantai– maksimal 40 orang. Jangan bandingkan masjid ini dengan masjid Indonesia karena mendirikan masjid di Tokyo khususnya dan Jepang pada umumnya adalah perjuangan yang tidak mudah.

Masjid Kabukicho memiliki banyak program. Diantaranya program pengajian malam Jumat dengan yasin dan tahlil. Masjid ini juga rutin menyelenggarakan sholat Jumat berjamaah. Satu hal lagi, masjid ini aktif mengadakan pengajian malam Sabtu dan hadrah bersama. Masjid Kabukicho semakin ramai ketika bulan suci Ramadlan. Sholat Hari Raya juga dilakukan di masjid ini.
“Dulu Masjid Kabukicho terbuka 24 jam. Sejak ada orang mabuk masuk masjid, masjid Kabukicho kami kunci kiai”, kata Mas Putra, mahasiswa Indonesia yang ditugasi menjaga masjid ini. Saya berkesempatan ke masjid ini 12 Maret 2025 ini menjelang akhir kepulangan ke Indonesia.
Uniknya, sebagaimana dikatakan sebelumnya, masjid ini terletak di kompleks hiburan malam Tokyo. Orang Jepang tidak menyebutnya ‘lokalisasi Pekerja Seks Komersil’, namun tempat hiburan malam. Biasanya, transaksi esek-esek dilakukan di luar Kabukicho ini. Mereka akan mencari hotel atau tempat apa saja yang dapat dijadikan tempat transaksi.
Ketika malam hari saya berjalan menuju masjid, saya dag dig dug juga. Takut ada yang menarik tangan saya (terlalu GR). Ternyata ada laki-laki dan ada perempuan. Artinya perempuan dan laki-laki penghibur. Mereka ada untuk menghibur laki-laki atau perempuan lain.
Penampilan pakaian perempuan dan laki-laki di Kabukicho tidak mencolok. Tidak seperti pekerja seks komersil di Red Light Amsterdam yang vulgar. Atau Gang Dolli Surabaya dulu sebelum ditutup. Walhasil, ini berbeda dengan lokalisasi pada umumnya,
Informasi akan ditutupnya Masjid Kabukicho tentu sangat menyedihkan. Karena Masjid Kabukicho adalah potret dakwah Islam dan perjuangan muslim di kota Tokyo Jepang. Jauh sebelum adanya ratusan masjid baru, masjid ini sudah hadir lebih dulu menyapa dengan ramah umat Islam di bumi Sakura.
Apakah ini akhir adanya masjid di kompleks Kabukicho ataukah masih ada harapan lagi suatu saat akan adanya masjid kembali di kompleks hiburan malam Tokyo tersebut? Sejarah yang akan menjawabnya.
Wallahu’alam. ***