Oleh: M. Noor Harisudin
Menjelang pulang ke Indonesia, tepatnya Senin, 25 Maret 2024, saya diajak seorang teman Belanda yang juga aktivis pencak silat Tapak Suci. Namanya Isha Sward. Dia mengajak bertemu saya di Sentral Amsterdam. “Bapak harus ketemu saya, “ katanya pada saya dalam handphone. Isha Sward teman Abah Sukarno, dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Akhirnya saya ketemu Mr Isha setelah berkeliling ke sana kemari. Mr. Isha juga muter berkeliling di sekitar sentral karena mobilnya tidak dapat berhenti. Saya bersama Habib, Pengurus Cabang Istimewa NU Belanda. Memang, hari itu, saya minta ditemani Habib untuk beli oleh-oleh Belanda. Ahmad Eidward Said, anak kecil saya di Jember berkali-kali telpon minta dibawakan oleh-oleh dari Belanda. Saya pun merogeh kocek uang euro untuk membeli beberapa kaos dan souvenir Belanda. Harganya memang lumayan murah.
Jadi, ketika bertemu Mr. Isha, saya menenteng tas oleh-oleh. “Ayo kita kemana”, kata Isha. Saya dan Habib minta tolong diantar Isha ke housing. Isha pun membawa mobil mewahnya mengantar kita ke housing. Dan Isha menawarkan saya dan Habib untuk berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam esok hari Selasa. Malamnya, Mr. Isha mengirim saya tiket Museum. Harganya 22,5 euro. Untuk dua orang, jadi bayar 45 euro. Super banget, piker saya.
“Besok pagi jam 9, saya antar ke Rijk Museum Amsterdam. Tapi setelah itu, saya tinggal. Karena saya ada acara”, kata Mr. Isha dalam Bahasa Indonesia. Mr. Isha pandai Bahasa Indonesia karena ia lama tinggal di Indonesia. Mr. Isha juga belajar Tapak Suci di Indonesia. Di Belanda, Mr. Isha sudah jadi Master Tapak Suci di Belanda.
“Jangan lupa, kalau sudah keliling Rijk Museum, agar keliling naik kapal di kanal”, kata Isha pada saya dan Habib. Naik kapal di kanal depan Rijk Museum memang indah dan mengasyikkan.
Selasa, 26 Maret 2024, tepatnya Jam 9.30, saya dan Habib masuk Rijk Museum. Mr Isha yang mengantar kami ke Rijk Museum menggunakan mobil mewahnya jam 09.00 pagi on time. Begitulah orang Belanda, selalu on time. Tradisi yang harus kita tiru.
Sampai di museum, saya benar-benar kaget. Antrean museum begitu banyak. Padahal, Museum baru buka. Ketika saya pulang, jumlah yang masuk juga bertambah banyak. Ratusan orang antrian di luar. Petugas museum menjaga antrian Panjang agar para pengunjung masuk dengan tertib.
Saya dan Habib masuk ke museum jam 9.45 pagi. Terlihat bangunan museum yang tinggi, mewah dan megah. Tingginya mencapai 15 meteran. Tembok kanan kiri juga indah dilihat. Para penjaga di dalam museum juga terlihat full menjaga Rijk Museum. Ada lift di setiap lantai, selain disediakan juga tangga manual yang cukup melelahkan bagi kita yang tidak terbiasa berjalan kaki.
Di dalam museum, para pengujung juga membludak. Orang dewasa dan anak muda. Bahkan anak kecil juga masuk ke dalam museum. Anak-anak basic school bersama guru dan juga guide nya. Jika kita memesan guide di Rijk Museum, maka kita harus membayar 7,5 euro.
Rijk Museum terdiri empat lantai yang dimulai dari angka nol. Masing-masing lantai menunjukkan tahun peradaban Belanda. Apa saja diperoleh informasinya di sini. Misalnya lantai 3 memuat peradaban Belanda 1900-1950 M dan 1950-2000 M. Di sini, segala bentuk peradaban abad ke – 20 dan 21 ada di sini.
Jika masuk ke lantai 2, kita juga akan bertemu dengan peradaban Belanda pada 1600-1650 M dan 1650-1700 M. Di sini, banyak lukisan yang menggambarkan peradaban pada saat itu. Di samping produk peradaban saat itu.
Masuk ke lantai 1, kita akan bertemu peradaban Belanda periode 1700 M-1800 Mdan 1800 M-1900 M. Pernik-pernik peradaban saat itu terlihat di sepajang ruang lantai 1. Semua pengunjung asyik membawa imaginasi-nya ke abad masa lampau. Museum di Belanda benar-benar tempat rekreasi yang mengasyikkan dan tidak membosankan.
Menuju ke lantai 0 yang paling bawah, kita akan bertemu peradaban Belanda periode 1100 M- 1600 M. Di lantai 0 ini, selain periode awal Belanda, kita juga akan menjumpai special collections.
Rijk Museum dilengkapi dengan WIFI, restoran dan café yang membuat pengunjung semakin nyaman. Ada juga perpustakaan yang hanya bisa diakses sedikit orang. Selain itu, ada juga tempat pembelian souvenir dan juga buku-buku terutama yang berkaitan dengan Rijk Museum. Ada juga buku-buku berisi lukisan para pelukis ternama di Belanda dan juga dunia. Seperti halnya negara eropa yang lain, dalam museum kita juga melihat lukisan vulgar gambar orang yang bertelanjang.
Jam 12.00 siang, saya dan Habib lalu keluar museum. Berkunjung ke Rijk Museum Amsterdam serasa berkunjung ke peradaban Belanda 900 an tahun lamanya (1100-2000 M). Museum ini seolah ingin menunjukkan, bahwa ‘kami orang-orang berperadaban tinggi dunia. Anda bisa melihat wajah bangsa kami melalui museum ini’. Kira-kira, ini yang tergambar dalam pikiran saya dua jam berkeliling museum yang keren ini.
Di belakang Rijk Museum, ada kebun indah yang bisa dinikmati semua orang. Saya benar-benar menikmati akhir di Belanda dengan bersantai ria di kebun Rijk Museum sembari melihat bunga tulip dan Sakura yang mulai bermekaran indah. ***
* M. Noor Harisudin adalah Direktur World Moslem Studies Center (Womester), Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember, Wakil Ketua PW Lembaga Dakwah NU Jawa Timur, Dewan Pakar PW Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur, Ketua PP APHTN-HAN dan Guru Besar UIN KHAS Jember