Prof Haris Sebut Permohonan Maaf Ponpes Al Khozini, Bentuk Tanggung Jawab dan Kerendahatian

Sidoarjo — Wakil Sekretaris PW Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur Bidang Pesantren, Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, S.Ag., S.H., M.Fil.I., CLA., CWC. memberikan tanggapan atas sikap Pondok Pesantren Al Khozini Buduran, Sidoarjo, yang telah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada santri, wali santri, dan masyarakat luas terkait musibah ambruknya salah satu bangunan pesantren tersebut.

Menurut Prof. Haris yang juga Pengasuh PP. Darul Hikam Mangli Kaliwates Jember menuturkan, langkah tersebut menunjukkan tanggung jawab dan kerendahan hatian pengasuh pondok pesantren.

“Permintaan maaf dari pihak Al Khozini adalah bentuk tanggung jawab, kerendahatian dan kebesaran jiwa. Ini menjadi teladan bahwa pesantren siap menghadapi ujian dengan lapang dada,” ujar Prof Haris yang juga Direktur Womester, Sabtu (12/10/2025).

Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak tergesa-gesa menilai atau menghakimi pesantren tanpa memahami konteks kehidupan di dalamnya. Banyak tradisi pesantren yang sering disalahpahami masyarakat luar.

“Misalnya kegiatan roaan atau kerja bakti. Itu bukan bentuk eksploitasi, tetapi bagian dari pendidikan karakter, tasawuf, dan pembelajaran sosial yang menanamkan nilai keikhlasan dan gotong royong,” jelas Prof Haris yang juga Direktur Lembaga Zakat dan Wakaf Darul Hikam.

Prof. Haris menekankan bahwa kehidupan pesantren memiliki pola dan nilai tersendiri yang telah teruji selama berabad-abad. Karena itu, masyarakat diharapkan dapat melihatnya dalam perspektif pendidikan Islam, bukan hanya dari sudut pandang umum.

“Ketika seseorang menitipkan anaknya di pesantren, ia perlu memahami nilai-nilai pendidikan yang diterapkan di sana. Jangan cepat men-judge, tetapi pahami dulu tradisinya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Prof. Haris yang juga Wakil Ketua PP APHTN-HAN menyampaikan bahwa Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) bersama berbagai lembaga dan perusahaan di Jawa Timur turut memberikan dukungan moral dan spiritual kepada Pondok Al Khozini.

“RMI bersama seluruh jaringan pesantren di Jawa Timur berdiri bersama PP Al Khozini. Kami ikut merasakan duka cita yang mendalam dan akan terus mendampingi pondok menghadapi berbagai tantangan ke depan,” tegas Prof Haris yang juga Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pelatihan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

Sebelumnya, pada 29 September 2025, bangunan musala di kompleks Pondok Pesantren Al Khozini roboh dan menewaskan puluhan santri serta melukai banyak lainnya. Pemerintah daerah, aparat kepolisian, tim SAR dan PWNU Jawa Timur telah melakukan proses evakuasi serta penyelidikan untuk memastikan penyebab insiden tersebut.

Prof. Haris berharap peristiwa tragis ini menjadi momentum refleksi bersama untuk memperbaiki sistem pembangunan dan pengawasan infrastruktur pesantren di seluruh Indonesia.

“Kita jadikan musibah ini pelajaran berharga agar ke depan pesantren semakin kuat, aman, dan berdaya. Mari saling menguatkan, bukan saling menyalahkan,” pungkasnya.

Reporter : Iklil Naufal Umar
Editor : M. Irwan Zamroni Ali

Bagikan :

Facebook
WhatsApp
Telegram

Postingan Terkait