Masjid Koga, NU dan ‘Jombang’-nya Jepang

Oleh: M.  Noor Harisudin*

*Direktur Womester, Guru Besar UIN KHAS Jember dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025

Jika anda aktivis NU, jangan lewatkan mengunjungi Kota Koga. Koga adalah kota yang berada di bawah prefektur (propinsi) Ibaraki. Jarak Tokyo ke Koga sekitar 80 km atau kurang lebih satu jam setengah perjalanan. Ketika datang ke Jepang, dari Tokyo, saya langsung disambut Gus Gazali dan Cak Yuanas menuju Koga. Malam pertama di Jepang, saya menginap di Koga. 

Koga adalah “Jombang-nya Jepang”, kata Kiai Zahrul yang juga mustasyar PCI NU Jepang. Kiai Zahrul –yang nama lengkapnya Muhammad Zahrul Muttaqien — bekerja sebagai Atase Kehutanan  di KBRI Tokyo mulai 2022 hingga 2025. Di Koga-lah, pusat kegiatan NU di Jepang bertumpu. Oleh karenanya, Kiai Zahrul menganalogikan Koga dengan Kota Jombang.

Seperti kita tahu, Jombang menjadi ‘kota legendaris NU’ karena Rois Akbar PBNU, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari tinggal di kota tersebut. Di Jombang, banyak lahir tokoh-tokoh nasional berlatar belakang NU seperti KH. Wahid Hasyim, Gus Dur, Cak Nun, dan sebagainya. NU di Jombang, jangan ditanya.    

Masjid NU at-Taqwa berdiri megah di Koga. Masjid luas nan menawan tidak kelihatan kalau dilihat dari luar. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 1000 jamaah. Di samping depan masjid tertulis “Masjid NU at-Taqwa Koga Ibaraki”. Halaman masjid ini juga lumayan luas.

Masjid ini dibeli secara gotong royong oleh warga NU. Penyematan masjid dengan kata “NU” membutuhkan keberanian dan effort sendiri yang tidak mudah. Pak Bubun, –orang masjid biasa memanggilnya– sesepuh yang juga pendiri masjid ini bercerita panjang tentang history masjid. “Meski banyak tantangan, akhirnya pada tahun 2021 masjid ini resmi dibuka oleh Dubes RI di Tokyo, Heri Akhmadi”, kata Pak Bubun yang nama aslinya adalah Rohibun dalam bincang santai menjelang buka puasa di Masjid NU at-Taqwa.  Selain pendiri, Pak Bubun juga menjabat sebagai Ketua DKM Masjid NU at-Taqwa (2021-2023). Ketua DKM selanjutnya adalah mas Eko untuk masa bakti 2023-2025.   

Saya menginjakkan kaki pertama di masjid keren ini jam 12.00 malam waktu Jepang. Ya, saya sampai di Jepang 1 Maret 2025, satu hari menjelang Ramadlan 1446 H. Di sinilah berbagai aktivitas NU digerakkan. Dari sini pula, aktivitas NU di seantoro Jepang dikoordinasikan.

Dalam masjid, selain ada tempat jamaah laki dan perempuan, juga tersedia ruang dapur yang memadai. Makanan buka dan sahur selama Ramadlan berada di tempat ini. Ruangan masjid yang semuanya ber-AC. Di ujung ruangan terdapat kamar mandi dan toilet yang semuanya pakai digital. Toilet serba digital berbahasa Kanji Jepang.  Di luar masjid, terdapat kran wudlu dua macam; air panas dan air dingin.  Masjid ini memiliki lantai dua yang berisi kamar-kamar. Di depan kamar-kamar,  terdapat ruang tamu dan ruang meeting PCI NU Jepang. Semua ruangan dan halaman masjid bersih dan tertata rapi.   

Berbagai pelatihan –misalnya PDPKP NU—yang diselenggarakan PCI NU Jepang ditempatkan di Masjid NU at-Taqwa.  Pengurus PBNU yang juga nara sumber seperti  KH. Masyhuri Malik, KH. Dr Faishal, dan sebagainya hadir di tengah-tengah para pengurus NU yang tersebar di seluruh Jepang. “Mereka semua menginap di sini, Prof”, lanjut Gus Gazali sembari menunjukkan lantai dua pada saya.  

Saya mengacungi jempol segenap pengurus PCI NU Jepang yang dikomaandani Gus Gazali. Tidak tanggung-tanggung. Di masanya, PCI NU Jepang memiliki 16 MWCI NU Jepang. Ini berarti sepertiga prefektur Negara Jepang.

“Semua MWCI NU-nya hidup. Para pengurus juga aktif berkegiatan, Prof. ”, kata Gus Gazali dalam diskusi ringan dengan saya.

Jika kita menengok data statistik, orang Indonesia di Jepang berjumlah 200.000 ribu lebih. Dari sini jumlah total muslimnya diperkirakan 151.095. Sementara, asumsi warga NU di Jepang berdasarkan survei LSI berjumlah  74.792 orang. Jumlah total orang Jepang sendiri pada tahun 2023 mencapai kurang lebih 125 juta orang.

Ketika keliling ke beberapa kota dan prefektur di Jepang, saya  benar-benar melihat langsung kegiatan NU yang semarak dan tak pernah henti. Misalnya Hiroshima, Nagano, Nigata, Tokyo, Ibaraki, Bendo, Mihara, dan lain sebagainya.  Jika NU di Indonesia bergerak itu biasa, tapi kalau NU di Jepang bergerak masif tentu luar biasa. Karena di negara Jepang, orang NU dituntut bekerja keras dan disiplin layaknya orang Jepang. Bayangkan, di sela-sela itu, mereka masih sempat mengurus NU. Kata mereka, ngalap berkah NU. Masya’allah.

Saat ini, PCI NU Jepang sedang merencanakan Konfercabis III pada 13-15 September 2025 tahun ini. Semoga berkah dan tambah jaya NU di Negeri Sakura. “Doanya Prof. Haris agar Konfercabis III PCI NU Jepang berjalan lancar”, kata Gus Gazali dalam sms-nya ke saya. Amin ya rabbal alamin.

Wallahu’alam. *

Bagikan :

Facebook
WhatsApp
Telegram

Postingan Terkait

Lima Prinsip Out of Box ala Jepang

Oleh: M. Noor Harisudin Direktur Womester, Guru Besar UIN KHAS Jember dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025 Masih jengkel dengan orang-orang yang juga menjajah Indonesia