Media Center Darul Hikam – Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi telah berkembang dengan pesat. Hal ini tentu berakibat pada perkembangan Islam di berbagai belahan dunia yang sedang mengalami tantangan yang cukup serius dengan dampak dari revolusi digital. Merespon hal tersebut, Komisi Pengkajian Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur telah menyelenggarakan Webinar Nasional bertajuk, “Pudarnya Otoritas Keagamaan” pada Senin, (28/3) pukul 19.30-21.00 WIB secara online melalui aplikasi Zoom Meeting.
Pada kesempatan tersebut turut hadir, Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M. Fil.I., (Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim) sebagai Keynote Speech, kemudian Dr. Ali. M. Abdillah, MA (Sekretaris Komisi PPP MUI Pusat) dan Prof. Dr. H. Biyanto, M. Ag. (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya) sebagai Narasumber.
Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I., sebagai Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan (KP3 MUI) Jatim dalam sambutannya menyatakan, dari webinar ini nantinya akan dilakukan tindak lanjut.
“Kegiatan tidak sampai pada webinar ini saja. Kami akan melakukan pengamatan dan pengembangan lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi di masa kini,” tutur Prof. Noor Harisudin yang juga sebagai Guru Besar UIN KHAS Jember itu.
Lebih lanjut, Prof. Harisudin (sapaan akrabnya) menambahkan, permasalahan di sosial media menjadi suatu topik yang menarik untuk dikaji.
“Saya rasa topik ini sangat menarik, sangat kekinian dengan masa sekarang ini. melalui media sosial, semua orang dengan mudah bisa mengakses informasi. Yang menjadi pertanyaannya lebih mendahulukan mana mencari di media sosial atau bertanya kepada ahlinya? Karena jika melihat realitas, masyarakat lebih suka bertanya apapun melalui media sosial,” tukas Prof. Harisudin yang juga Director of World Moslem Studies Center Bekasi.
Dr. Ali. M. Abdillah, MA sebagai Sekretaris Komisi PPP MUI Pusat mengungkapkan, negara Indonesia dalam perjalannya pernah mengalami kondisi dimana sosial media sangat liar dalam memberikan informasi-informasi yang menyerang satu pihak tertentu.
“Tahun 2010-2014 adalah tahun dimana masa media sosial sebagai alat menyerang para tokoh-tokoh secara massif. Baru di tahun 2015 sudah mulai muncul para cyber yang mampu mengendalikan dan meng-counter(membentengi) berita-berita yang salah dan merugikan supaya tidak sampai leluasa menyebar di masyarakat,” tutur Dr. Ali.
Adanya dampak buruk yang ditimbulkan dari media sosial, bukan alasan untuk menjauh dan menutup mata. Seharusnya dengan adanya hal tersebut, menjadikan kita semakin terbuka baik mata dan pikiran untuk memikirkan cara yang tepat untuk mencari solusi terbaik.
“Media sosial seharusnya bisa dimanfaatkan oleh anak-anak muda untuk melawan berita-berita buruk yang telah menyebar di masyarakat,” imbuh Dr. Ali saat penyampaian materi.
Selanjutnya, Prof. Dr. H. Biyanto, M. Ag. sebagai Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya menyampaikan, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak, mengajarkan nilai budi luhur, dan pendidikan karakter, sehingga anak dapat belajar tanpa ketergantungan atau mengandalkan media sosial saat mereka mencari jawaban yang belum tentu kebenaran dan keakuratannya.
”Anak-anak muda baiknya dibekali pendidikan karakter, memberikan fatwa yang benar kepada anak sehingga anak tidak berguru kepada google,” ujar Prof. Biyanto.
Lebih lanjut, Prof. Biyanto menjelaskan, manusia yang hidup di masa kini harus cerdas dalam bermedia sosial.
“Cerdas bermedia sosial dapat menyelamatkan kita agar tidak terpengaruh kepada figure di media sosial yang diragukan kebenarannya. Misalnya saja dalam berguru media sosial, itu boleh saja. Tapi kita juga harus bisa memilih dan memilah sosok figur yang bisa kita ikuti, tentunya yang jelas sanad dan keilmuannya,“ ungkap Prof. Biyanto.
Acara berjalan dengan lancar, disambut antusias oleh 70 peserta terdiri atas Organisasi Masyarakat (Ormas) seperti Nadlatul Ulama, Muhammadiyah, sejumlah pengurus MUI dan para akademisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Reporter: Ekik Filang Pradana
Editor: Erni Fitriani